Selama kurang lebih 30 tahun para ilmuwan meyakini alam semesta kian lama kian berkembang dengan kecepatan yang semakin bertambah pula. Keyakinan tersebut berdasar pada hasil pengamatan supernova yang dijadikan sebagai "patokan jarak" kosmik.
Namun, riset terbaru dari Universitas Yonsei, Korea Selatan, justru mengungkap hal mengejutkan. Ahli menilai ekspansi alam semesta kemungkinan besar sudah tidak mempercepat, bahkan mulai melambat.
Alam Semesta yang Dulu Dipercaya "Mempercepat"
Sejak akhir era 90-an, para astronom beranggapan percepatan ekspansi alam semesta disebabkan oleh dark energy atau energi gelap. Energi inilah yang berperan mendorong ruang antar galaksi sehingga kian melebar seiring berjalannya waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, fakta yang diungkap dalam riset terbaru menunjukkan bahwa asumsi tersebut kemungkinan besar keliru. Hal ini disebabkan karena adanya faktor tersembunyi dalam cara ilmuwan mengukur jarak kosmik. Pandangan tersebut didukung dengan pengamatan terhadap supernova tipe Ia, ledakan bintang yang digunakan sebagai "lilin standar" untuk mengukur jarak kosmik.
Penemuan Tak Terduga Tim Peneliti Korea Selatan
Namun, hasil analisis baru yang dipimpin Profesor Young-Wook Lee dari Universitas Yonsei mengungkap kemungkinan bias dalam pengukuran tersebut. Ia menemukan usia bintang asal supernova mempengaruhi seberapa terang ledakannya. Supernova yang berasal dari bintang tua tampak lebih terang dibandingkan yang lahir dari bintang muda, padahal keduanya seharusnya memiliki kecerahan serupa setelah dikoreksi.
"Studi kami menunjukkan bahwa Alam Semesta telah memasuki fase ekspansi yang melambat pada zaman ini dan energi gelap berevolusi seiring waktu jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Profesor Lee.
Koreksi Data yang Mengubah Segalanya
Ketika faktor usia ini dimasukkan ke dalam perhitungan, hasilnya berubah drastis. Alam semesta ternyata tidak lagi cocok dengan model lama yang disebut Lambda-CDM, model standar yang berasumsi bahwa dark energy konstan dan ekspansi selalu mempercepat. Sebaliknya, data baru menunjukkan bahwa dark energy mungkin berubah seiring waktu, dan kini alam semesta sedang memasuki fase perlambatan ekspansi.
Dampak Besar bagi Dunia Kosmologi
Jika hasil ini benar, maka dunia sains dapat menghadapi perubahan besar. Selama puluhan tahun, teori dark energy menjadi dasar berbagai penelitian kosmologi dan perhitungan masa depan alam semesta. Namun kini, konsep itu berpotensi diganti dengan model baru yang lebih dinamis, di mana energi gelap tidak tetap, melainkan melemah seiring waktu.
Meski menarik, para peneliti menegaskan bahwa temuan ini belum menjadi kesimpulan akhir. Mereka menunggu data tambahan dari teleskop masa depan seperti Vera C Rubin Observatory, yang akan mengamati ribuan supernova baru. Pengamatan ini diharapkan dapat memastikan apakah perlambatan ekspansi benar-benar terjadi, atau hanya efek sementara dari bias pengukuran.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa sains selalu terbuka pada revisi dan pembaruan. Bahkan teori yang sudah mapan pun bisa bergeser ketika data baru muncul. Alam semesta, tampaknya, masih menyimpan banyak rahasia yang menantang cara kita memahami ruang dan waktu.
Penulis adalah peserta program MagangHub Kemnaker di detikcom.
(nah/nah)











































