Jenazah Peneliti Antartika dari 66 Tahun Lalu Ditemukan Usai Gletser Mencair

ADVERTISEMENT

Jenazah Peneliti Antartika dari 66 Tahun Lalu Ditemukan Usai Gletser Mencair

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 19 Agu 2025 08:30 WIB
Lubang Antartika
ilustrasi antartika. Foto: NASA Earth Observatory
Jakarta -

Dennis 'Tink' Bell berusia 25 tahun saat dinyatakan hilang di celah gletser di Teluk Admiralty di Pulau King George, lepas pantai Semenanjung Antartika, pada 26 Juli 1959. Jenazahnya tidak pernah ditemukan, setidaknya selama 66 tahun.

Baru-baru ini, jenazah peneliti asal Inggris ini ditemukan tim peneliti Polandia di antara bebatuan yang tersingkap karena gletser di Antartika mencair. Di samping itu, mereka juga menemukan lebih dari 200 barang pribadinya, termasuk sisa-sisa peralatan radio, senter, tiang ski, jam tangan, pisau, dan tiang ski.

Hasil identifikasi DNA menunjukkan jasad tersebut benar-benar Dennis, seorang ahli meteorologi yang berpulang di usia sangat muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

David Bell, saudara kandung Dennis yang kini tinggal di Australia, mengatakan temuan ini membantu keluarganya berdamai dengan kehilangan.

"Ketika saya dan saudara perempuan saya, Valerie, diberi tahu bahwa saudara kami, Dennis, telah ditemukan setelah 66 tahun, kami sangat terkejut dan takjub. British Antarctic Survey (BAS) dan British Antarctic Monument Trust telah memberikan dukungan yang luar biasa, dan bersama dengan kepekaan tim Polandia dalam membawanya pulang, telah membantu kami berdamai dengan kehilangan tragis saudara kami yang brilian ini," tuturnya, dikutip dari laman BAS.

ADVERTISEMENT

Dennis 'Tink' Bell

Dennis bekerja untuk Falkland Islands Dependencies Survey (FIDS), yang kelak menjadi British Antarctic Survey (BAS). Ia merupakan salah satu dari personel FIDS yang berani dan berkontribusi pada sains awal dan eksplorasi Antartika dalam lingkungan yang dikenal ekstrem.

David mengingat Dennis sebagai kakak yang mengagumkan. Anak tertua dari tiga bersaudara itu serbabisa, mulai dari servis mesin bensin, fotografi, hingga pemrosesan filmnya sendiri. Ia merakit radio dari nol dan menghabiskan waktu berjam-jam mencatat kode Morse.

Bergabung dengan FIDS sebagai ahli meteorologi pada 1958, Dennis ditempatkan selama dua tahun di Admiralty Bay. Pangkalan kecil Inggris ini berlokasi di Pulau King George, sekitar 120 km di lepas pantai utara Semenanjung Antartika.

Puncak Pulau King George menjulang hingga 800 meter dan tertutup gletser permanen. Admiralty Bay sendiri memiliki panjang sekitar 20 km dan lebar sekitar 5 km. Teluk ini dikelilingi oleh pegunungan dan es laut selama sembilan bulan dalam setahun.

Dennis bekerja bersama 5 rekannya di pangkalan tersebut. Ia dikenal karena humor dan karakternya. Rekan sekaligus temannya, Russel Thomson, yang pernah bersama-sama di pangkalan, menggambarkan lelucon-lelucon praktisnya dan memuji "karakternya yang luar biasa."

Hari yang Nahas

Pada hari nahas itu, Australia sedang musim dingin panjang. Empat pria dan dua kereta luncur anjing berangkat dari pangkalan untuk mendaki gletser menuju dataran tinggi es.

Empat orang itu adalah Dennis Bell bersama surveyor Jeff Stokes, ahli meteorologi Ken Gibson, dan ahli geologi Colin Barton. Mereka hendak melakukan survei dan pekerjaan geologi.

Bell dan Stokes berangkat sekitar setengah jam lebih awal dari Gibson dan Barton. Mendaki gletser, Bell dan Stokes menyusuri area bercelah.

Mereka yakin perjalanannya aman. Namun, salju tebal dan lembut membuat perjalanan menjadi sulit. Anjing-anjing mereka menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Agar mereka tetap semangat, Dennis coba melanjutkan perjalanan, tetapi tanpa ski. Namun, dengan begitu saja, ia hilang.

Jejak yang ditinggalkan Dennis berupa lubang menganga di jembatan celah tempat ia jatuh.

Stokes berteriak ke dalam celah berulang kali. Ia lega karena masih ada jawaban dari Dennis.

Ia pun menurunkan tali hampir 30 meter, meminta Bell mengikat dirinya sendiri. Ujung tali satunya diikatkan ke kereta yang ditarik para anjing. Saat mencapai puncak celah, ikat talinya putus sehingga ia terjatuh lagi dan tidak lagi menjawab Stokes.

Sementara itu, Gibson dan Barton menuruni gletser dan bertemu Stokes. Mereka lalu mendaki kembali ke celah gletser, tetapi angin mulai kencang seperti hendak badai salju. Kondisi ini menyulitkan mereka untuk membuat penanda lokasi yang mereka pasang di sekitar lokasi jatuh Dennis tetap terlihat.

Mereka lalu berjam-jam menghabiskan waktu mencari lokasi jatuhnya Dennis yang tertutup es. Dalam beberapa waktu kemudian, mereka putus asa menyadari bahwa nasib Dennis tidak terselamatkan.

"Mungkin butuh dua belas jam sebelum kami menemukan lokasinya dan mustahil dia bisa selamat," kenang Ken Gibson.

Di Pantai yang Tertutup Salju

Jenazah Dennis ditemukan di Gletser Ekologi pada 19 Januari 2025 oleh personel dari Stasiun Antartika Polandia Henryk Arctowski di Pulau King George. Lokasi itu adalah pantai yang tertutup salju.

Survei arkeologi lanjutan kemudian dilakukan pada 9-13 Februari 2025 oleh tim multidisiplin Polandia, yang terdiri dari seorang arkeolog, geomorfolog, antropolog, dan glasiolog, melakukan survei arkeologi yang lebih ekstensif. Hasilnya, mereka menemukan lebih banyak lagi fragmen tulang dan artefak.

Jenazah Bell dibawa ke Kepulauan Falkland, Samudra Atlantik Selatan dengan Kapal Penelitian Kerajaan BAS Sir David Attenborough. Ia lalu ditangani oleh Koroner Yang Mulia untuk Wilayah Antartika Inggris, Malcolm Simmons untuk dibawa ke ke London, dengan dukungan Angkatan Udara Kerajaan Inggris.

Jenazahnya lalu dikirim untuk diuji DNA oleh Denise Syndercombe Court, Profesor Genetika Forensik di King's College London, Inggris. Hasilnya, jenazah tersebut punya kecocokan DNA dengan sampel dari saudara laki-lakinya, David Bell, dan saudara perempuannya, Valerie Kelly. Kemungkinan mereka "lebih dari satu miliar kali" berkerabat daripada tidak.

Kini, lokasi dengan koordinat 62Β° 06β€² 41" S 58Β° 51β€² 56" W dinamai sebagai Bell Point, Pulau King George, sebagai penghormatan untuk Dennis Bell.

Saksikan Live DetikPagi :




(twu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads