Mengapa Sultan Hamengku Buwono IX Dijuluki Bapak Pramuka Indonesia? Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Mengapa Sultan Hamengku Buwono IX Dijuluki Bapak Pramuka Indonesia? Ini Penjelasannya

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 14 Agu 2025 14:00 WIB
Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, Raja Keraton Jogja yang juga Bapak Pramuka Indonesia.
Sultan Hamengku Buwono IX yang juga Bapak Pramuka Indonesia. Foto: dok. pramukadiy.or.id
Jakarta -

Hari Pramuka Indonesia yang diperingati setiap 14 Agustus tentunya tak lepas dari tokoh-tokoh penting pada zaman dahulu, utamanya Bapak Pramuka Indonesia.

Tokoh yang dijuluki sebagai Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mengapa ia dijuluki demikian?

Bapak Pramuka Indonesia

Sri Sultan HB IX dijuluki sebagai Bapak Pramuka Indonesia karena keaktifannya dalam kepramukaan. Ia memainkan peran strategis dalam pengembangan kepanduan di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakan dalam buku Pramuka Sumut: Dari Kejayaan Masa Lalu Menuju Generasi Emas 2045 oleh Toga Nainggolan dan Zulfikar Tanjung, pada 1961 ia menjadi penggerak dalam pembentukan gerakan Pramuka yang menyatukan berbagai organisasi kepanduan di Indonesia.

Sebagai Presiden Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), Sultan HB IX paham soal pentingnya pendidikan karakter melalui Pramuka untuk membentuk generasi muda yang berbudi pekerti luhur, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap bangsa.

ADVERTISEMENT

Profil Singkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan HB IX lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912. Pada usia 28 tahun, ia dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta.

Bapak Pramuka Indonesia ini dikenal memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Ia, seperti disebutkan dalam buku Pahlawan Indonesia oleh Tim Media Pusindo, memerintah tanpa bantuan dan ikut campur Pemerintah Belanda maupun Jepang.

Sikap nasionalisme itu juga ditunjukkan melalui sikapnya dalam membantu dan melindungi prajurit TNI dalam Agresi Militer Belanda. Berbagai langkah strategis pernah ia lakukan.

Sri Sultan HB IX tak hanya dikenal membantu perekonomian pada masa Orde Baru, tetapi juga memajukan olahraga; Pramuka; dan mengembangkan pariwisata. Beberapa bukti dari perannya ini dapat dilihat dari perannya sebagai ketua umum Gerakan Nasional Pramuka dan pembimbing Lembaga Pariwisata Nasional.

Ia meninggal di Amerika Serikat pada 3 Oktober 1988 dan dimakamkan di pemakaman raja-raja Yogyakarta di Imogiri.




(nah/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads