The Royal Swedish Academy of Sciences atau Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia resmi mengumumkan peraih Hadiah Nobel Kimia 2025. Para penerima penghargaan tertinggi di bidang pengetahuan ini adalah Susumu Kitagawa, Richard Robson, Omar M Yaghi.
Hadiah Nobel Kimia 2025 didapatkan ketiganya melalui penelitian tentang pengembangan kerangka logam-organik. Mereka menciptakan sebuah konstruksi molekuler dengan ruang yang luas, sehingga memungkinkan gas dan zat kimia lainnya bisa mengalir.
Konstruksi ini kemudian disebut dengan "kerangka logam-organik" yang bisa digunakan untuk berbagai manfaat, seperti memanen air dari udara guru, menangkap karbon dioksida, menyimpan gas beracun, hingga mengkatalisis reaksi kimia.
Profil Peraih Nobel Kimia 2025
Adapun profil peraih Nobel Kimia 2025, yakni:
1. Susumu Kitagawa
Susumu Kitagawa lahir tahun 1951 di Kyoto, Jepang. Ia meraih gelar PhD tahun 1979 dari Universitas Kyoto, Jepang dan kini menjadi seorang profesor di Universitas Kyoto, Jepang.
2. Richard Robson
Robson diketahui lahir tahun 1937 di Glusburn, Inggris. Gelar PhD berhasil diraihnya pada tahun 1962 dari Universitas Oxford, Inggris.
Kini, ia beranjak dari tanah kelahirannya dan menjadi profesor di Universitas Melbourne, Australia.
3. Omar M. Yaghi
Lahir tahun 1965 di Amman, Yordania, Omar M Yaghi meraih gelar PhD tahun 1990 dari University of Illinois Urbana-Champaign, AS. Kini, ia berstatus sebagai profesor di University of California, Berkeley, AS.
Yaghi lahir di Amman, Yordania pada tahun 1965. Keluarganya dulu adalah pengungsi Palestina yang pindah ke Amman usai perang Arab-Israel 1948. Hidupnya di masa kecil jauh dari kata mudah. Ia harus berbagi kamar sempit bersama sembilan saudaranya dan hewan ternak di rumah tanpa listrik.
"Aku tumbuh dalam keluarga pengungsi. Aku berjalan sejauh tiga mil setiap hari ke sekolah, pergi dan pulang. Aku mengalami masa-masa sulit," kata Yaghi dikutip dari aa.com.
Para pemenang Hadiah Nobel mendapat dana sebesar 11 juta Krona Swedia dibagi rata atau sekitar Rp 19,4 miliar (kurs 1 Krona Swedia=Rp 1.763,84).
Penelitian Pemenang Nobel Kimia 2025
Kitagawa, Robson, dan Omar Yaghi dianugerahi Hadiah Nobel Kimia 2025 melalui pengembangan bentuk baru arsitektur/konstruksi molekuler. Dalam alat yang mereka ciptakan itu, ion logam berfungsi sebagai landasan yang dihubungkan dengan molekul organik panjang berbasis karbon.
Bersama-sama keduanya bisa terorganisir untuk membentuk kristal yang mengandung rongga-rongga besar. Material berpori/berongga-rongga besar ini disebut dengan metal-organic frameworks (MOF) atau kerangka logam-organik.
Dengan memvariasikan blok penyusun yang digunakan dalam MOF, ahli kimia dapat menangkap dan menyimpan zat-zat tertentu. MOF juga dapat berguna untuk menghadirkan reaksi kimia atau menghantarkan listrik.
Studi ini berawal pada 1989 kala Robson menguji pemanfaatan sifat-sifat inheren atom dengan cara baru. Cara yang ia lakukan kala itu adalah menggabungkan ion tembaga bermuatan positif dengan molekul berlengan empat (molekul dengan gugus kimia yang tertarik pada ion tembaga di ujung setiap lengannya).
Ketika digabungkan, Robson menemukan mereka terikat membentuk kristal yang teratur dan lapang. Hal ini digambarkannya sebagai berlian yang dipenuhi rongga-rongga tak terhitung jumlahnya.
Robsen segera menyadari potensi konstruksi molekulernya, tetapi saat itu ciptaannya tidak stabil dan mudah rubuh. Di kesempatan berbeda, Susumu Kitagawa dan Omar Yaghi memberikan fondasi yang kokoh bagi metode konstruksi ini (antara tahun 1992-2003).
Ketiganya secara terpisah menghasilkan serangkaian penemuan yang revolusioner. Dalam studi Kitagawa ditemukan bila gas dapat mengalir masuk dan keluar dari konstruksi dan memprediksi bahwa MOF dapat dibuat secara fleksibel.
Sedangkan Yaghi menciptakan MOF yang sangat stabil dan menunjukkan bahwa inovasi tersebut dapat dimodifikasi dengan desain rasional. Dengan begitu konstruksi bisa menghasilkan sifat-sifat baru yang diinginkan.
Setelah penemuan ketiganya, para ahli kimia telah membangun puluhan ribu MOF yang berbeda dan dapat memecahkan beberapa tantangan terbesar umat manusia. Seperti menguraikan jejak obat-obatan di lingkungan, menangkap karbon dioksida, atau memanen air dari udara guru.
Terkait hal ini, Ketua Komite Nobel untuk Kimia Heiner Linke memberikan apresiasi. Penemuan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk memberikan manfaat kepada manusia.
"Kerangka logam-organik memiliki potensi yang sangat besar, menghadirkan peluang yang sebelumnya tak terduga untuk material yang dibuat khusus dengan fungsi baru," tandasnya.
Simak Video "Video Surat Wasiat Ini Jadi Patokan Memilih Peraih Nobel Perdamaian"
(det/faz)