Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) baru mengeluarkan studi mengenai air hujan Jakarta yang mengandung mikroplastik. Sontak, studi ini menjadi perbincangan masyarakat hingga para pakar.
Sebelumnya, studi ini telah berlangsung sejak 2022 silam. Profesor RisetBRIN di bidang oseanografi, MuhammadRezaCordova, yang memimpin studi tersebut, menemukanmikroplastik di setiap sampel yang diperiksa.Mikroplastik yang ditemukan kebanyakan berbentuk fragmen kecil plastik dan serat sintetis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," kata Reza dikutip dari laman BRIN, Sabtu (1/11/2025).
Jenis mikroplastik tersebut diduga berasal dari poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena. Per harinya, Reza menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi di kawasan pesisir ibu kota.
Studi ini pun menarik perhatian berbagai macam pihak. Salah satunya datang dari BMKG.
Tanggapan BMKG Soal Isu Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik
Menanggapi temuan ini, Dr. A. Fachri Radjab, selaku Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG mengatakan BMKG tidak melakukan pengamatan atau pengujian mikroplastik pada air hujan di Jakarta. Kendati demikian, pihaknya akan berkoordinasi dengan BRIN.
"Terkaitmikroplastik ini, diBMKG kita tidak melakukan pengamatan ataupun pengujian hujan untukmikroplastik," jelasFachri dalam Jumpa PersKesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan disiarkan via Zoom Meeting pada Sabtu (1/11/2025).
"Tapi nanti mungkin kita akan coba cek lebih lanjut dan mungkin juga bisa diinfo lebih lanjut temen-temen dari BRIN juga," imbuhnya.
Imbauan dari Kementerian Lingkungan Hidup
Dalam kesempatan lain, Erik Teguh Primiantoro selaku Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional dan Diplomasi Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengatakan isu mikroplastik bisa terjadi di mana-mana dengan sumber yang beragam.
"Dan sampah kita dari beberapa macam aspek kan memang dari yang berbagai praktik ilegal samping kan banyak sekali. TPA juga banyak sekali tuh. Dan sebagian sampah kita juga banyak ada di darat, di laut, di sungai, dan segala macam," tutur Erik ditemui usai acara Indo-Pacific Plastics Innovation Network di Hotel The Westin, Jl. H. R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
"Yang jelas, yang paling penting, kita harus mencegah dari sumbernya," tegas Erik.
Ia mengimbau agar plastik diolah dengan baik. Artinya, plastik tidak dibuang langsung ke lingkungan."Dikeluarkan dengan baik, proper segala macem ya," ujarnya.
Sebelum dibuang, sampah bisa diolah lagi menjadi produk. Misalnya seperti bahan bangunan, paving jalan, dan sebagainya. Erik menambahkan jika KLH menerapkan Peraturan Presiden untuk permasalahan tersebut. Untuk saat ini, pemerintah juga tengah merevisi Perpres.
"Jadi berbagai macam Perpres sudah dilakukan dalam konteks tadi. Kita sedang merevisi Perpres," pungkas Erik.
(nir/pal)











































