Mantan Menteri Pendidikan era SBY, Mohammad Nuh menjabarkan lima ciri kehidupan cerdas. Apa salah satunya ada di kamu?
M Nuh mengatakan ada banyak orang cerdik pandai, tetapi hidupnya tidak cerdas sama sekali. Contoh kehidupan tidak cerdas yang ia maksud misalnya gemar bertengkar, tidak produktif, dan sebagainya.
Ciri Kehidupan yang Cerdas
Menurut M Nuh, ciri pertama kehidupan cerdas pada seseorang adalah rasa penasaran yang tinggi atau high curiosity.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia punya rasa penasaran yang sangat tinggi. Mikir terus de'e (dia) itu. Karena dari penasaran itulah itu modal utama dari inovasi," jelasnya dalam pembukaan Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Rabu (19/11/2025), dikutip dari YouTube Kemdiktisaintek.
"Ndak mungkin kalau dia ndak mungkin kepenasaranan, punya inovasi ndak mungkin. Kepenasaranan dulu, ditambah critical thinking, kreatif masuk, inovasi, dan seterusnya," jelasnya.
Ciri yang kedua adalah memiliki daya adaptabilitas yang bagus. Menurut mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu, adaptabilitas membuat seseorang mengantisipasi adanya berbagai perubahan.
Ketiga, adanya strong empathy atau empati yang kuat.
"Bukan simpati, tapi empati. Ini yang akan menjadikan sebagai modal terjadinya harmoni sosial. Kalau di masyarakat itu empatinya tidak ada, maka yang terjadi adalah keberingasan ataupun kesangaran di dalam masyarakat," kata Nuh.
"Tetapi kalau empati itu muncul, maka yang terjadi adalah harmoni hidup di masyarakat itu. Empati itu kakaknya simpati," imbuhnya.
Menurut M Nuh, simpati adalah perasaan ikut merasakan yang dirasakan orang lain. Ia mencontohkan simpati misalnya ikut bersedih ketika ada kerabat tetangga yang wafat.
Namun, ia menegaskan yang dibutuhkan di masyarakat lebih dari simpati. Apa yang dibutuhkan masyarakat, ia menilai, bukan hanya keterlibatan secara emosional, tetapi juga sumbangsih berupa solusi.
Keempat, kehidupan yang cerdas di masyarakat adalah memiliki kepatuhan terhadap nilai-nilai, termasuk moral dan etik. Ia menyebut puncak kehidupan yang cerdas dalam masyarakat yang cerdas adalah sifat selalu jadi problem solver.
"Ciri yang paling mendasar bedanya orang yang cerdas dan tidak cerdas itu kalau ketemu perkara. Kalau orang tidak cerdas atau kurang cerdas, itu kalau ketemu perkara, perkaranya yang diperkarakan. Persoalannya yang dipersoalkan, kenapa? Karena dia tidak bisa menjawab," ujarnya.
"Tetapi bagi orang yang cerdas, setiap kali ada persoalan, mindset-nya hanya satu, how to solve the problem. Masyarakat yang cerdas," terang mantan Rektor ITS ini.
(nah/nwk)











































