Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Pakar Serukan Sanksi dan Langkah Ini

ADVERTISEMENT

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Pakar Serukan Sanksi dan Langkah Ini

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 20 Okt 2025 20:30 WIB
Warga tetap beraktivitas di tengah gerimis yang turun di kawasan Thamrin, Jakarta, pada Senin (26/5/2025). Hujan ringan hingga sedang masih mengguyur sejumlah wilayah Ibu Kota meski kalender menunjukkan awal musim kemarau.
Peneliti BRIN mengungkap air hujan Jakarta mengandung mikroplastik berbahaya dari aktivitas manusia. Pakar IPB serukan sanksi dan langkah ini.Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya. Asalnya dari aktivitas manusia di perkotaan.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," kata peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova di Jakarta, dikutip dari laman BRIN, Senin (20/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan studi sejak 2022 tersebut, setiap sampel air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan temuan air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik merupakan peringatan untuk serius menangani sampah. Menurutnya, penumpukan sampah berkontribusi pada mikroplastik pada air hujan.

ADVERTISEMENT

"Ya bagaimana tidak mikroplastik kalau sampahnya ditumpuk semua. Yang (TPA) Bantargebang saja pasti mengontribusi mikroplastik cukup besar," kata Hanif, melansir Antara, Senin (20/10/2025).

"Dengan sampah yang menumpuk kena hujan, kena air, kena panas, pasti akan menimbulkan mikroplastik," ujarnya.

Saran Pakar IPB

Merespons fenomena ini, Guru Besar IPB University Prof Etty Riani dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengatakan butuh langkah dari pemerintah dan masyarakat untuk menuju perubahan pola gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Etty meminta pemerintah memberikan sanksi bagi pihak yang tidak mendukung kebijakan pengurangan plastik.

"Tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi akar masalah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik. Akhirnya, plastik akan terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik," ucapnya, dikutip dari laman kampus.

"Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker," sambung Etty.

Sementara itu, berikut sejumlah langkah mengatasi masalah mikroplastik bagi warga:

  • Kurangi penggunaan plastik
  • Hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik
  • Biasakan untuk memilah sampah sejak dari rumah
  • Terapakn prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Bagaimana Mikroplastik Muncul di Air Hujan?

  • Partikel mikroplastik muncul dari degradasi ban mobil yang menggesek jalanan, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, dan serat pakaian berbahan sintetis
  • Suhu tinggi dan kondisi udara kering mempercepat proses pelapukan plastik sehingga lebih mudah beterbangan ke atmosfer
  • Partikel mikroplastik terbang di udara terbawa arus angin ke atmosfer
  • Hujan menyatu dengan mikroplastik di udara dan turun sebagai tetesan hujan yang mengandung mikroplastik
  • Air hujan dengan kandungan mikroplastik yang masuk ke tubuh makhluk hidup melalui saluran pernapasan, pencernaan, atau kulit memicu masalah kesehatan.



(twu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads