Apa Itu Deepfake? Disebut dalam Bantahan Menkeu Sebut Guru Beban Negara

ADVERTISEMENT

Apa Itu Deepfake? Disebut dalam Bantahan Menkeu Sebut Guru Beban Negara

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 20 Agu 2025 15:00 WIB
Sri Mulyani
Menkeu RI dalam Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus 2025 .Foto: Dok. YouTube Institut Teknologi Bandung
Jakarta -

Pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI telah membantah potongan video viral yang menunjukkan Menkeu Sri Mulyani menyebut guru sebagai beban negara.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro mengatakan potongan video itu dipastikan tidak benar alias hoaks. Menurutnya video itu adalah hasil deepfake dan potongan tidak utuh dari pidato Menkeu dalam Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus 2025 lalu.

"Potongan video yang menampilkan seolah-olah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan guru adalah beban negara itu hoax. Faktanya, Menteri Keuangan tidak pernah menyatakan hal tersebut," ujar Deni melalui keterangan tertulis pada Selasa (19/8/2025), dikutip dari detikFinance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah deepfake mungkin belum terlalu familiar bagi sebagian orang. Lantas, apa itu sebenarnya?

ADVERTISEMENT

Apa Itu Deepfake?

Deepfake adalah rekaman video, foto, atau audio yang tampak nyata, tetapi telah dimanipulasi dengan AI. Teknologi yang mendasarinya dapat mengganti wajah, memanipulasi ekspresi wajah, mensintesis wajah, dan mensintesis ucapan.

Dikutip dari US Government Accountability Office, deepfake dapat menggambarkan seseorang seolah-olah mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka katakan atau lakukan.

Bagaimana Cara Kerja Deepfake?

Deepfake mengandalkan jaringan saraf tiruan, yang merupakan sistem komputer yang dimodelkan berdasarkan otak manusia yang mengenali pola dalam data. Mengembangkan foto atau video deepfake biasanya melibatkan ratusan atau ribuan gambar yang dimasukkan ke dalam jaringan saraf tiruan, yang kemudian dilatih untuk mengidentifikasi dan merekonstruksi pola, biasanya wajah.

Deepfake menggunakan berbagai teknologi AI dasar, terutama autoencoder dan jaringan adversarial generatif (GAN). Autoencoder adalah jaringan saraf tiruan yang dilatih untuk merekonstruksi input dari representasi yang lebih sederhana.

GAN terdiri dari dua jaringan saraf tiruan yang berkompetisi. Satu mencoba menghasilkan gambar palsu dan yang lainnya mencoba mendeteksinya.

Kompetisi itu berlanjut dalam banyak siklus, menghasilkan rendering wajah dalam video yang tampak masuk akal. GAN umumnya menghasilkan deepfake yang lebih meyakinkan, tetapi lebih sulit digunakan.

Seperti Apa Bahaya Deepfake?

Deepfake berbahaya karena hal ini merupakan suatu misinformasi. Salah satu bahayanya, seperti dikatakan dalam laman University of Virginia, siapa pun yang memiliki kemampuan untuk membuat deepfake dapat menyebarkan misinformasi dan memengaruhi orang lain untuk bertindak sedemikian rupa, sehingga dapat memajukan agenda pribadi si pembuat deepfake.

Dalam skala kecil, deepfaker misalnya dapat membuat video personal yang seolah-olah menunjukkan seorang kerabat meminta sejumlah besar uang untuk membantu mereka keluar dari keadaan darurat, sehingga menipu orang-orang tak bersalah.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads