Resep 'Murah' Awet Muda, Riset: Kuasai Banyak Bahasa!

ADVERTISEMENT

Resep 'Murah' Awet Muda, Riset: Kuasai Banyak Bahasa!

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Minggu, 16 Nov 2025 10:00 WIB
Multiethnic community concept. Diversity of people. Communication between multicultural and multiracial people. Social network concept. Sharing ideas and information between people of different races who exchange views. Communication concept. Dialogue between different cultures. Talk or converse with people abroad. Dialogue between colleagues or collaborators or collaborators of different races. Concept of globalization and integration
Ilustrasi bahasa asing Foto: Getty Images/iStockphoto/melitas
Jakarta -

Di balik manfaat budaya dan sosialnya, kemampuan berbicara dalam lebih dari satu bahasa ternyata menawarkan keuntungan kesehatan yang tak kalah penting. Sejumlah riset menunjukkan, multilingualisme dapat memperlambat proses penuaan biologis sekaligus memperkuat ketahanan tubuh dan otak sepanjang hidup.

Sebuah studi internasional terbaru memperlihatkan bahwa kebiasaan menggunakan beberapa bahasa dapat membantu memperlambat penurunan fungsi yang terkait dengan usia.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Aging melalui laporan berjudul "Multilingualism protects against accelerated aging in cross-sectional and longitudinal analyses of 27 European countries."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian tersebut menganalisis data 86.149 responden dari 27 negara Eropa. Hasilnya konsisten. Individu yang multilingual menunjukkan tingkat penuaan biobehavioral yang lebih lambat dibandingkan mereka yang hanya berbicara satu bahasa.

Para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lebih dari satu tidak hanya memperkaya interaksi sosial, tetapi juga menjadi faktor protektif bagi kesehatan otak dan tubuh dalam jangka panjang.

ADVERTISEMENT

Dr. Agustín IbÑñez, penulis senior sekaligus Direktur Ilmiah Latin American Brain Health Institute (BrainLat) dan Profesor Global Brain Health di Trinity College Dublin, Irlandia menegaskan hasil penelitian ini memperkuat bukti multilingualisme berperan sebagai faktor protektif dalam proses penuaan sehat.

"Belajar dan menggunakan bahasa mengaktifkan jaringan inti otak yang berkaitan dengan perhatian, memori, kontrol eksekutif, serta interaksi sosial-mekanisme yang dapat memperkuat ketangguhan kognitif sepanjang hidup," ujarnya dikutip dari laman Trinity College Dublin.

Penulis utama, Dr Lucia Amoruso dari Basque Center on Cognition, Brain and Language serta BrainLat, menambahkan bahwa efek perlindungan tersebut bersifat kumulatif.
"Semakin banyak bahasa yang dikuasai seseorang, semakin besar pula perlindungan yang mereka miliki dari penurunan fungsi akibat penuaan," jelasnya.

Sementara itu, salah satu penulis pendamping, Dr Hernan Hernandez dari BrainLat, menyoroti relevansi sosial dari temuan ini.

"Multilingualisme adalah strategi yang mudah dijangkau dan berbiaya rendah untuk mendorong penuaan yang sehat di tingkat populasi. Temuan kami melengkapi faktor-faktor lain yang dapat dimodifikasi, seperti kreativitas dan pendidikan," katanya.

Bagaimana Mengukur Penuaan dan Bahasa?

Untuk menilai hubungan antara bahasa dan proses penuaan, para peneliti menggunakan pendekatan biobehavioral aging clock yang merupakan sebuah kerangka inovatif yang mengukur biobehavioral age gaps (BBAG). Ukuran ini dihitung menggunakan model kecerdasan buatan yang dilatih dengan ribuan profil kesehatan dan perilaku.

Model AI tersebut memperkirakan usia biologis seseorang berdasarkan berbagai indikator, mulai dari kondisi fisik seperti hipertensi, diabetes, gangguan tidur, hingga penurunan fungsi sensorik. Faktor protektif seperti tingkat pendidikan, kemampuan kognitif, kapasitas fungsional, dan aktivitas fisik juga turut diperhitungkan.

Selisih antara usia biologis hasil prediksi dan usia sebenarnya yang disebut BBAG menunjukkan apakah seseorang mengalami penuaan yang lebih sehat (nilai negatif) atau justru penuaan yang lebih cepat (nilai positif).

Hasil studi mengungkap bahwa individu yang tinggal di negara dengan kebiasaan penggunaan lebih dari satu bahasa memiliki risiko 2,17 kali lebih rendah mengalami percepatan penuaan.

Sebaliknya, mereka yang hanya menguasai satu bahasa tercatat lebih dari dua kali lipat berpotensi menunjukkan pola penuaan dini. Efek ini tetap kuat meski analisis sudah mengontrol berbagai variabel linguistik, sosial, fisik, hingga faktor sosial-politik.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads