Big 4 Mulai Tergeser, Mahasiswa Kini Pilih Kuliah ke Negara-negara Ini

ADVERTISEMENT

Big 4 Mulai Tergeser, Mahasiswa Kini Pilih Kuliah ke Negara-negara Ini

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 26 Okt 2025 10:00 WIB
Student girl holding books and smartphone while walking in school campus background, education, back to school concept
Ilustrasi mahasiswa. Foto: istockphoto/mangpor_2004
Jakarta -

Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Kanada adalah negara-negara yang mempunyai ekonomi hingga pendidikan yang maju. Negara-negara ini banyak dijadikan tujuan kuliah oleh mahasiswa internasional sehingga mendapat julukan Big 4.

Namun, para pengamat kini melihat adanya pergeseran minat kuliah. Tak hanya ke empat negara tersebut, mahasiswa internasional sudah mulai melirik negara lain.

Hal ini bisa dilihat dari tujuan mahasiswa-mahasiswa internasional China. Diketahui, negara ini memiliki penduduk terbanyak ke-2 di dunia, ekonomi maju, dan kesadaran tinggi akan pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stephanie Smith, komisioner perdagangan Australia's Trade and Investment (Austrade) di Shanghai, mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, mahasiswa China yang melanjutkan studi ke luar negeri biasanya memilih Big 4. Namun kini, lebih banyak negara baru yang mereka lirik.

ADVERTISEMENT

"Para agen kini berbicara tentang Big 14. Ini menempatkan kita dalam lingkungan yang jauh lebih kompetitif," kata Smith dalam Konferensi Pendidikan Internasional Australia, dikutip dari laman Inside Higher Ed.

Biaya Pendidikan Naik, Negara Terdekat Jadi Incaran

Mahasiswa China kini semakin sensitif terhadap biaya. Krisis ekonomi global dan pelemahan ekonomi China pun membuat mereka mencari negara tujuan yang lebih terjangkau dan dekat secara geografis maupun budaya.

Negara yang jadi incaran baru adalah Hong Kong. Negara tersebut kini memiliki kebijakan memperbolehkan kampus menerima 50% mahasiswa nonlokal.

Selain itu, kampus-kampus di Hong Kong mulai dilirik para investor besar pemerintah. Hal ini membuat peringkat universitas di sana meroket.

"Anda benar-benar bisa menghitung Hong Kong sebagai pesaing kunci baru bagi Australia," ujar Smith.

Selain Hong Kong, semakin banyak negara yang naik daun, termasuk Irlandia, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Vietnam.

Adapun negara-negara Barat yang jadi lirikan baru adalah Prancis dan Jerman yang makin digemari karena biaya kuliah lebih rendah dan peluang kerja lebih besar.

Target Negara dalam Merebut Mahasiswa Internasional

Mitra senior di konsultan The Lygon Group, Melissa Banks, menyebut saat ini negara-negara tengah mengatur strategi dalam mendatangkan lebih banyak mahasiswa internasional.

Misalnya di Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Negara-negara dinilai ini kerap menjadi tuan rumah kemitraan pendidikan lintas negara. Bahkan, negara-negara tersebut telah menyiapkan kampus cabang.

Beberapa negara bahkan telah memasang target agresif untuk menggaet mahasiswa internasional, seperti:

  • Prancis: 500 ribu mahasiswa internasional pada 2027
  • India: 500 ribu mahasiswa internasional pada 2047
  • Jepang: 400 ribu pada 2033
  • Turki: 500 ribu pada 2028
  • Korea Selatan: Target 300 ribu sudah tercapai lebih cepat

Era Big 4 Bergeser ke Big 14

Jon Chew dari Navitas, penyedia jasa pendidikan nirlaba di Australia, menilai istilah Big 4 sudah tak relevan lagi. Menurutnya, negara asalnya yakni Australia harus bersiap juga menghadapi era Big 14 tersebut.

"Apakah kita memiliki komposisi, distribusi, integritas, dan kualitas yang kita inginkan? Jika ya, mungkin tidak masalah jika kita kehilangan pangsa pasar. Persaingan akan tetap ada, tetapi saya pikir kita sedang menuju sudut pandang yang sangat berbeda," katanya.

Menurut Julian Hill, Wakil Menteri Pendidikan Internasional Australia, kondisi multipolar yang baru ini justru berpotensi menjadi hal baik. Era ini dapat menjadi momen pertukaran budaya lebih luas.

"Ini memungkinkan anak muda di tahap pembentukan kehidupan mereka untuk mengenal masyarakat lain dan saling memahami. Saya rasa sangat baik jika hal itu terjadi secara merata di berbagai belahan dunia," katanya.

Pakar lain yakni Fanta Aw, CEO Association of International Educators yang berbasis di Washington, DC, AS, juga menilai pertumbuhan kampus luar negara Big 4 menunjukkan bahwa lulusan kampus-kampus AS bisa kembali dan membangun negaranya.




(cyu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads