Spesies baru Sungai Mahakam, Kalimantan Timur ditemukan. Ikan bermata besar ini punya panjang tak lebih dari 10 cm. Ikan air tawar mini ini diberi nama ilmiah Desmopuntius mahakamensis.
Temuan spesies baru ini dilaporkan peneliti Tonisman Harefa, Haryono, dan Gema Wahyudewantoro dari Pusat Penelitian Biosistemika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Tedjo Sukmono dari Jurusan Biologi Universitas Jambi (Unja) dalam jurnal ZooKeys Volume 1256, 2025.
"Spesies baru ini saat ini hanya dikenal dari daerah aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, Indonesia. Sebagian besar spesimen telah dikumpulkan dari dua danau (Wis dan Jempang) dan dari beberapa aliran kecil di dalam sistem anak sungai Sungai Mahakam," tulis peneliti.
Baca juga: Ilmuwan Temukan 9 Spesies Baru Kupu-kupu! |
Spesies Baru Sungai Mahakam
Temuan baru ini menjadikan genus Desmopuntius kini punya sembilan spesies. Saudaranya antara lain Desmopuntius rhomboocellatus di Palangkaraya, Kalimantan Tengah; dan D. gemellus di Jambi, Riau, dan Bangka.
Para peneliti menjelaskan, D. mahakamensis punya sisik, tulang belakang, hingga penyaring insang berbeda dari ikan genus Desmopuntius sebelumnya. Saat hidup dan segar, ikan ini memiliki bagian atas kepala berwarna cokelat gelap.
Sedangkan sisi tengah-samping dan bawah kepalanya berwarna putih keabu-abuan. Badannya cokelat keabu-abuan, dengan 5-6 garis hitam, sedangkan sirip ekornya berwarna kekuningan.
Krisis Ekologi di Sungai Mahakam
Sementara itu, Sungai Mahakam saat ini menunjukkan adanya krisis ekologi. Dilansir dari Antara, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan degradasi sungai terlihat dari jumlah mamalia air tawar endemik lumba-lumba atau pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) yang turun menjadi sekitar 62 individu.
"Ini indikator kuat degradasi ekosistem," ucapnya saat mengunjungi Kutai Kartanegara, Jumat (4/7/2025) lalu.
Pencemaran air, pendangkalan sungai, serta aktivitas industri seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan mempersempit ruang hidup makhluk hidup di Sungai Mahakam. Pesut Mahakam sendiri telah masuk IUCN Red List sebagai satwa yang sangat terancam punah.
Dikutip dari laman Kehati Foundation, Sungai Mahakam antara lain tercemar polutan logam berat seperti kadmium (Cd) dan timbal (Pb). Per 2020, tingkatnya 23 kali lebih tinggi dari ambang batas.
Tingkat kelahiran spesies pesut Mahakam sekitar 5 bayi per tahun. Namun, tingkat kematiannya hingga sekitar 4 bayi per tahun.
Sebelumnya, anak pesut Mahakam mati pada 2018. Nekropsi menunjukkan ia keracunan dari air susu induknya yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya dari aktivitas manusia di darat. Bahan kimia ini sampai ke sungai ketika banjir terjadi.
Berdasarkan kondisi tersebut, pengelolaan sungai dan penanganan pencemaran menjadi sangat penting. Dengan begitu, satwa endemik seperti pesut Mahakam dan D. mahakamensis bisa tetap bertahan hidup.
Penemuan spesies D. mahakamensis dipublikasi dengan judul "Desmopuntius mahakamensis, a new cyprinid species (Teleostei, Cyprinidae) from East Kalimantan, Indonesia", 8 November 2025.
Simak Video "Video: BRIN Temukan Spesies Tumbuhan Baru Homalomena chikmawatiae dari Riau"
(twu/faz)