Orang Dewasa Bisa Awet Muda dengan Modal Hubungan Sosial, Begini Studinya

ADVERTISEMENT

Orang Dewasa Bisa Awet Muda dengan Modal Hubungan Sosial, Begini Studinya

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 15 Okt 2025 09:30 WIB
ilustrasi teman
Studi ungkap hubungan sosial bisa membuat orang awet muda. Begini ketentuannya. Foto: Getty Images/Worawee Meepian
Jakarta -

Efek kumulatif dari hubungan sosial sepanjang hidup rupanya bisa memperlambat proses biologis penuaan. Hubungan ini mulai dari dari kehangatan orang tua di masa kanak-kanak, persahabatan, hingga keterlibatan dengan masyarakat.

Penelitian mengenai hal ini dimuat dalam jurnal Brain, Behavior and Immunity -- Health edisi Oktober 2025 dengan judul "Cumulative social advantage is associated with slower epigenetic aging and lower systemic inflammation".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti menggunakan data dari lebih dari 2.100 orang dewasa dalam studi Midlife in the United States (MIDUS) yang telah berlangsung lama. Hasil studi menunjukkan, hubungan sosial yang berkualitas dan berkelanjutanlah yang punya andil mendukung seseorang jadi awet muda.

Seberapa Berpengaruh Hubungan Sosial yang Berkualitas dan Berkelanjutan?

Anthony Ong, profesor psikologi di Universitas Cornell, dan rekan-rekan peneliti mendapati, orang yang memilki hubungan sosial berkualitas secara kumulatif menunjukkan penuaan epigenetik yang lebih lambat dan tingkat peradangan kronis yang lebih rendah.

ADVERTISEMENT

Studi ini berfokus pada apa yang disebut jam-jam epigenetik, yakni tanda molekuler yang memperkirakan laju penuaan biologis. Dua di antaranya khususnya, GrimAge dan DunedinPACE, dianggap sangat prediktif terhadap morbiditas dan mortalitas.

Orang dewasa dengan jaringan sosial yang lebih kuat dan berkelanjutan menunjukkan profil yang jauh lebih muda pada kedua jam tersebut.

"Hubungan sosial kumulatif sebenarnya berkaitan dengan kedalaman dan keluasan koneksi sosial Anda sepanjang hidup," kata Ong, dikutip dari Science Daily pada Minggu (11/10/2025).

"Kami mengamati empat area utama: kehangatan dan dukungan yang Anda terima dari orang tua Anda saat tumbuh dewasa, seberapa terhubung Anda dengan komunitas dan lingkungan Anda, keterlibatan Anda dalam komunitas keagamaan atau berbasis agama, dan dukungan emosional yang berkelanjutan dari teman dan keluarga," imbuhnya.

Para peneliti berhipotesis, hubungan sosial berkualitas yang berkelanjutan tercermin dalam sistem regulasi yang terkait dengan penuaan. Termasuk dalam hal ini yaitu jalur epigenetik, inflamasi, dan neuroendokrin.

Mereka menemukan, rupanya hubungan sosial berkualitas yang lebih tinggi berkaitan dengan kadar interleukin-6 yang lebih rendah. Interleukin-6 merupakan sebuah molekul pro-inflamasi yang terlibat dalam penyakit jantung, diabetes, dan neurodegenerasi.

Konsistensi Juga Penting

Sebelumnya, banyak studi mengamati faktor-faktor sosial secara terpisah. Misalnya, apakah seseorang sudah menikah atau berapa banyak teman yang mereka miliki.

Berbeda dengan banyak penelitian sebelumnya, penelitian ini mengonseptualisasikan hubungan sosial kumulatif sebagai konstruksi multidimensi.

Dengan menggabungkan sumber daya relasional di awal dan akhir kehidupan, pengukuran ini mencerminkan bagaimana keunggulan tersebut berkelompok dan berkembang.

"Yang mencolok adalah efek kumulatifnya-sumber daya sosial ini saling membangun seiring waktu," kata Ong.

"Ini bukan hanya tentang memiliki teman hari ini; ini tentang bagaimana koneksi sosial Anda telah tumbuh dan mendalam sepanjang hidup Anda. Akumulasi tersebut membentuk lintasan kesehatan Anda dengan cara yang terukur," jelasnya.

Ini tidak berarti satu pertemanan atau kegiatan sukarela dapat memutar balik jam biologis. Para penulis berpendapat, kedalaman dan konsistensi koneksi sosial yang dibangun selama beberapa dekade dan berbagai bidang kehidupan, sangatlah penting.

Studi ini memperkuat pandangan yang berkembang bahwa kehidupan sosial bukan hanya soal kebahagiaan atau pelepas stres, tetapi juga penentu inti kesehatan fisiologis.

"Bayangkan koneksi sosial seperti rekening pensiun," kata Ong.

"Semakin dini Anda berinvestasi dan semakin konsisten Anda berkontribusi, semakin besar imbal hasilnya. Studi kami menunjukkan imbal hasil tersebut bukan hanya emosional; melainkan biologis. Orang dengan koneksi sosial yang lebih kaya dan berkelanjutan secara harfiah menua lebih lambat di tingkat sel. Menua dengan baik berarti tetap sehat dan tetap terhubung--keduanya tak terpisahkan," bebernya.




(nah/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads