Pandemi Pertama Ternyata Sudah Ada dari 1.500 Tahun Lalu, Penyebabnya Bakteri Ini

ADVERTISEMENT

Pandemi Pertama Ternyata Sudah Ada dari 1.500 Tahun Lalu, Penyebabnya Bakteri Ini

Siti Nur Salsabilah - detikEdu
Sabtu, 13 Sep 2025 18:00 WIB
Laboratorium DNA Kuno di Universitas Florida Atlantic ungkap bakteri penyebab pandemi 1.500 tahun lalu
Foto: Florida Atlantic University (FAU)/Laboratorium yang menguji DNA Kuno di Universitas Florida Atlantic, ungkap bakteri penyebab pandemi 1.500 tahun lalu
Jakarta -

Tahukah detikers apa pandemi pertama yang tercatat dalam sejarah? Para ilmuwan baru saja mengungkap wabah yang disebut 'Justinian' yang berasal dari 1.500 tahun lalu. Wabah pandemi itu terjadi di wilayah Mediterania Timur.

Penyebabnya karena bakteri bernama Yersinia pestis. Bukti wabah ini berhasil diidentifikasi melalui penelitian oleh tim interdisipliner dari University of South Florida (USF) dan Florida Atlantic University (FAU), yang bekerja sama dengan peneliti dari India dan Australia.

Para ilmuwan mengidentifikasi Y. pestis di kuburan massal di Jerash, Yordania. Lokasi tersebut hanya berjarak sekitar 322 kilometer dari lokasi awal wabah di Pelusium, Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penemuan ini memberikan bukti definitif yang telah lama dicari tentang Y. pestis di episentrum Wabah Justinian," kata Rays HY Jiang, PhD, pemimpin studi dan profesor madya di Fakultas Kesehatan Masyarakat USF, dilansir dari laman resmi USF.

"Selama berabad-abad, kita mengandalkan catatan tertulis, tapi kini kita memiliki bukti biologis yang nyata-sebuah jendela genetik pertama tentang bagaimana pandemi (pertama) ini berkembang di jantung kekaisaran," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Pandemi Pertama yang Sangat Mematikan

Melalui penemuan bakteri penting ini, Wabah Justinian ditandai sebagai pandemi pertama (541-750 M) yang tercatat sejarah. Sebelumnya, Wabah Justinian pertama kali muncul dalam catatan sejarah di Pelusium (sekarang Tell el-Farama) di Mesir sebelum menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi Timur, atau Bizantium.

Sejak lama, para ilmuwan bertanya-tanya, apa penyebab wabah dahsyat yang menewaskan puluhan juta orang, mengubah bentuk Kekaisaran Bizantium, dan mengubah arah peradaban Barat.

Dengan teknik DNA kuno yang ditargetkan, tim mengekstraksi materi genetik dari delapan gigi manusia yang digali dari pemakaman kuno di bawah bekas hipodrom Romawi di Jerash. Analisis genomik mengungkapkan bahwa para korban wabah membawa galur Y. pestis yang hampir identik.

Bukti ini, untuk pertama kalinya mengonfirmasi keberadaan bakteri tersebut di Kekaisaran Bizantium antara tahun 550-660 M. Keseragaman genetik dalam kuburan kuno ini, menunjukkan wabah yang menyebabkan kematian massal. Terlebih, kota itu dulunya merupakan pusat perdagangan dan hiburan.

Dengan menganalisis ratusan genom Y. pestis purba dan modern-termasuk yang baru ditemukan dari Jerash, para peneliti mengatakan bahwa bakteri tersebut telah beredar di antara populasi manusia selama ribuan tahun sebelum wabah Justinian.

Apakah Bakteri Purba Itu Masih Ada?

Penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa wabah berevolusi selama ribuan tahun sampai sekarang. Menurut peneliti, Wabah hitam pada abad ke-14 dan wabah modern, tidak berasal dari satu galur leluhur.

Peneliti juga berpendapat pandemi bisa muncul secara independen dan berulang dari reservoir hewan yang telah lama ada. Kemudian meletus dalam berbagai gelombang di banyak wilayah dan zaman.

Untuk Y. pestis sendiri masih bisa ditemukan hingga kini. Pada Juli 2025, seorang penduduk Arizona utara meninggal karena pneumonia, bentuk infeksi Y. pestis yang paling mematikan, menandai kematian pertama di AS sejak 2007.

"Kita telah bergulat dengan wabah selama ribuan tahun, dan ancamannya belum hilang," kata Jiang.

Selain mengungkap sejarah, penelitian ini juga menunjukkan pola pandemi yang terjadi berulang kali dari reservoir hewan, berbeda dengan COVID-19 yang muncul dari satu peristiwa spillover. Dengan kata lain, pandemi merupakan fenomena biologis yang terus muncul, dipengaruhi mobilitas manusia dan interaksi dengan lingkungan yang berubah.

Kini, tim peneliti memperluas studi ke situs bersejarah lain, termasuk pulau karantina Lazzaretto Vecchio di Italia, untuk menelusuri hubungan antara patogen, kota, dan kebijakan kesehatan masyarakat di masa lalu.

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

"Bekerja dengan sisa-sisa manusia purba dan menggunakan sains modern untuk menceritakan kisah mereka adalah pengingat tentang kemanusiaan kita bersama lintas waktu," ujar Greg O'Corry-Crowe, PhD, rekan penulis studi.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads