Mengapa Lulusan Baru Susah Dapat Kerja? Pakar Ungkap Fakta Ini

ADVERTISEMENT

Mengapa Lulusan Baru Susah Dapat Kerja? Pakar Ungkap Fakta Ini

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 14 Nov 2025 20:30 WIB
Ilustrasi pengangguran atau pencari kerja
Foto: Getty Images/iStockphoto/byryo/Ilustrasi pencari kerja
Jakarta -

Kesulitan mencari pekerjaan bagi lulusan baru telah menjadi tren global. Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini telah mengakibatkan meningkatkan pengangguran di berbagai negara.

Data laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per awal 2025 menyebut, angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang. Angka ini mirip dengan kondisi jumlah pengangguran di Amerika Serikat yang mencapai 7,38 juta orang per Agustus 2025, menurut Trading Economics.

Menurut Jaison Abel, ekonom di Federal Reserve Bank of New York, pasar kerja tahun 2025 menjadi tantangan tersendiri bagi para lulusan baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasar tenaga kerja bagi lulusan perguruan tinggi baru-baru ini pada tahun 2025, sejauh ini, merupakan salah satu yang paling menantang dalam dekade terakhir , selain periode pandemi," katanya, seperti dilansir NPR.

Apa Penyebab Lulusan Baru Susah Dapat Kerja?


1. Adanya Pengurangan Skala Usaha

Di berbagai industri, PHK terjadi karena alasan pengurangan skala usaha. Akibatnya, perusahaan menjadi lebih berhati-hati ketika akan merekrut karyawan lagi, terutama berkaitan dengan kebijakan masa depan serta pajak usaha yang tidak menentu.

ADVERTISEMENT

Menurut Abel, ketidakpastian ini membuat banyak perusahaan lebih berhati-hati, sembari menunggu dinamika yang terjadi ke depan.

"Pada dasarnya, di masa ketidakpastian, bisnis cenderung bersikap diam, menunggu dan melihat. Jadi, perekrutan benar-benar melambat," ujarnya.

2. Pertimbangan Otomatisasi AI

Abel mengatakan, faktor teknologi juga turut berpengaruh. Pekerjaan level awal yang seharusnya dikerjakan lulusan baru, mulai diisi oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Meski belum semua perusahaan menggunakan AI, tapi faktor ini bisa mendorong lulusan baru semakin susah mendapatkan pekerjaan.

3. Kesenjangan Gaji

Banyak lulusan baru mengharapkan gaji besar, sedangkan industri yang sedang berhati-hati hanya bisa membayar di bawah ekspektasi mereka. Ini kemudian memunculkan kesenjangan yang akhirnya menyulitkan para lulusan baru untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.

Sebuah survei oleh perusahaan pencari kerja ZipRecruiter menemukan kesenjangan yang jauh lebih besar dari biasanya antara gaji yang diharapkan para mahasiswa tingkat akhir dan gaji yang mereka terima setelah lulus kuliah.

"Saya rasa ini menunjukkan persaingan yang ketat. Pasarnya ketat. Dan perusahaan-perusahaan merekrut dengan lebih hati-hati," kata pakar karier ZipRecruiter, Sam DeMase.

4. Kebijakan Tarif dan Imigrasi AS

Banyak negara yang terdampak dengan adanya kebijakan tarif dan imigrasi dari Presiden Donald Trump. Termasuk perusahaan-perusahaan di AS itu sendiri.

Menurut analis ekonomi senior di Bankrate, Mark Hamrick, pasar kerja terpengaruh dengan kebijakan global. Pajak yang lebih tinggi akan berdampak pada keraguan prospek ekonomi pada masa depan.

"Perekrutan baru benar-benar melambat," ujarnya, seperti dilansir ABC News.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads