Asal usul gelondongan kayu di lokasi bencana di Sumatera belakangan menjadi sorotan masyarakat. Menurut Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Prof Bambang Hero Saharjo, karakteristik material kayu-kayu tersebut menunjukkan indikasi keterlibatan aktivitas manusia.
Ia menekankan kondisi material kayu-kayu itu tidak sepenuhnya bisa dijelaskan sebagai kayu lapuk atau dampak runtuhan alami.
Kayu-kayu Besar Pasca Banjir Bandang karena Ulah Manusia
Prof Bambang memaparkan tumbangnya satu atau dua pohon dalam kondisi alami bukan ancaman untuk ekosistem. Ia menegaskan, pohon jikapun tumbang, tidak akan banyak.
"Pohon ini, ya, kalaupun tumbang, itu tidak banyak. Paling hanya satu, dua. Dan itu alami," ungkapnya.
Ia menjelaskan sistem perakaran pohon tua yang kuat membuat hutan tetap stabil. Dan ketika satu pohon tumbang, maka ruang kosong itu akan segera diisi oleh regenerasi spesies baru.
Prof Bambang menambahkan, masalah muncul saat pembalakan liar memasuki kawasan hutan. Gangguan pada vegetasi menghilangkan kerapatan tajuk (kanopi). Ia menggarisbawahi hutan yang masih sehat mempunyai struktur tajuk yang rapat dan bertingkat.
Sedangkan gangguan pada vegetasi tidak hanya menghilangkan kerapatan tajuk, tetapi juga membuka celah yang bisa mendorong perubahan drastis dalam aliran air dan kestabilan tanah.
"Pada kondisi seperti ini, ketika pembalakan liar masuk, maka celah antara tajuk semakin terbuka," sebutnya melalui keterangan yang diterima pada Kamis (4/12/2025).
Prof Bambang menerangkan hilangnya fungsi tajuk mengakibatkan air hujan jatuh langsung ke permukaan tanah tanpa proses pemecahan alami, sehingga erosi bisa lebih cepat dan risiko longsor meningkat.
Ia menegaskan, kayu-kayu besar yang ditemukan pasca banjir bandang di Sumatera adalah dampak rusaknya lapisan vegetasi yang disebabkan aktivitas manusia.
"Kayu-kayu besar yang ditemukan pascabencana merupakan konsekuensi dari rusaknya lapisan-lapisan vegetasi akibat aktivitas manusia tersebut," ungkapnya.
Bagaimana Vegetasi Mampu Menahan Air?
Prof bambang juga mengaitkan penemuan gelondongan kayu di banjir bandang di Sumatera dengan kasus serupa yang pernah ia tangani beberapa tahun lalu di kawasan lindung Sumatera Utara.
Ia menjelaskan, struktur tajuk yang rapat dan bertingkat pada hutan yang sehat mampu memecah dan menahan laju air hujan. Meskipun ada air, menurutnya, tidak langsung ke permukaan.
"Dia jatuh di tajuk, pecah, kemudian sebagian mengalir melalui batang atau stem flow," bebernya.
Ia melanjutkan, keberadaan tumbuhan bawah dan serasah berperan penting dalam menyerap air dan menjaga kestabilan ekosistem hutan. Prof Bambang memaparkan lapisan vegetasi yang berjenjang mulai dari tajuk atas hingga vegetasi bawah merupakan sistem penyangga alami yang menjaga keseimbangan linkungan.
"Tuhan menciptakan ini tentu saja untuk kebaikan manusia dan lingkungannya," ucapnya.
Simak Video "Video Tangis Warga Korban Bencana di Sumut: Tolong Bantu Kami Pak"
(nah/nwk)