Orang Utan Ternyata Juga Naksir Wajah 'Maskulin', Ini Kata Peneliti

ADVERTISEMENT

Orang Utan Ternyata Juga Naksir Wajah 'Maskulin', Ini Kata Peneliti

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 08 Sep 2025 09:30 WIB
Ilustrasi orang utan
Penelitian menunjukkan orang utan tertarik pada wajah pejantan dominan dengan bantalan pipi besar. Begini studinya. Foto: Pixabay/ShekuSheriff
Jakarta -

Ilmuwan mengungkap tingkah laku unik orang utan yang sama seperti manusia. Simak selengkapnya!)

Tak hanya manusia yang terpikat dengan wajah maskulin atau tampan. Studi terbaru mengungkap orang utan (Pongo pygmaeus) juga ternyata lebih tertarik saat melihat wajah pejantan dominan yang punya bantalan besar di pipi!

Penelitian yang dilakukan oleh tim gabungan dari Universitas Utrecht, Apenheul, dan Universitas Leiden ini menunjukkan ketika orang utan ditunjukkan dua foto pejantan, mereka menemukan kecenderungan memilih yang mana. Peneliti menyodorkan satu orangutan dengan bantalan besar di pipi (flange) dan satu tanpa flange.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Flange dan Kenapa Disukai?

Dalam dunia orang utan, ada dua tipe pejantan dewasa. Tipe pertama berpenampilan seperti betina. Tipe kedua lebih besar dan berat, rambut lebih panjang, serta memiliki flange.

Flange adalah sejenis bantalan besar di sisi kepala orang utan yang membuat penampilannya menjadi lebih mencolok. Selain itu, pejantan ber-flange mempunyai kantung tenggorokan. Kantung tersebut bisa mengeluarkan suara khas.

ADVERTISEMENT

Mengapa tidak semua orang utan jantan terlihat ber-flange? Rupanya, untuk memiliki flange ternyata tidak mudah dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

"Perkembangan menjadi pejantan besar dengan flange membutuhkan banyak energi dan bisa memakan waktu bertahun-tahun," ujar Tom Roth, ahli biologi perilaku dari Universitas Utrecht, dikutip dari Phys, Minggu (7/9/2025).

Eksperimen Buktikan Mata Tak Bisa Bohong

Untuk memahami lebih dalam tentang ketertarikan ini, Roth dan timnya menggunakan teknologi pelacakan mata. Mereka menunjukkan dua foto kepala orang utan yang berbeda selama empat detik.

Hasilnya terlihat bahwa orang utan menghabiskan sekitar 55-60% waktu mereka untuk melihat pejantan ber-flange. Sementara waktu untuk melihat pejantan tidak ber-flange hanya 40-45%.

"Orang utan melihat ke arah pejantan dengan flange sekitar 55% hingga 60% dari waktu, dan ke arah pejantan tanpa flange sekitar 40% hingga 45%. Itu perbedaan yang cukup signifikan untuk jenis studi seperti ini," kata Roth.

Lemonade Encer Jadi Kuncinya

Mengapa bisa orang utan diam dan fokus menatap layar selama itu? Roth dan tim memutuskan untuk memberikan mereka lemonade.

Dalam setiap sesi eksperimen, orang utan boleh meminum lemonade encer. Sembari minum, kepala mereka terlihat tetap pada posisi ideal untuk pelacakan mata.

"Jika mereka mau, mereka mendapat sedikit minuman lemonade encer melalui wadah minum selama setiap tes. Mereka menjaga bibir mereka tetap menempel pada wadah, yang secara otomatis memposisikan kepala mereka dengan sempurna untuk pengambilan data," jelas Roth.

Bukan Saja soal Cinta, Bisa Juga Ancaman

Walaupun pola ini terlihat seperti sinyal ketertarikan, Roth menyebut bahwa peneliti belum memastikan apakah ini soal cinta semata. Menurutnya, pejantan ber-flange biasanya lebih dominan sehingga jadi ancaman bagi pejantan lain.

Para peneliti juga berspekulasi bahwa perhatian ekstra ini bisa juga berkaitan dengan kewaspadaan serta hierarki sosial orang utan.

Roth menyebutkan dalam penelitian lain, manusia juga lebih sering memusatkan perhatian pada wajah yang dianggap menarik. Roth juga menggabungkan foto-foto tersebut dalam eksperimen pelacakan mata.

"Hasilnya menunjukkan bahwa orang lebih banyak memusatkan perhatian pada wajah yang mereka anggap menarik. Eksperimen dari peneliti lain juga menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita lebih memperhatikan pria dengan wajah maskulin dengan mata yang lebih kecil, alis yang lebih tebal, hidung yang lebih lebar, dan garis rahang yang kuat. Saya rasa kebanyakan orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya," katanya.

Studi ini menjadi bukti bahwa sistem perhatian makhluk hidup terhadap "ciri maskulin" mungkin memiliki akar evolusioner.

"Ini menunjukkan bahwa sistem perhatian kita memiliki akar evolusi yang dalam," kata Roth.

Hasil penelitian Roth dkk ini dipublikasikan dalam jurnal Annals of the New York Academy of Sciences dengan judul "Bornean orangutans (Pongo pygmaeus) show an attentional bias toward a male secondary sexual trait", 2 September 2025.




(cyu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads