Detikers pernah mendengar psychological operations atau PsyOp? Itu taktik apa ya dan bagaimana sejarahnya?
Dalam kamus Cambridge, PsyOp adalah kegiatan militer yang melibatkan upaya untuk memengaruhi keyakinan dan kondisi pikiran musuh.
Sementara dalam kamus Collins, PsyOp alias operasi psikologi adalah penerapan psikologi dalam bidang militer, khususnya dalam propaganda dan upaya untuk mempengaruhi moral kelompok musuh dan kawan di masa perang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah PsyOp
Melansir laman Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) praktik penggunaan taktik psikologis untuk memengaruhi penduduk asing sudah ada sebelum tahun 1918.
Memasuki Perang Dunia I pada bulan April 1917, Departemen Perang AS tidak memiliki kapasitas untuk melakukan apa yang umumnya dikenal sebagai operasi psikologis, atau PsyOps. Saat ini disebut sebagai Operasi Dukungan Informasi Militer.
Pada tanggal 23 Januari 1918, Mayor Charles H Mason, kepala MI-2 di Cabang Intelijen Militer Departemen Perang, menugaskan langsung Kapten Heber Blankenhorn langsung dari kehidupan sipil untuk membentuk dan memimpin Subseksi Psikologis dengan tujuan mengorganisir 'implementasi faktor psikologis dalam situasi strategis dalam pertempuran' -- sebuah piagam yang cukup samar bagi perwira baru tersebut.
Presiden AS Woodrow Wilson saat itu dengan keras menentang gagasan propaganda yang dijalankan militer, sehingga kegiatan Blankenhorn yang sederhana awalnya terbatas pada penelitian dan perencanaan.
Blakenhorn menghabiskan minggu-minggu berikutnya dengan berkeliling dan mengetuk pintu-pintu di seluruh Departemen Perang, mencoba mendapatkan dukungan untuk idenya melancarkan 'perang selebaran' di luar negeri untuk mendukung Pasukan Ekspedisi Amerika pimpinan Jenderal John J Pershing di Prancis.
Karena hanya menerima sedikit dukungan untuk konsepnya, Blankenhorn melewati beberapa lapisan dalam rantai komandonya dan berhasil bertemu dengan Menteri Perang Newton D Baker pada 21 Juni 1918. Dalam pertemuan tersebut, Baker secara mengejutkan terbuka terhadap propaganda militer.
"Saya pikir kita harus melakukan ini," kata Baker.
"Saya menyetujuinya sekarang, dengan satu syarat. Presiden memiliki beberapa kesalahpahaman tentang hal ini ... [tetapi] saya akan menyampaikan masalah ini kepadanya ... Jika saya tidak mengatakan apa-apa lagi, ini disetujui," demikian instruksi Baker.
Blankenhorn menafsirkan kata-kata Baker sebagai 'lampu hijau', dan memperoleh persetujuan dari Brigjen Marlborough Churchill, kepala Divisi Intelijen Militer, untuk merekrut dan mengerahkan pasukan dengan tim kecil. Dengan komentator sosial populer dan editor New Republic, Walter Lippmann, sebagai wakilnya, Blankenhorn dan timnya dikerahkan pada Juli 1918 dan melapor kepada G-2, GHQ, dan AEF.
Baru pada Perang Dunia I AS melancarkan kampanye propaganda militer terorkestrasi pertama dalam sejarahnya, dengan membentuk dua badan khusus untuk tujuan tersebut yakni:
Badan pertama adalah Subseksi Psikologis di bawah MI-2, Cabang Intelijen Militer, Divisi Eksekutif, Staf Umum Departemen Perang.
Badan kedua adalah Seksi Propaganda di bawah G-2, Markas Besar Umum (GHQ), Pasukan Ekspedisi Amerika (AEF) di Prancis.
Secara keseluruhan, kedua badan ini memperkenalkan kapabilitas propaganda militer Amerika.
Tujuan PsyOps
Tujuan utama PsyOps, masih dilansir dari laman Angkatan Darat Amerika Serikat (AD AS) adalah untuk menyampaikan informasi dan indikator terpilih kepada audiens asing guna memengaruhi emosi, motif, penalaran objektif mereka, dan pada akhirnya perilaku pemerintah, organisasi, kelompok, dan individu asing.
Dilansir dari laman Kementerian Pertahanan RI (Kemhan) dalam dunia militer istilah Psychological Operations (PsyOps) digunakan untuk menggambarkan suatu upaya sistematis dan scientific merangkul hati dan pemikiran populasi yang menjadi sasaran dalam kerangka pasukan melakukan operasi militer atau bertahan secara aktif.
PsyOps di Indonesia bertujuan untuk memenangkan hati publik dan menjaga agar tidak terjadi konflik. Hal ini berbeda dengan PsyOPS Amerika.
PsyOPS Amerika yang dikenal sebagai MISO (Military Information Support Operations) adalah operasi yang direncanakan yang bisa mempengaruhi emosi, motif dan nalar mereka. Fokus MISO adalah untuk mendukung commander unit sehingga bisa memberikan perubahan pada populasi tertentu dan lingkungannya.
MISO dapat mendukung operasi di medan pertempuran agar menjadi lebih mudah. MISO ini dapat memberi efek yang berlipat ganda. Hal tersebut diungkapkan tim MISO Amerika yang menjelaskan tentang Konsep dan Penerapan MISO oleh Militer AS di Asia Tenggara.
Metode PsyOps
Tim PsyOps pertama AS yang dibentuk Blakenhorn jumlahnya tidak pernah lebih dari 30 perwira dan prajurit yang ditugaskan. Mereka mulai beroperasi pada Agustus 1918 sebagai Seksi Propaganda, G-2, GHQ, AEF.
Upaya terpadu pertama AS dalam propaganda militer resmi sepenuhnya bersifat ad hoc alias sementara. Tidak ada doktrin atau prosedur operasi standar yang baku untuk diikuti; semuanya berupa pelatihan di tempat kerja dan coba-coba.
Antara 28 Agustus dan 11 November 1918, seksi PsyOps militer AS mencetak sekitar 5,1 juta selebaran dengan delapan belas desain berbeda, dan mengatur agar lebih dari 3 juta selebaran disebarluaskan, terutama oleh pilot sukarelawan dan balon hidrogen. Meskipun menghadapi banyak tantangan, seksi tersebut telah mencapai banyak hal untuk bagian yang sangat kecil dari AEF yang beranggotakan dua juta orang.
Interogasi terhadap tawanan perang Jerman dan pernyataan para pemimpin kunci Jerman setelah perang memberikan indikasi kuat bahwa PsyOpsAS dan Sekutu telah berkontribusi pada erosi moral dan kohesi unit yang cepat pada bulan-bulan terakhir perang.
Sayangnya, Angkatan Darat AS harus mempelajari kembali banyak pelajaran ini selama Perang Dunia II dan Perang Korea, hingga akhirnya memutuskan untuk mempertahankan kemampuan operasi psikologis permanen setelah Gencatan Senjata Korea pada Juli 1953.
Contoh PsyOp dalam Sejarah
Dilansir dari The Collector, Hisory, dan laman AD AS, keberhasilan PsyOp terkini melawan ISIS di Irak dan Suriah serta Tentara Perlawanan Tuhan di Afrika Tengah. Lalu berikut beberapa success story PsyOp dalam sejarah:
1. Monster 'Vampir' (awal 1950-an)
Selama pemberontakan komunis Huk di Filipina, tentara Filipina dibantu oleh Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) mempersenjatai 'takhayul rakyat' dalam salah satu operasi psikologis paling berdarah dalam sejarah.
Untuk memanfaatkan ketakutan penduduk setempat terhadap asuang, monster pengubah bentuk seperti vampir dari cerita rakyat Filipina, regu PsyOp tentara menyebarkan desas-desus bahwa salah satunya sedang mengintai di perbukitan yang dikuasai pemberontak Huk. Mereka diberi waktu lima hari untuk menyebar di desa-desa dan kamp-kamp pegunungan terdekat.
Kemudian, di malam hari, mereka melakukan penyergapan. Saat patroli Huk lewat, regu PsyOp tersebut diam-diam menangkap orang terakhir. Mereka menusuk lehernya dengan luka seperti taring, menguras darahnya, dan meninggalkan tubuhnya di jalan agar rekan-rekannya dapat menemukannya. Hal ini untuk memperkuat bukti, seolah-olah ada predator supernatural.
Operasi psikologis vampir tampaknya berhasil. Ketika pasukan Huk menemukan mayat tanpa darah itu, mereka meninggalkan daerah itu-tidak yakin apakah ancaman itu adalah seorang asuang atau operasi AS yang brutal.
Meskipun tampaknya hanya sebuah operasi tunggal, pemberontakan Huk menjadi 'laboratorium' untuk perang psikologis. Taktik lainnya termasuk terbang di atas wilayah pemberontak sambil menyebarkan kutukan kepada para petani yang dicurigai membantu para pejuang, dan melukis simbol-simbol yang tidak menyenangkan-seperti 'mata Tuhan'-di rumah-rumah orang yang diduga simpatisan. Pada akhirnya, taktik yang lebih tradisional, dan kelelahan yang semakin meningkatlah yang akhirnya mengakhiri konflik pada tahun 1954.
2. Selebaran Perang Dunia I
Menurut laman The Collector, Perang Dunia I menyebarkan selebaran propaganda anti-perang yang bertujuan untuk melemahkan moral musuh dan meyakinkan mereka untuk menyerah. Setelah menderita akibat perang industri, pasukan Jerman dibombardir dengan selebaran yang menyatakan bahwa upaya mereka sia-sia. Beberapa pasukan Jerman menyerah dan meminta jatah makanan yang dijanjikan dalam selebaran tersebut.
Aksi ini digunakan dalam perang-perang selanjutnya. Selebaran tersebut dijatuhkan oleh pesawat atau dilepaskan dari peluru artileri.
3. Musik Keras
Tidak semua PsyOps bertujuan untuk menakut-nakuti musuh. Ada juga yang bertujuan untuk melemahkan mereka.
Pada bulan Desember 1989, AS menginvasi Panama untuk menggulingkan diktator pengedar narkoba Manuel Noriega. Amerika mengirimkan 13.000 tentara untuk invasi tersebut. Namun Noriega berhasil melarikan diri ke kedutaan Vatikan di Panama City.
Menyerbu kedutaan asing adalah tindakan yang tidak dapat diterima secara sosial-politik, sehingga AS hanya punya sedikit pilihan selain menunggu dan melihat. Untuk mematahkan tekad Noriega, militer memutar musik hard rock dengan volume penuh di kedutaan. Benar saja, Noriega akhirnya menyerah.
AS kemudian menggunakan operasi psikologis pengeras suara selama Perang Teluk (1990-1991), menggunakan pengeras suara yang dipasang di Humvee untuk meyakinkan tentara Irak agar menyerah.
Ada contoh lain PsyOps yang pernah kamu dengar, detikers?
Simak Video "Video Menag Sebut Guru Itu Mestinya 'Nabi Kecil', Harus Jauhi Dosa"
[Gambas:Video 20detik]
(nir/nah)