Studi Ungkap Pertanian Purba di Kawasan Amazon Bolivia, Begini Inovasinya

ADVERTISEMENT

Studi Ungkap Pertanian Purba di Kawasan Amazon Bolivia, Begini Inovasinya

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Jumat, 12 Des 2025 20:30 WIB
Studi Ungkap Pertanian Purba di Kawasan Amazon Bolivia, Begini Inovasinya
Foto: O. Torrico/WCS-Bolivia via Science Daily/Bekas pertanian purba dengan tanah yang ditinggikan di dekat Danau Ginebra, Amazon, Bolivia
Jakarta -

Riset terbaru menunjukkan bahwa Amazon purba di Bolivia ternyata bukan hanya rawa kosong. Para peneliti mengungkapkan adanya lahan pertanian yang adaptif, berupa lahan timbul dan jaringan kanal. Masyarakat ada dulu sudah berinovasi?

Untuk menemukan lahan pertanian purba ini, peneliti melakukan ekspedisi ke Amazon bagian barat daya yaitu di Danau Rogaguado dan Ginebra, yang terbentuk akibat aktivitas tektonik. Ekspedisi ini diselenggarakan oleh Grupo de Trabajo para los Llanos de Moxos (GTLM) dengan melibatkan para ahli dari Wildlife Conservation Society, Museum Nasional Sejarah Alam, Institut Ekologi, Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumber Daya Perairan, dan Departemen Antropologi Amerika di Universitas Bonn.

Kedua danau tersebut terletak di hutan lindung yang diakui UNESCO karena dianggap penting bagi alam dan budaya. Kawasan ini termasuk ke dalam area Llanos de Moxos, merupakan lahan basah Amazon yang berisi sabana, hutan galeri, dan dataran banjir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sistem Pertanian Purba di Amazon

Para peneliti menemukan bahwa di beberapa kawasan, terdapat jejak sistem kanal hingga ladang yang ditinggikan. Menurut peneliti, ini menunjukkan adanya perubahan lanskap sebagai adaptasi pengelolaan pertanian dari waktu ke waktu.

Untuk mengungkap ini, peneliti menggunakan kombinasi survei, penggalian, dan pencitraan LiDAR. Mereka mendokumentasikan beberapa situs arkeologi: PaquΓ­o, Coquinal, Isla del Tesoro, dan Jasschaja.

ADVERTISEMENT

"Penanggalan radiokarbon mengungkapkan pendudukan berulang dari sekitar tahun 600 hingga 1400 Masehi. Temuan di PaquΓ­o menunjukkan pemukiman awal yang dimulai sekitar tahun 600 Masehi, diikuti oleh pendudukan yang lebih intensif antara tahun 1000 dan 1200 Masehi," jelas para peneliti, dikutip dari Science Daily.

Sementara di situs Jasschaja, yang berasal dari tahun 1300 hingga 1400 Masehi, ditemukan adanya perubahan lanskap yang menunjukkan adanya pengelolaan hutan dan tanaman yang lebih intensif.

Inovasi Masyarakat Kuno Mengelola Air

Berdasarkan pengamatan, terungkap bahwa permukaan Llanos de Moxos dipenuhi dengan pola-pola buatan berupa pola geometri, kanal dan lahan timbul. Misalnya seperti adanya parit melingkar dan persegi panjang, saluran drainase, platform penanaman yang ditinggikan, dan gugusan gundukan menciptakan jaringan kompleks yang dirancang untuk pengendalian air dan budidaya.

Sistem ini dibuat masyarakat kuno untuk memanfaatkan banjir, mengatur volume air, dan membuat lahan pertanian yang adaptif terhadap kondisi lahan basah yang berubah-ubah. Penemuan bentuk lahan yang berbeda-beda, menunjukkan masyarakat kuno telah mencoba berbagai cara untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Penggalian di PaquΓ­o dan Jasschaja, mengungkap jenis makanan yang mereka konsumsi berupa: ikan, reptil, mamalia, dan tanaman seperti jagung, kacang-kacangan dan beberapa jenis palem. Penemuan tersebut menunjukkan pola makan seimbang masyarakat kuno di Amazon

Penemuan Penting di Tengah Deforestasi

Temuan mengenai bagaimana orang kuno di Amazon mengelola tanah dan lingkungan, menjadi penting seiring meningkatnya deforestasi di Amazon. Apa yang dilakukan orang-orang kuno di Bolivia menekankan pentingnya tradisi penggunaan lahan yang berkelanjutan.

"Bukti arkeologis menunjukkan bahwa masyarakat di masa lalu mengembangkan cara hidup yang fleksibel yang menggabungkan pertanian, perikanan, dan pengelolaan hutan," kata para peneliti.

Orang-orang kuno di Amazon Bolivia, menunjukkan bagaimana lingkungan harus dikendalikan secara seimbang, alih-alih dieksploitasi berlebihan. Mereka, bahkan telah sanggup beradaptasi dengan siklus musiman dan menggunakan banjir berkala sebagai peluang.

Meski akhirnya penjajahan Eropa datang, sistem pertanian di Amazon Bolivia tidak hilang. Selama berabad-abad, masyarakat mempertahankan lanskap yang produktif dengan bekerja sesuai dengan ritme alam wilayah tersebut.

"Praktik mereka menantang asumsi modern tentang apa yang dianggap sebagai 'pembangunan' dan mengingatkan kita bahwa ketahanan sering muncul dari keragaman: spesies, pengetahuan, dan tradisi budaya," terang peneliti.

"Melindungi warisan biokultural ini sekarang menjadi tanggung jawab global," pungkas mereka.

Penulis adalah peserta magang Hub Kemnaker di detikcom.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads