Buku Sejarah Indonesia terbaru salah satunya akan membahas masuknya Islam ke Indonesia. Pembahasan ini akan muncul pada jilid ketiga.
Editor jilid buku Sejarah Indonesia Prof Dr R Cecep Eka Permana MSi mengatakan, jilid ketiga buku tersebut akan menyinggung kebudayaan dari Timur Tengah yang tiba di Indonesia. Kedatangan yang bermula dari hubungan dagang tersebut turut membawa pertukaran budaya dan pengenalan agama.
Namun, berbeda dari penjelasan di buku pelajaran, ia menjelaskan, buku sejarah ini akan turut menyinggung temuan-temuan baru yang menunjukkan landasan masuknya Islam ke Indonesia sudah ada sebelum abad ke-13.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini kita beranggapan bahwa masuknya agama Islam di berbagai buku-buku pelajaran ketika abad 13-15. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa di daerah Bongal, misalnya, kita banyak menemukan bukti-bukti bahwa pada abad Hijriah ya, sekitar abad ke-7 itu banyak tinggalan-tinggalan yang menunjukkan hubungan dengan Timur Tengah misalnya," ucapnya pada peluncuran buku di Jakarta, dikutip dari kanal YouTube Kemenbud, Minggu (14/12/2025).
"Dan terus itu menunjukkan perkembangan politik, religi, dan kemasyarakatannya yang berdasarkan Islam akhirnya kuat," sambungnya.
Cecep menjelaskan, perkembangan tersebut menjelaskan adanya landasan yang kuat sehingga sebuah perubahan kebudayaan seperti masuknya agama bisa terjadi.
"Karena semua sebelumnya juga berdasarkan itu. Jadi tidak serta-mata misalnya suatu perubahan kebudayaan itu hadir dengan tidak ada landasan yang kuat. Di Sumatera misalnya, hubungan dagang," ucap Guru Besar Arkeologi Fakultas IImu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia tersebut.
Situs Bongal dan Masuknya Islam ke Indonesia
Sebelumnya, situs Bongal di Desa Jagojago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara menarik perhatian arkeolog. Artefak koin Islam dinasti Umayyah di sana dinilai menjadi bukti arkeologis yang mengubah narasi sejarah soal masuknya Islam ke Indonesia.
"Dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam abad pertama Hijriah sudah sampai di Pantai Barat Sumatera, tepatnya di Situs Bongal, Provinsi Sumatra Utara," ujar guru besar Ilmu Sejarah Universiats Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari pada detikEdu,ditulis Jumat (1/8/2025).
Ia menjelaskan, situs Bongal semula merupakan kota kosmopolitan kuno, tetapi diduga terbenam karena tsunami besar abad ke-10. Namun, situs Bongal dinilai jauh lebih tua daripada Situs Lobu Tua di Barus, Sumut, yang sebelumnya dipandang sebagai salah satu titik awal masuknya Islam ke Indonesia.
Kedua situs berjarak 60 km. Namun, situs di Barus lebih dulu diteliti para peneliti asing dan arkeolog Indonesia.
"Situs Bongal lebih tua dari Barus. Koin Umayyah dan Abbasiyah tidak ditemukan di Barus," ujar Ichwan.
Terpisah, dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Guru Besar Ilmu Sejarah, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jajat Burhanuddin, mengatakan situs Bongal butuh riset lebih lanjut untuk dapat dikatakan sebagai titik awal perdagangan maritim dunia Islam. Namun, ia memandang sebagai salah satu titik masuknya pedagang Islam maupun agama lain.
"Saya menemukan beberapa bukti pertama ternyata koin islam, semacam salah satu atau material-material yang mengarah ke islamisasi, itu cuma sebagian. Namun, ada juga lainnya yang berisi seperti salib yang terkait dengan Kristiani," ucapnya dalam diskusi buku "Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M", di BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Selasa (12/8/2025).
(twu/nwk)











































