Mahasiswa doktoral dari Universitas Curtin, Perth, Australia Barat telah menemukan meteorit seukuran kepalan tangan di daerah terpencil Goldfields, Australia Barat. Mereka adalah Michael Frazer, Dale Giancono, dan Iona Clemente.
Penemuan meteorit diawali usai benda itu terdeteksi oleh kamera jaringan ketika melintasi langit Australia Barat pada Juli 2025 lalu. Berdasarkan pemodelan komputer, meteorit itu kemungkinan mendarat sekitar 400 kilometer di timur laut Kalgoorlie.
Empat bulan kemudian atau November 2025, ketiga mahasiswa tersebut melakukan ekspedisi pencarian meteorit. Setelah lima hari mencari, batu seberat 300 gram itu akhirnya ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemodelan komputer yang telah dilakukan pada dasarnya memberikan lokasi yang akurat. Namun, bagi Frazer menemukan meteorit itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
"Kami mencari batu seukuran kepalan tangan kami di area pencarian seluas satu setengah kilometer persegi, yang kira-kira setengah ukuran Kings Park," katanya dikutip dari ABC News.
Desert Fireball Network
Tergabung dalam Desert Fireball Network, lembaga pemantauan itu memiliki kamera di daerah gurun dan Nullarbor. Kamera ini mampu mendeteksi meteor yang memasuki atmosfer dan mencakup 3 juta kilometer persegi langit.
Jaringan tersebut mampu menentukan arah perjalanan meteorit dan dari mana asalnya di tata surya. Awalnya Frezer dan tim mengira meteorit yang jatuh pada Juli itu terlalu kecil untuk ditemukan.
Namun, pemodelan lebih lanjut oleh rekan-rekannya di luar negeri menyarankan ada baiknya meteorit ini dicari. Hingga akhirnya ekspedisi pencarian meteorit dimulai.
"Kami semua berlarian di sekitar ruangan sambil berkata, 'kami rasa ini lebih besar dari yang kami kira. Mungkin kita bisa pergi dan menemukannya. Ayo kira rencanakan, ayo kita pergi ke sana'," beber Frazer.
Perjalanan Darat Mencari Meteorit
Pada November 2025, Frazer dan kedua timnya mempersiapakan makanan serta peralatan untuk memulai perjalanan. Jarak tempuh dari lokasi awal adalah tiga hari perjalanan darat.
Dengan menggunakan drone berteknologi artificial intelligence (AI), mereka mensurvei area tersebut untuk mencari tanda-tanda meteorit. Survei dilakukan dengan manual dan hati-hati agar tidak ada yang terlewatkan.
"Survei drone yang kami lakukan ini mendeteksi berbagai macam benda bulat kecil berwarna hitam di tanah, jadi meteorit bisa jadi salah satunya. Tapi ada juga biji pohon eucalyptus, lubang laba-laba, dan kotoran kanguru atau hidung wombat, jika wombat itu melihat ke arah drone," urai Frazer.
Drone itu mendeteksi 728 objek yang mungkin merupakan meteorit dan diperiksa oleh tim Frazer secara satu per satu. Setelah diteliti, Frazer mengatakan bahwa mereka tidak merasa optimis.
"Setelah selesai memeriksa milik saya, saya berkata, 'Oke, saya akan kembali ke perkemahan, ini perjalanan yang menyenangkan, tetapi kami tidak menemukannya. Ya sudahlah'," ceritanya
Di tengah keputusasaan itu, sebuah pesan terdengar melalui radio dari rekannya, Dale Giancono. Setelah mendengar pesan itu, mereka langsung berlari ke sana dan benda itu tergeletak di tanah, di tempat yang sebelumnya tak mereka duga.
Usai ditemukan, meteorit itu dibawa ke kampus Curtin University di Perth. Meteorit itu akan dipotong untuk mengetahui komposisi di dalam dan dari mana asalnya.
"Meteorit hadir dalam beberapa jenis yang berbeda, jadi kami ingin mencari tahu jenis mana itu. Anda juga bisa mengukur usianya, jadi berapa lama benda itu telah melayang di angkasa," ungkap Frazer lagi.
Penemuan ini diketahui menjadi meteorit ke-11 yang berhasil ditemukan oleh Desert Fireball Network.
(det/nwk)











































