Studi terbaru menunjukkan DNA Denisovan, manusia purba yang punah puluhan ribu tahun lalu, menurunkan DNA-nya ke manusia modern. DNA ini berperan membuat manusia modern bertahan hidup.
Denisovan, manusia purba yang hidup 50 ribu tahun lalu di kawasan yang kini diketahui sebagai Rusia, Oceania hingga dataran tinggi Tibet. Denisovan kemungkinan telah punah puluhan ribu tahun yang lalu. Namun, keberadaan mereka masih kurang dipahami. Para ilmuwan mengidentifikasi Denisovan pertama yang diketahui hanya 15 tahun lalu melalui DNA pada fragmen tulang yang ditemukan di sebuah gua Denisova di Rusia. Maka itu manusia purba ini dinamakan Denisovan. Seperti Neanderthal, Denisovan mungkin memiliki alis yang menonjol dan tidak memiliki dagu.
Nah, manusia purba ini melakukan perjalanan berbahaya 20 ribu tahun lalu, bermigrasi melintasi ratusan mil es di atas Selat Bering menuju dunia baru yang kini dikenal sebagai Benua Amerika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi baru yang dipimpin oleh University of Colorado Boulder menemukan genetik unik dari Denisovan dalam beberapa ras manusia modern di Amerika. Tim peneliti memfokuskan perhatiannya pada gen yang disebut MUC19, yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Fernando Villanea, salah satu dari dua penulis utama studi ini dan asisten profesor di Departemen Antropologi di University of Colorado Boulder dan rekan-rekannya, termasuk penulis utama David Peede dari Brown University, meneliti genom manusia dari seluruh dunia dan memfokuskan pada MUC19.
Tim peneliti menemukan bahwa manusia dengan keturunan pribumi Amerika lebih mungkin membawa varian gen ini, yang berasal dari Denisovan, dibandingkan populasi lain. Dengan kata lain, warisan genetik purba ini mungkin telah membantu manusia bertahan hidup di ekosistem yang sepenuhnya baru di Amerika Utara dan Selatan, demikian dilansir dari laman kampus Colorado Boulder dan Science Daily, Oktober 2025.
Gen yang Kurang Dikenal
Villanea menambahkan bahwa fungsi MUC19 dalam tubuh manusia sama misteriusnya dengan Denisovan itu sendiri. Gen ini merupakan salah satu dari 22 gen pada mamalia yang menghasilkan musin. Protein ini menghasilkan lendir, yang fungsinya dapat melindungi jaringan dari patogen.
"Sepertinya MUC19 memiliki banyak konsekuensi fungsional bagi kesehatan, tetapi kita baru mulai memahami gen-gen ini," ujar Villanea.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa Denisovan membawa varian gen MUC19 mereka sendiri, dengan serangkaian mutasi unik, yang mereka wariskan kepada beberapa manusia. Kebanyakan manusia yang hidup saat ini membawa sebagian DNA Neanderthal, sementara DNA Denisovan membentuk hingga 5% genom manusia dari beberapa populasi di Oseania.
Dalam studi terbaru, Villanea dan rekan-rekannya ingin mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kapsul waktu genetik ini membentuk evolusi kita.
Kelompok ini meneliti data yang telah dipublikasikan tentang genom manusia modern dari Meksiko, Peru, Puerto Riko, dan Kolombia, tempat leluhur dan DNA Pribumi Amerika umum ditemukan.
Mereka menemukan bahwa satu dari tiga orang modern keturunan Meksiko membawa salinan varian Denisovan dari MUC19, terutama di bagian genom mereka yang berasal dari warisan Pribumi Amerika. Hal ini berbeda dengan orang-orang keturunan Eropa Tengah, yang hanya 1% di antaranya membawa varian MUC19 warisan Denisovan ini.
DNA Sandwich atau Oreo
Para peneliti menemukan sesuatu yang bahkan lebih mengejutkan. Pada manusia, varian gen Denisovan tampaknya dikelilingi oleh DNA dari Neanderthal.
"DNA ini seperti Oreo, dengan bagian tengah Denisova dan kue Neanderthal," kata Villanea menganalogikan lapisan genetik ini yang juga bak sandwich atau roti lapis.
Hipotesa Peneliti
Berikut dugaan Villanea dan rekan-rekannya: sebelum manusia menyeberangi Selat Bering, Denisova kawin silang dengan Neanderthal, mewariskan MUC19 Denisovan kepada keturunan mereka.
Kemudian, secara genetik, Neanderthal kawin silang dengan manusia, berbagi sebagian DNA Denisovan. Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan mengidentifikasi adanya lompatan DNA dari Denisovan ke Neanderthal, lalu ke manusia. Kemudian, manusia bermigrasi ke Amerika di mana seleksi alam mendukung penyebaran MUC19 warisan ini.
Mengapa varian Denisovan menjadi begitu umum di Amerika Utara dan Selatan tetapi tidak di belahan dunia lain juga masih belum jelas. Villanea mencatat bahwa manusia pertama yang hidup di Amerika kemungkinan besar menghadapi kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia, termasuk jenis makanan dan penyakit baru. DNA Denisovan mungkin telah memberi mereka alat tambahan untuk menghadapi tantangan seperti ini.
"Tiba-tiba, manusia harus menemukan cara baru untuk berburu, cara baru untuk bertani, dan mereka mengembangkan teknologi yang sangat canggih untuk menjawab tantangan tersebut. Namun, selama lebih dari 20.000 tahun, tubuh mereka juga beradaptasi pada tingkat biologis," jelas Villanea.
Untuk membangun gambaran tersebut, antropolog tersebut berencana untuk mempelajari bagaimana berbagai varian gen MUC19 memengaruhi kesehatan manusia yang hidup saat ini. Untuk saat ini, Villanea mengatakan bahwa studi tersebut merupakan bukti kekuatan evolusi manusia.
"Apa yang dilakukan penduduk Pribumi Amerika sungguh luar biasa. Mereka beralih dari satu nenek moyang yang sama yang tinggal di sekitar Selat Bering menjadi beradaptasi secara biologis dan budaya di benua baru ini," ujar Villanea.
Riset Villanea dan tim ini sudah dimuat di jurnal Science Volume 389 yang terbit 21 Agustus 2025 dengan judul "The MUC19 gene: An evolutionary history of recurrent introgression and natural selection".











































