Ahli gizi di Indonesia menyoroti fenomena konsumsi gula berlebih pada anak-anak dan remaja. Dosen dan Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof Hardinsyah menjelaskan jika pola konsumsi gula saat ini cenderung meningkat, terutama di perkotaan.
Menurutnya, hal ini lantaran makanan manis semakin mudah ditemukan. Selain itu, anak-anak juga banyak bergantung dengan makanan di luar rumah karena orang tua yang bekerja.
"Selain itu, banyak orang tua yang bekerja, sehingga anak-anak lebih bergantung pada makanan di luar rumah," ujar Prof Hardinsyah dalam laman IPB University dikutip Sabtu (6/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, anak-anak tidak hanya mengonsumsi gula dari minuman atau camilan manis, tetapi juga dari makanan sehari-hari dan jajan sekolah.
Prof Hardinsyah juga menjelaskan lingkungan sekolah sering kali menyediakan jajanan yang tinggi gula. Menurutnya, peran keluarga dan sekolah sangat penting dalam mengendalikan kebiasaan makan anak.
"Jika anak-anak terbiasa membawa bekal makan siang sehat bersama-sama, mereka akan lebih termotivasi," ujarnya.
Batas Konsumsi Gula Harian
Prof Hardinsyah menekankan batas konsumsi gula harian yang dianjurkan Kementerian Kesehatan tidak boleh melebihi 50 gram atau setara dengan 4-5 sendok makan per hari untuk orang dewasa.
"Untuk anak sekolah, sebaiknya kurang dari 3-4 sendok makan. Jika dikonsumsi berlebihan, risiko obesitas dan diabetes meningkat," ujarnya.
Dampak Konsumsi Gula Berlebih
Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan prediabetes dan diabetes. Selain itu, kelebihan gula juga dapat menjadi lemak tubuh, yang menyebabkan obesitas.
"Menjadi gemuk karena lemak, bukan otot, sangat berbahaya karena menumpuk di organ vital seperti jantung, paru-paru, dan ginjal," imbuhnya.
Prof Hardiansyah menganjurkan siswa untuk mengonsumsi sayur, buah, dan makanan bergizi seimbang sebagai alternatif konsumsi makanan manis.
"Gula memang dibutuhkan tubuh, tetapi dalam jumlah sedang. Diversifikasi pola makan dengan memperbanyak sayur dan buah sangat baik untuk menjaga kesehatan sejak dini," sarannya.
(nir/nah)