RI Ingin Gim Dibatasi pada Anak, Sekolah Jepang Ini Justru Sebaliknya

ADVERTISEMENT

RI Ingin Gim Dibatasi pada Anak, Sekolah Jepang Ini Justru Sebaliknya

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 16 Nov 2025 11:00 WIB
Esports Koutou Gakuin, SMA esports pertama di Jepang akan dibuka
SMA eSports di Tokyo, Jepang. Foto: Dok. Esports Koutou Gakuin
Jakarta -

Pemerintah Indonesia ingin melakukan pembatasan gim pascakasus ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta. Gim yang akan dibatasi terutama berkaitan dengan nuansa perang menggunakan senjata api (senpi), gim first person shooter (FPS), battle royal seperti PUBG, atau lainnya yang mengandung kekerasan.

Alih-alih membatasi, sebuah sekolah di Jepang justru mengusung gim sebagai bagian utama kurikulum mereka. Sekolah tersebut dikenal dengan Sekolah Menengah eSports di Tokyo.

Kepala Sekolah Menengah eSports Tokyo Yoji Tsurunaga menyatakan, pada dasarnya, sekolah ini hadir sebagai tempat berlindung bagi murid yang merasa tidak mampu bertahan di sekolah. Mengingat pendidikan jenjang setara SMA dipandang sangat penting, mereka diharapkan tetap mau bersekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika seorang murid tidak menyukai sekolah karena belajar, kita dapat mendorong mereka untuk memulai dengan kelas gim," ucap Tsurunaga, dikutip dari ABC News, Minggu (16/11/2025).

Tak hanya soal jago bermain, pendekatan yang diterapkan di sekolah ini juga mengajarkan kemampuan berpikir kritis pada murid. Seperti apa?

ADVERTISEMENT

Sekolah Menengah eSports Tokyo

Esports Koutou Gakuin, SMA esports pertama di Jepang akan dibukaEsports Koutou Gakuin, SMA esports pertama di Jepang. Foto: Dok. Esports Koutou Gakuin

eSports Koutou Gakuin, Tokyo adalah akademi swasta dengan kelas yang fokus pada gim berbasis komputer. Namun, sekolah ini juga tetap mengajarkan mata pelajaran reguler sejarah, matematika, dan bahasa Jepang.

Menariknya, sekolah ini memungkinkan murid bisa menghadiri kelas jarak jauh dari rumah. Pendekatan di sekolah ini disebut sangat kontras dengan sistem pendidikan Jepang, yang terkenal kaku dan memiliki ekspektasi tinggi.

Tsurunaga membenarkan ada perbedaan pandangan antara lembaga yang ia pimpin dengan sekolah umum lainnya di Jepang. Pada sekolah lain, gim umumnya dipandang buruk. Namun di sekolahya, gim adalah 'alat' yang penting.

"Di sekolah kami, bermain gim bukan hanya tentang membiarkan murid bermain, (tapi) membantu mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal," tuturnya.

Salah satu gim yang dimainkan dalam pembelajaran adalah Rocket League. Gim itu berupa pertandingan sepak bola virtual menggunakan mobil dengan tujuan mencetak gol.

Selama kelas, murid diajak untuk belajar tentang strategi kemenangan, keterampilannya, serta pola pikir yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan. Hal ini seluruhnya dikaitkan dengan mengasah kemampuan siswa untuk berpikir.

Bagaimana Jika Kecanduan?

Mengizinkan bermain gim di sekolah, bahkan saat mengikuti kelas, mungkin akan membuat banyak murid di dunia iri. Namun, satu kekhawatiran yang tak lepas dari gim adalah masalah kecanduan.

Kecanduan disebut sebagai masalah yang sangat umum di Jepang dan 8 persen murid di Sekolah Menengah eSports Tokyo menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan terkait hal itu. Oleh karenanya, pihak sekolah juga mengantisipasi masalah tersebut.

Tsurunaga menegaskan, sekolah menganjurkan kebiasaan bermain gim yang bertanggung jawab. Setiap murid diberikan jadwal terstruktur yang bertujuan agar bermain gim dan pembelajaran akademis tetap seimbang.

"Bagi para murid yang menolak bersekolah, kami menggunakan permainan favorit mereka sebagai titik awal untuk mendorong mereka keluar dari rumah dan bersekolah," katanya.

Selain itu, sekolah juga mengarahkan lulusannya melanjutkan studi ke universitas. Berdasarkan data lulusan tahun lalu, 70 persen murid melanjutkan studi ke universitas dengan rata-rata nasional 52,6 persen.

Salah satu murid Sekolah Menengah eSports Tokyo menyebut dirinya juga tengah mempertimbangkan untuk masuk universitas seni usai lulus sekolah.

"Saat ini saya sedang berpikir untuk mendaftar ke universitas seni. Setelah menyelesaikan sekolah seni, saya ingin memulai perusahaan saya sendiri," ucapnya.

Keadaan Pendidikan di Jepang

Mengutip NHK, data Kementerian Pendidikan Jepang menunjukkan sebanyak 353.970 siswa SD dan SMP secara kronis absen (chronically absent) pada periode April 2024-Maret 2025. Artinya, mereka tidak masuk sekolah setidaknya 30 hari dalam setahun karena alasan selain sakit atau kesulitan keuangan.

Angka ini naik 7.500 siswa dari data tahun sebelumnya. Sebanyak 30% siswa menyatakan mereka absen karena kekurangan motivasi untuk masuk sekolah, 25% menyatakan ritme badannya tidak bisa beradaptasi pada jadwal sekolah, dan 24,3% menyatakan dirinya mengalami kecemasan dan depresi.

Sementara itu, 67.782 siswa SMA absen kronis pada tahun ajaran 2024/2025. Meski menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 68.770 siswa, di sisi lain, Jepang juga menjadi negara dengan kasus bunuh diri tertinggi sebagai penyebab kematian bagi anak-anak berusia 10-19 tahun.

Tahun lalu, jumlah bunuh diri pelajar tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1980. Jumlahnya adalah 527 pelajar dari SD-SMA. Meningkatnya angka bunuh diri pelajar bertolak belakang dengan angka bunuh diri secara keseluruhan di Jepang yang menunjukkan tren menurun.

Ilmuwan di Institut Penelitian Jepang, Mika Ikemoto mengatakan sekolah di negeri sakura itu kerap kekurangan alat dalam memenuhi kebutuhan murid. Bagi sebagian anak, standar suatu sekolah terlalu tinggi.

"Saya yakin menjadikan sekolah sebagai tempat yang nyaman bagi semua anak, belum menjadi bagian dari budaya sekolah Jepang," ungkapnya.




(det/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads