×
Ad

Ilmuwan Serius soal Ide 'Mendinginkan' Bumi yang Semakin Panas, Tapi...

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Jumat, 07 Nov 2025 10:00 WIB
Foto: Skitterphoto/Ilustrasi sinar matahari
Jakarta -

Pemanasan global yang semakin ekstrem membuat para ilmuwan terus berpikir untuk mengimbanginya. Mereka mencoba berbagai cara untuk bisa 'mendinginkan' Bumi. Apakah ada metode yang sudah ditemukan?

Sebelumnya, ide mengimbangi pemanasan global dengan 'pendinginan' dianggap fiksi ilmiah. Namun, proses menurunkan suhu di Bumi dengan menyebarkan partikel pemantul sinar matahari ke atmosfer atas, mulai ditanggapi serius oleh ilmuwan.

Namun, sebuah penelitian yang terbit di Scientific Reports pada 21 Oktober 2025, menyebutkan, teknik 'mendinginkan' Bumi ini bisa memicu kekacauan bagi iklim global.

Seperti Apa Teknik 'Memudarkan' Sinar Matahari?

Secara ilmuwah, ilmuwan menyebutnya dengan Stratospheric Aerosol Injection (SAI) atau injeksi aerosol stratosfer. Teknik ini bertujuan mengimbangi pemanasan global dengan meniru efek pendinginan letusan gunung berapi.

Ide ini sebenarnya terinspirasi dari fenomena alam. Letusan Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991, misalnya, fenomena tersebut menurunkan suhu bumi sekitar 0,5°C selama hampir dua tahun. Awan abu vulkanik di atmosfer bertindak seperti "tirai alami" yang menghalangi panas matahari.

Dari situ para ilmuwan berpikir, jika alam bisa melakukannya mungkin manusia bisa menganalisis berbagai tinjauan, untuk bisa melakukan hal serupa.

Dunia Nyata Tak Semudah Model Komputer

Sayangnya, metode yang dipandang oleh ilmuwan memiliki risiko besar. Penelitian terbaru menyebut bahwa simulasi SAI yang dilakukan dengan komputer seringkali terlalu sempurna.

Model tersebut merekonstruksikan semua kondisi berjalan dengan ideal, mulai dari ukuran partikel yang tepat, lokasi penyemprotan yang strategis, hingga jumlah yang terkontrol. Namun, pada kenyataannya atmosfer bumi jauh lebih rumit. Arah angin, suhu udara, hingga pola cuaca global bisa membuat aerosol menyebar tidak merata.

Hasil uji coba, mungkin terdapat wilayah yang mendingin di Bumi, tapi justru wilayah lain mengalami kekeringan, perubahan pola hujan, bahkan gangguan musim monsun.

"Simulasi memang bisa menunjukkan hasil menarik, tapi begitu diterapkan, variabelnya terlalu banyak untuk dikendalikan," ungkap V. Faye McNeill, salah satu peneliti Columbia Climate School, seperti dikutip dari Science Daily.

Solusi Cepat, Risiko Besar

Alih-alih menjadi "jalan pintas" untuk mengatasi pemanasan global, SAI justru menuai kritik tajam para ilmuwan. Peneliti menegaskan, tidak ada tombol ajaib untuk menyejukkan planet Bumi.

Sebaliknya, risiko yang mungkin muncul dari proyek ini antara lain:

- Perubahan sirkulasi udara global seperti jet stream dan monsun.
- Penurunan curah hujan di wilayah tropis, yang bisa memicu krisis air dan gagal panen.
- Ketidakseimbangan iklim antarnegara, di mana sebagian wilayah mendapat manfaat sementara wilayah lain menderita dampaknya.

Selain itu, pemilihan bahan dalam uji coba pun menjadi tantangan. Beberapa material yang dianggap cocok seperti kalsium karbonat, aluminium, atau titanium ternyata bisa menggumpal di udara, sehingga tidak efektif. Sementara bahan lain yang lebih stabil secara optik, seperti debu berlian, terlalu mahal dan langka.

Masalah besar lainnya jika proyek 'mendinginkan' planet Bumi dijalankan, yaitu soal etika dan keadilan global. Jika teknologi ini benar-benar diterapkan, akan terjadi perdebatan tentang siapa yang berhak memutuskan kapan dan dimana SAI dilakukan dan apakah satu negara bisa "mengatur cuaca dunia" tanpa persetujuan negara lain atau tidak.

Para ahli memperingatkan, intervensi iklim dengan model semacam ini dapat memicu ketegangan geopolitik baru. Negara-negara di garis khatulistiwa, misalnya, bisa terkena dampak paling besar karena perubahan pola hujan dan musim tanam.

Menurut ahli, teknologi seperti SAI memang terdengar futuristik, tapi penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa solusi cepat bukan berarti solusi tepat. Ini berarti, menurunkan suhu bumi lewat rekayasa sinar matahari bukan pengganti dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Para ahli menyarankan untuk mengurangi pemanasan global dengan langkah kecil yang dapat menimbulkan manfaat, seperti menghemat energi, menanam pohon, mengurangi konsumsi plastik, serta memperkuat kesadaran lingkungan, kegiatan tersebut masih menjadi cara paling aman dan efektif untuk melindungi planet Bumi.



Simak Video "Video: Kenapa Musim Kemarau dan Hujan Makin Sulit Dibedakan?"

(faz/faz)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork