Warna Ini Disebut sebagai yang Terlangka di Alam, Ternyata Bukan Biru!

ADVERTISEMENT

Warna Ini Disebut sebagai yang Terlangka di Alam, Ternyata Bukan Biru!

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Rabu, 17 Des 2025 08:00 WIB
Warna Ini Disebut sebagai yang Terlangka di Alam, Ternyata Bukan Biru!
Katak berubah warna. Foto: (Jake Barker/Australian Wildlife Conservancy's Charnley River-Artesian Range Wildlife Sanctuary via NewScientist)
Jakarta -

Selama ini biru dianggap sebagai warna paling jarang ditemukan di alam. Biru memang tidak sering muncul pada tumbuhan maupun hewan, sehingga banyak dianggap sebagai warna paling langka pada makhluk hidup. Namun ternyata, ada warna lain yang jauh lebih langka dibanding biru, yaitu ungu.

Penasaran kenapa warna ini begitu jarang muncul di alam? Simak penjelasannya.

Mengapa Ungu Warna Paling Langka di Alam?

Jika kita melihat alam sekitar, warna hijau mendominasi pepohonan dan tumbuhan. Warna kuning dan jingga juga sering muncul pada bunga atau hewan tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, merah dan pink juga cukup mudah ditemukan. Sebaliknya, warna biru hanya tampak pada sedikit bunga, burung eksotis, atau beberapa jenis katak yang jarang kita temui.

Yang menarik, warna ungu bahkan lebih jarang dibanding biru. Warna ini hampir tidak muncul pada makhluk hidup karena proses pembentukannya jauh lebih rumit secara biologis maupun fisika cahaya.

ADVERTISEMENT

Warna Hijau Sangat Umum di Alam

Hijau menjadi warna yang paling umum di alam karena berada di bagian tengah spektrum cahaya tampak. Posisi ini membuat panjang gelombang hijau lebih mudah dimanfaatkan oleh makhluk hidup, terutama tumbuhan.

Pada tumbuhan, warna hijau muncul karena proses fotosintesis. Proses ini menjadi dasar hampir semua kehidupan di Bumi, karena berfungsi mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia yang dibutuhkan untuk tumbuh.

Fotosintesis terjadi dengan bantuan pigmen bernama klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada daun. Klorofil menyerap sebagian besar cahaya merah dan sebagian cahaya biru untuk memicu proses fotosintesis, sementara cahaya hijau dipantulkan. Itulah sebabnya sebagian besar tumbuhan terlihat berwarna hijau.

Warna Biru Jarang Ditemukan di Alam

Warna biru tergolong langka di alam karena karakteristik cahaya biru itu sendiri. Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang pendek dan frekuensi yang tinggi, sehingga membawa energi yang lebih besar.

Disebabkan sifatnya yang sangat energik, sebagian besar pigmen di alam menyerap cahaya biru alih-alih memantulkannya. Secara biologis, memantulkan cahaya biru dianggap lebih menguras energi dibanding menyerapnya.

Meskipun begitu, beberapa makhluk hidup tetap berhasil tampil berwarna biru, contohnya burung tropis; sebagian kecil tumbuhan; hingga beberapa jenis kumbang. Namun, warna biru pada organisme tersebut bukan berasal dari pigmen asli seperti halnya warna hijau atau merah.

Sebaliknya, sebagian besar warna biru di alam tercipta melalui pewarnaan struktural, yaitu mekanisme di mana struktur mikroskopis pada permukaan tubuh hewan atau tumbuhan membelokkan dan menghamburkan cahaya sehingga mata kita menangkapnya sebagai warna biru. Karena proses ini sangat kompleks dan membutuhkan struktur yang presisi, hanya sedikit makhluk hidup yang mampu mengembangkannya.

Warna Ungu Jadi Salah Satu yang Paling Jarang di Alam

Ungu memiliki frekuensi cahaya lebih tinggi dan panjang gelombang lebih pendek dibandingkan biru, sehingga berada di bagian ujung spektrum cahaya tampak dengan energi yang sangat besar. Jika biru sudah tergolong warna langka di alam, maka violet bahkan lebih jarang lagi. Perlu dipahami, violet berbeda dari warna ungu pada cat atau pigmen, karena warna tersebut merupakan campuran biru dan merah, bukan warna cahaya murni.

Kelangkaan violet dalam organisme hidup disebabkan oleh beberapa faktor. Sama seperti biru, warna ini sulit dihasilkan melalui pigmen alami karena membutuhkan energi besar. Alternatifnya adalah pewarnaan struktural, tetapi proses ini juga rumit karena memerlukan susunan mikroskopis yang sangat presisi agar cahaya dapat dipantulkan sebagai violet. Hanya sedikit makhluk hidup yang mampu menghasilkan struktur serumit itu.

Kelangkaan warna violet juga terlihat dalam sejarah budaya manusia. Sebelum teknologi pewarna modern ditemukan, biru dan violet sangat sulit diproduksi sehingga menjadi warna yang langka dan mahal. Akibatnya, warna ini hanya digunakan oleh kalangan elit, seperti bangsawan, pejabat, serta tokoh keagamaan. Bahkan hingga saat ini, memproduksi warna tersebut sebagai pigmen atau material tertentu tetap memerlukan proses yang panjang dan kompleks.

Penulis adalah peserta program Magang Hub Kemnaker di detikcom.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads