Terdampak Banjir Bandang, Kenapa Sawah Daerah Ini Terancam Kekeringan?

ADVERTISEMENT

Duka dari Utara Sumatera

Terdampak Banjir Bandang, Kenapa Sawah Daerah Ini Terancam Kekeringan?

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 05 Des 2025 14:00 WIB
Terdampak Banjir Bandang, Kenapa Sawah Daerah Ini Terancam Kekeringan?
Ilustrasi sawah di Kota Padang, Sumatera Barat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jakarta -

Banjir bandang merusak sejumlah wilayah di Sumatera Barat (Sumbar) pada pengujung November 2025. Sebelumnya, hujan lebat dilaporkan turun di berbagai daerah Sumbar selama sepekan lebih.

Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Yoice Yuliani mengonfirmasi ancaman sawah kekeringan usai banjir bandang. Daerah dengan potensi sawah kekeringan tersebut meliputi Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, sebagian di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Padang Timur, dan sebagian Kecamatan Pauh.

Yoice mengatakan total luas sawah yang berpotensi kekeringan mencapai lebih dari 50 persen, yakni 2912,16 hektare. Adapun luas sawah eksisting Kota Padang yakni 4.358 hektare.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Sawah Terancam Kekeringan usai Banjir Bandang?

Ia menjelaskan, potensi kekeringan pada sawah-sawah Kota Padang muncul lantaran bendungan besar kotanya rusak dihantam banjir bandang. Kedua bendungan sebelumnya juga digunakan untuk kebutuhan irigasi sawah.

ADVERTISEMENT

"Akibat bencana kemarin ada dua irigasi bendungan besar yang rusak, yakni di Koto Tuo dan Gunung Nago," kata Yoice dalam portal resmi Kota Padang, dikutip Jumat (5/11/2025).

Bendungan Koto Tuo, Kecamatan Koto Tangah, memiliki intake jalur ke kiri dan ke kanan. Intake merupakan struktur di bendungan atau sumber air yang bantu menangkap, menyaring, dan mengatur aliran air, termasuk untuk kebutuhan irigasi.

Yoice menjelaskan, intake bendungan besar tersebut mengalami rusak berat sehingga sekitar 900 hektare atau tiga perempat total sawah Koto Tangah terdampak. Gangguan irigasi tersebut diperkirakan meluas ke seluruh sawah setempat dengan luas 1.200 hektare dalam beberapa hari.

"Intake tersebut jebol sehingga tidak dapat mengairi sawah," ucapnya.

Kondisi serupa terjadi pada bendungan irigasi di Gunung Nago dengan dampak risiko lebih luas.

"Melalui Irigasi Gunung Nago ini sawah yang akan terdampak kekeringan lebih luas lagi, kurang lebih 2.000 hektare," tambahnya.

Jebolnya intake di bendungan Gunung Nago arah kiri mengganggu irigasi sawah di Kecamatan Nanggalo, sebagian Kelurahan Gunung Sarik, Kelurahan Sungai Sapih, Kelurahan Kalumbuk, Kelurahan Korong Gadang.

Sedangkan kerusakan intake bendungan Gunung Nago arah kanan mengganggu irigasi ke sawah Kelurahan Piai Tangah, Kelurahan Pisang, sebagian Kelurahan Binuang Kampung Dalam, sebagian Cupak Tangah, sebagian Kecamatan Padang Timur, sebagian Kecamatan Kuranji, dan sawah di tiga kelurahan di Kecamatan Lubuk Begalung.

357 Hektare Sawah Gagal Panen

Sementara itu, ia menyatakan sekitar 357 hektare sawah mengalami puso atau gagal panen. Termasuk di antaranya berlokasi di Kelurahan Kuranji, yang terbenam oleh lumpur.

Dengan ancaman kekeringan, tanaman padi berisiko tidak berkembang dan gagal panen diperkirakan meluas. Sementara itu, kekeringan juga dipastikan akan menurunkan produksi beras setempat.

Batu Bronjong

Berdasarkan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) V, Yoice mengatakan pihaknya disarankan untuk membuat batu bronjong sementara kerusakan bendungan ditangani.

Dalam Indonesia National Procurement Portal (Inaproc) bagian Sumbar dijelaskan, batu bronjong adalah kumpulan batu yang dibentuk sesuai dengan bentuk bronjong. Bronjong merupakan anyaman kawat baja yang membentuk balok.

Struktur batu bronjong dapat digunakan sebagai penahan dan penstabil tanah sehingga lebih tahan dari aliran air deras dan risiko longsor.

"Saran BWS V dibuat batu bronjong, sehingga air dapat masuk. Sementara untuk bendungan di Koto Tuo dan Gunung Nago merupakan kewenangan Provinsi (Pemprov Sumbar). Nanti pihak Dinas PUPR Kota Padang yang akan berkoordinasi langsung," ujarnya.

Sebelumnya, Kelompok Tani di Kecamatan Koto Tangah meminta bantuan pompa besar untuk mengalirkan air pada banyak tanaman padi yang baru tumbuh di sawah. Namun, dituturkan Yoice, pihaknya disarankan untuk tidak tidak menggunakan pompa besar lantaran biaya operasional yang besar.

Sementara itu, merespons penurunan produksi beras dan warga terdampak banjir bandang, 95 ton beras disalurkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) hingga masa tangga darurat selesai.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads