Studi menunjukkan terbangun di malam hari meningkatkan risiko kelelahan kerja. Efeknya lebih terasa pada perempuan.
Penelitian Jia Wu dan rekan-rekan dalam jurnal Scientic Report mendapati, terbangun di malam hari selama 3 hari atau lebih per minggu memicu efek kelelahan ini. Sedangkan bagi perempuan, terbangun di malam hari satu kali saja per minggu meningkatkan risiko kelelahan yang sama.
Hasil studi ini dipublikasi dengan judul 'Exploring the correlation between nocturnal awakenings and occupational burnout in internal medicine physicians via online survey', 28 Juli 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa Terbangun pada Jam 3 Pagi?
'Kebiasaan' terbangun di malam hari rupanya punya istilah medis, yakni sleep-maintenance insomnia. Contohnya yakni terbangun pada jam 3 pagi lalu kesulitan untuk tidur lagi. Akibatnya, badan terasa lelah seharian, dikutip dari laman Harvard Health Publishing, Harvard Medical School.
Berdasarkan Harvard Medical School Special Health Report: Improving Sleep yang disunting Dr Lawrence Epstein, stres dan terlalu memikirkan tugas yang sudah lewat atau justru akan dilakukan bisa memicu terbangun di malam atau dini hari.
Orang yang akan mengerjakan suatu tugas di pagi atas tugas tersebut bisa jadi ingin tidur nyenyak agar esok hari lebih bugar. Namun, tekanan atas tugas tersebut maupun tekanan untuk mendapat tidur yang berkualitas justru bisa membuat terbangun, kurang tidur, dan kualitas tidur rendah.
Alih-alih merasa segar setelah bangun, orang tersebut bisa merasa kelelahan. Hal yang sama bisa terjadi jika orang merasa esok hari adalah hari yang berat, banyak tugas, atau tidak menyenangkan.
Selaras, Greg Murray, peneliti psikologi bidang suasana hati, tidur, dan sistem sirkadian dari Swinburne University of Technology menjelaskan, orang sebenarnya terbangun berkali-kali pada malam hari. Namun, sedikit tambahan stres memicu orang benar-benar sadar bahwa ia terbangun dari tidur di malam hari.
Terbangun pada jam 3 pagi juga dipengaruhi oleh bertepatannya dengan waktu suhu inti tubuh naik dan dorongan tidur turun karena sudah tidur sebagian waktu. Pada jam 3 pagi, hormon stres (kortisol) juga meningkat karena badan sedang siap-siap bangun di pagi hari, dikutip dari laman resmi kampus.
Lebih lanjut, orang juga kesulitan untuk tidur lagi karena merasa sendiri. Akibatnya, mereka jadi cenderung terpikir hal-hal buruk atau negatif yang bisa terjadi dari suatu momen, kendati aslinya tidak demikian. Hal ini disebut juga catastrophizing.
Cara Mengurangi Terbangun Jam 3 Pagi
Ada sejumlah cara agar tidak terbangun pada jam 3 pagi. Berikut di antaranya:
- Meditasi dengan fokus mendengar suara napas sendiri sehingga tidak fokus pada pikiran yang buruk atau negatif
- Hidupkan lampu temaram dan membaca, atau kegiatan lain yang menenangkan hingga kantuk datang lagi
- Jangan buka HP atau gadget lain
- Pastikan cahaya di kamar tidak mengganggu
- Biasakan untuk:
- Menghindari stimulan seperti kopi, teh, coklat, dan soft drink setelah jam 1 atau 2
- Olahraga teratur seperti jalan kaki, jogging, atau renang agar tidur lebih lelap
- Menjaga ruang tidur nyaman: tidak panas, gelap, dan hening
- Memastikan ruang tidur tidak bising, atau menutupinya dengan white noise seperti suara kipas
- Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
Semoga bermanfaat, detikers!
(twu/nah)