Penyandang disabilitas umumnya menghadapi kesulitan memperoleh pekerjaan inklusif dan mengakses layanan keuangan yang ramah disabilitas. Tantangannya bervariasi, mulai dari minimnya informasi lowongan, prosedur rekrutmen yang tidak adaptif, hingga format layanan finansial yang sulit dipahami.
Hal ini diungkapkan Adilla, seorang perempuan penyandang disabilitas tuna rungu. Ia menuturkan pengalaman mencari pekerjaan sering kali penuh hambatan. Hambatan tersebut berkisar dari minimnya informasi lowongan yang dapat diakses hingga sulitnya mendapatkan perusahaan yang adaptif terhadap kebutuhan disabilitas.
"Minimnya peluang kerja yang inklusif dan sulitnya mendapatkan tempat yang benar-benar memahami kebutuhan saya menjadi tantangan utama," ujar Adilla pada detikedu usai rilis Buku Pedoman Literasi Keuangan bagi Penyandang Disabilitas di Jakarta, Senin (8/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, perusahaan kadang hanya menampilkan kebijakan formal tentang inklusi, tetapi pada praktiknya, adaptasi dan fasilitas yang mendukung disabilitas masih jarang ditemui.
Kondisi tak jauh berbeda diungkap teman tuli lainnya bernama Samuel. Ia menyebutkan proses rekrutmen kerap menjadi kendala bagi penyandang disabilitas.
Prosedur yang tidak ramah disabilitas, kurangnya akomodasi saat wawancara, serta minimnya pemahaman perusahaan terhadap kebutuhan khusus menjadi faktor yang memperumit kesempatan mereka mendapatkan pekerjaan.
"Tantangan terbesar yang aku hadapi adalah keterbatasan akses terhadap informasi dan kesempatan kerja yang inklusif. Banyak proses rekrutmen dan lingkungan kerja yang masih belum ramah sepenuhnya," jelasnya.
la menekankan kendala dalam mendapatkan pekerjaan memengaruhi perencanaan hidup sehari-hari serta rasa percaya diri penyandang disabilitas. Kondisi tanpa penghasilan tetap tersebut akhirnya menghadirkan masalah finansial.
"Aku juga harus mengatur keuangan secara mandiri dengan lebih disiplin, seperti memisahkan tabungan khusus kebutuhan dan keinginan, agar tetap stabil secara finansial meskipun penghasilan belum selalu tetap," tambahnya.
Kesulitan Mengakses Informasi Finansial
Selain menghadapi tantangan dalam mendapatkan pekerjaan, penyandang disabilitas juga sering kesulitan dalam mengakses informasi finansial. Banyak dokumen dan layanan keuangan yang belum dirancang secara inklusif, sehingga mereka kesulitan memahami produk dan prosedur yang tersedia.
Adilla mengaku sulit menemukan informasi yang ramah disabilitas maupun tempat kerja yang benar-benar mendukung kebutuhan khususnya.
"Beberapa informasi tidak accessible, seperti format dokumen yang tidak ramah dan tidak ada dukungan layanan seperti juru bahasa atau penjelasan alternatif," ujarnya.
Menurutnya, keterbatasan format dan kurangnya layanan pendukung membuat proses belajar dan pengelolaan keuangan menjadi jauh lebih rumit. Hal ini menunjukkan inklusivitas dalam layanan finansial masih menjadi tantangan besar yang perlu mendapat perhatian lebih serius dari lembaga keuangan maupun pemerintah.
Samuel menambahkan perspektifnya terkait layanan perbankan, khususnya pengalaman praktisnya saat membuka rekening. la menyebutkan bahwa di beberapa bank, aksesibilitas layanan sangat terbatas, mulai dari kurangnya informasi dalam format ramah disabilitas hingga minimnya staf yang memahami kebutuhan penyandang disabilitas.
Menurut pengalamannya, hanya sebuah bank swasta yang benar-benar menyediakan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi penyandang disabilitas. "Di bank lain, informasi sering disampaikan secara lisan, sehingga aku kesulitan memahami detail produk dan prosedur yang dijelaskan," jelasnya.
Kesulitan akses finansial bagi penyandang disabilitas tidak hanya terjadi pada format informasi, tetapi juga pada prosedur dan interaksi langsung. Zakaria menyebutkan bahwa antrian panjang dan prosedur di bank yang kurang nyaman menjadi kendala tersendiri, karena ia membutuhkan suasana yang tenang dan penjelasan yang jelas.
Ansil, penyandang disabilitas daksa, juga mengaku pernah merasa diremehkan oleh petugas karena kondisinya, sebuah pengalaman yang membuatnya enggan mengurus keuangan secara mandiri.
Edukasi Finansial yang Dibutuhkan
Dalam upaya mengelola keuangan secara mandiri, penyandang disabilitas membutuhkan edukasi finansial yang ramah dan mudah dipahami. Adilla mengungkapkan pengalamannya dalam memahami layanan keuangan.
"Aku membutuhkan cara mengatur anggaran, mengelola utang, serta memahami layanan keuangan dengan bahasa yang sederhana dan accessible," ujar Adilla.
Samuel menambahkan bahwa selain materi yang sederhana, metode penyampaian edukasi finansial juga sangat menentukan tingkat pemahaman penyandang disabilitas.
"Edukasi finansial yang disampaikan secara visual dan aksesibel sangat membantu. Misalnya, layar interaktif yang menjelaskan jenis-jenis rekening, produk tabungan, investasi, dan pengelolaan keuangan. Selain itu, akan sangat membantu jika petugas layanan bank bisa berbahasa isyarat," jelasnya.
Pesan untuk Kebijakan Keuangan yang Inklusif
Adilla menekankan aksesibilitas seharusnya menjadi prinsip utama dalam setiap layanan keuangan. Menurutnya, tanpa akses yang setara, penyandang disabilitas akan selalu menghadapi hambatan dalam mengelola keuangan, membuka rekening, atau memanfaatkan produk keuangan lainnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memastikan setiap layanan dapat dinikmati secara penuh oleh semua pihak.
"Pastikan semua layanan dan program keuangan benar-benar accessible dan inklusif bagi penyandang disabilitas," ujarnya.
Samuel menekankan inklusivitas bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan hak dasar setiap warga negara. la berharap pembuat kebijakan dapat mewajibkan lembaga jasa keuangan dan institusi publik untuk menyediakan layanan yang benar-benar inklusif.
"Harapan aku untuk pembuat kebijakan dapat mewajibkan lembaga jasa keuangan dan institusi publik untuk menyediakan layanan yang benar-benar accessible bagi penyandang disabilitas, seperti pelatihan para staf tentang bagaimana memberi layanan yang inklusif. Dengan begitu, penyandang disabilitas dapat mandiri secara finansial dan berkontribusi secara penuh dalam perekonomian," jelasnya.
Sementara itu, Ansil, penyandang disabilitas daksa, menyoroti kebutuhan akan dukungan dalam wirausaha. la berharap adanya jembatan antara penyandang disabilitas dengan investor dan akses permodalan.
"Jembatani dan fasilitasi para disabilitas sampai dalam hal apapun, seperti permodalan wirausaha disabilitas dan menjembatani dan memfasilitasi atau mempertemukan investor kepada para wirausaha disabilitas," kata Ansil.
Simak Video "Video: Upaya Pemerintah Akomodasi Penyandang Disabilitas di Dunia Kerja"
[Gambas:Video 20detik]
(pal/pal)











































