Temuan Api Buatan Tertua Berusia 400.000 Tahun, Bukan Milik Homo Sapiens?

ADVERTISEMENT

Temuan Api Buatan Tertua Berusia 400.000 Tahun, Bukan Milik Homo Sapiens?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Senin, 22 Des 2025 21:00 WIB
Temuan Api Buatan Tertua Berusia 400.000 Tahun, Bukan Milik Homo Sapiens?
Foto: IFL Science/Ilustrasi manusia purba
Jakarta -

Selama ini Homo sapiens dikenal sebagai pembuat api pertama. Namun, temuan baru mengungkapkan api buatan pertama ada dari 400.000 tahun lalu. Milik siapa?

Dalam sebuah penggalian situs kuno selama hampir dua dekade, peneliti menemukan bukti baru tentang bekas api berusia 400.000 tahun. Api tersebut diduga ada ketika spesies manusia modern, Homo sapiens, belum berevolusi ke Afrika.

Bukti ini menunjukkan bahwa ada manusia purba pembuat api yang berusaha tetap hangat dan terus bergerak ke wilayah yang semakin dingin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka mampu memasak makanan dan membuat peralatan bahkan setelah Matahari terbenam," ujar peneliti senior di kelompok riset evolusi manusia di University College London, Simon Parfitt, dikutip dari National History Museum (NHM).

Ekosistem Purba di Eropa Kuno

Para peneliti melakukan penggalian di sebuah situs dekat Barnham, Suffolk. Mereka menemukan jejak kehidupan purba dari sisa fosil hewan besar seperti byson, gajah, singa, hingga rusa.

ADVERTISEMENT

Mereka juga menemukan fosil katak, ikan hingga monyet makaka. Di area situlah, peneliti menemukan lapisan sedimen yang dipanaskan dan kapak perkakas batu sederhana.

Peneliti menyebutnya sebagai 'pirit', fragmen-fragmen di perapian bekas api unggun.

"keberadaannya menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membuat api sesuka hati. Itu akan menjadi bagian penting dari perlengkapan pembuatan api," kata Simon.

Penemuan mereka telah diterbitkan di jurnal Nature pada 10 December 2025.

Milik Siapa Perapian Purba Itu?

Peneliti menjelaskan, budaya pembuatan alat khusus tersebut diketahui sebagai Clactonian yang memiliki hubungan dengan populasi manusia yang pindah ke Inggris sekitar 450.000 tahun lalu saat es mulai mencair di kawasan tersebut.

Simon menjelaskan bahwa di lapisan lebih atas lagi, ditemukan kapak tangan batu api dengan detail kompleks dan keterampilan tinggi dalam proses membuatnya. Penemuan dua jenis perkakas batu api yang berbeda memberi petunjuk bahwa di situs tersebut pernah dihuni oleh dua jenis manusia purba yang berbeda dari segi budaya.

Perkakas zaman purba di situs Barnham ditemukan secara bersamaan dengan dua fragmen pirit besi. Awalnya peneliti menyangka kalau bekas pembakaran disebabkan oleh api alami dari sambaran petir.

Setelah meneliti lebih lanjut mereka menemukan tumpukan batu api yang tersusun membentuk bercak di seluruh situs, batu api tersebut berwarna kemerahan dan terdapat retakan. Temuan ini membuat para peneliti yakin jika batu sengaja dipanaskan secara intens, berdasarkan analisis lebih lanjut pada lapisan sedimen.

Meski masih belum pasti apakah api tersebut berasal dari alam atau buatan manusia, penemuan fragmen pirit pada lokasi api unggun membawa pada keyakinan bahwa api tersebut memang sengaja dibuat oleh manusia.

Pirit digunakan untuk menghasilkan percikan api dengan menggesekkannya pada batu api. Hal ini sekaligus menarik mundur 350.000 tahun lebih awal, dimana api buatan yang terkontrol mulai digunakan oleh manusia.

"Fakta bahwa ada pirit menunjukkan bukan hanya bahwa mereka mampu mempertahankan api, tetapi mereka juga membuat api," ujar Dr Silvia Bello, salah satu ahli kami tentang perilaku manusia purba.

Meski begitu, hal ini tetap membuat para peneliti bertanya-tanya, "bagaimana fragmen pirit besi ditemukan di daerah dengan kondisi langka (pirit) ekstrem dan siapa yang membawanya ke tempat itu?".

Selama ini, diketahui bahwa pada 400.00 tahun lalu nenek moyang kita Homo sapiens, masih berevolusi di tempat asal yang sekarang adalah Afrika. Peneliti menduga, mustahil kalau pencipta api buatan pertama berasal dari spesies kita.

Menurut peneliti, itu bisa jadi ulah Homo heidelbergensis, kelompok pembuat perkakas Clactonian. Namun, penemuan tengkorak di Swanscombe menciptakan paham bahwa pemilik tengkorak tersebut adalah yang pertama kali menciptakan api buatan dan mereka adalah Neanderthal awal.

Para peneliti pun takjub karena jika benar, beberapa kelompok Neanderthal tertua berarti sudah memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat batu api, pirit, dan bahan penyala api pada masa yang begitu awal.

Penulis adalah peserta magangHub Kemnaker di detikcom.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads