Sejarah Tragedi 9/11 pada 2001, Puluhan Tahun Dunia Masih Mengingat

ADVERTISEMENT

Sejarah Tragedi 9/11 pada 2001, Puluhan Tahun Dunia Masih Mengingat

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 11 Sep 2025 13:30 WIB
Sinar Tribute in Light menerangi langit Manhattan pada 11 September 2024, memperingati 23 tahun serangan 11 September 2001 di World Trade Center, New York, seperti yang terlihat dari Bayonne, New Jersey, AS, Rabu (11/9/2024).
Peringatan tragedi 9/11 di Amerika Serikat. Foto: REUTERS/Kent J. Edwards
Jakarta -

Tepat hari ini pada 24 tahun lalu, terjadi sebuah peristiwa kelam yang kemudian diingat oleh seluruh dunia. Pada 11 September 2001 terjadi serangkaian pembajakan pesawat dan serangan bunuh diri yang dilakukan oleh 19 militan yang terkait dengan kelompok Al-Qaeda.

Serangan terhadap New York City dan Washington, DC di Amerika Serikat (AS) itu menyebabkan kematian dan kehancuran dalam skala yang besar. Sekitar 2.750 orang tewas di New York, 184 di Pentagon, dan 40 di Pennsylvania (di mana salah satu pesawat yang dibajak jatuh ke tanah setelah penumpang berusaha merebut kembali pesawat); dan semua 19 teroris tewas.

Dikutip dari ensiklopedia Britannica, lebih dari 400 petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran meninggal akibat tragedi ini setelah bergegas ke lokasi kejadian dan masuk ke dalam menara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Tragedi 9/11

Pada 11 September 2001, para peneror menaiki empat pesawat domestik di tiga bandara Pantai Timur AS. Segera setelah lepas landas, mereka melumpuhkan awak pesawat.

Para pembajak kemudian mengambil alih kendali pesawat, semuanya berukuran besar dan menuju Pantai Barat AS dengan muatan bahan bakar penuh.

ADVERTISEMENT

Pukul 08.46 pesawat pertama, American Airlines penerbangan 11 yang berasal dari Boston, diterbangkan ke menara utara World Trade Center di New York City. Sebagian besar pengamat awalnya menafsirkan kejadian ini sebagai kecelakaan yang melibatkan pesawat komuter kecil.

Pesawat kedua, United Airlines penerbangan 175 juga dari Boston, menabrak menara selatan 17 menit kemudian. Pada titik ini, tidak ada keraguan Amerika Serikat sedang diserang. Setiap bangunan rusak parah akibat benturan dan terbakar.

Sejumlah pekerja kantor yang terjebak di atas titik benturan dalam beberapa kasus memutuskan untuk melompat ke luar gedung daripada menghadapi kobaran api di dalam menara.

Pesawat ketiga, American Airlines penerbangan 77, lepas landas dari Bandara Dulles dekat Washington, DC, menabrak sisi barat daya Pentagon (tepat di luar kota) pukul 09.37 dan memicu kebakaran di bagian bangunan tersebut. Beberapa menit kemudian, Otoritas Penerbangan Federal memerintahkan penghentian darat secara nasional.

Dalam satu jam berikutnya (pukul 10.03) pesawat keempat, United Airlines penerbangan 93 dari Newark, New Jersey, jatuh di dekat Shanksville di pedesaan Pennsylvania setelah para penumpangnya, yang diberitahu tentang kejadian tersebut melalui telepon seluler, berusaha mengalahkan para penyerang.

Pukul 09.59, menara selatan World Trade Center yang rusak berat runtuh. Menara utara runtuh 29 menit kemudian.

Kepulan asap dan puing dengan cepat memenuhi jalanan Lower Manhattan. Para pekerja kantor dan warga berlarian panik sambil berusaha menghindari kepulan puing.

Sejumlah gedung lain yang berdekatan dengan menara kembar mengalami kerusakan serius. Beberapa di antaranya kemudian runtuh. Kebakaran di lokasi World Trade Center membara selama lebih dari tiga bulan.

Pada pagi hari 11 September 2001, Presiden Bush sedang di Sarasota, Florida, ketika ia diberi tahu sebuah pesawat telah menabrak World Trade Center. Tak lama kemudian Andrew Card, kepala stafnya, berbisik di telinga kanan Bush, "Pesawat kedua menabrak menara kedua. Amerika sedang diserang."

Untuk melindungi Bush dari bahaya, ia kemudian melintasi negeri dengan Air Force One dan mendarat di Washington, DC pada malam serangan. Pukul 20.30, Bush berpidato kepada rakyat dari Ruang Oval dengan menguraikan kunci kebijakan luar negeri pemerintahannya di masa depan, "Kami tidak akan membedakan antara teroris yang melakukan tindakan ini dan mereka yang menyembunyikannya."

Pada 14 September 2001, Bush mengunjungi 'Ground Zero', tumpukan puing-puing berasap dari sisa-sisa World Trade Center dan ribuan orang yang tewas di sana. Berdiri di atas truk pemadam kebakaran yang hancur, Bush mengambil pengeras suara untuk berbicara kepada para petugas penyelamat yang bekerja keras mencari korban selamat.

Ketika salah satu pekerja mengatakan ia tidak dapat mendengar apa yang dikatakan presiden, Bush menyampaikan salah satu pernyataan yang dinilai paling berkesan selama masa kepresidenannya.

"Saya bisa mendengarmu. Warga dunia bisa mendengarmu! Dan orang-orang yang menghancurkan gedung-gedung ini akan segera mendengarkan kita!" seru Bush.

Respons Bush yang kuat terhadap serangan tersebut meningkatkan peringkat jajak pendapatnya dari 55 persen positif sebelum 11 September, menjadi 90 persen beberapa hari setelahnya.




(nah/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads