Jerapah menjadi salah satu spesies ikonik yang tinggal di sabana Afrika. Mereka berleher tinggi, punya bintik-bintik yang khas di atas kulit yang berwarna kuning kecoklatan.
Namun, di Kenya, ada satu jerapah yang memiliki penampilan unik. Warnanya putih, tetapi ternyata ia bukan termasuk dalam kelainan genetik yang biasanya dikenal dengan albino.
Lalu, jerapah apakah itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mutasi Genetik Leukisme
Jerapah di Kenya tersebut mengalami mutasi genetik langka bernama leukisme, dikutip dari PBS.
Mutasi genetik albino biasanya terjadi karena ketiadaan pigmen melanin sama sekali, yang juga memengaruhi pigmen mata. Namun, leukisme merupakan keadaan di antara albinisme dan warna kulit normal, dikutip dari laman Turpentine Creek Wildlife Refuge.
Sederhananya, leukisme adalah hilangnya sebagian pigmentasi pada kulit, rambut, bulu, ataupun sisik hewan. Hewan dengan kondisi leukisme bisa memiliki kulit yang lebih pucat daripada biasanya, ada bercak putih, atau putih sepenuhnya. Namun, leukisme tidak memengaruhi mata.
Jerapah Kenya masih memiliki pigmentasi di bintik-bintik pada punggungnya. Namun, di bagian kulit lain warnanya tampak putih.
Risiko Hidup dengan Leukisme
Melanin pada dasarnya membantu hewan unuk bertahan hidup di alam liar. Warna-warna kulit dan rambut hewan antara lain berfungsi untuk mengatur suhu, melindungi organisme dari radiasi UV, dan membantu kamuflase hewan dari predator.
Kurangnya melanin di hewan dengan keadaan albinisme atau leukisme membuat mereka memiliki harapan hidup yang lebih pendek, terutama di alam liar. Warnanya membuatnya mencolok di mata pemangsanya.
Tragedi Penembakan Jerapah Putih di Kenya
Hingga saat ini, tidak diketahui berapa jumlah jerapah putih yang tersisa di Kenya. Lima tahun lalu, ada induk dan anak jerapah yang hidup di Cagar Alam Komunitas Ishaqbini Hirola di Garissa, Kenya.
Pada 2020, terjadi penembakan pada jerapah tersebut oleh pemburu liar. Anak dan induknya mati, menyisakan satu jerapah jantan muda di Hirola Conservancy, dikutip dari ABC.
Tak lama setelah itu, jerapah putih yang tersisa dipasangi alat pelacak GPS. Alat ini mampu mengirimkan sinyal lokasi jerapah kepada penjaga satwa liar setiap jam. Langkah ini diharapkan akan membantu mencegah pemburu liar membunuh jerapah putih ini.
Setelah kejadian menyakitkan di 2020, jerapah putih Kenya bak menghilang ke dalam hutan dan hampir tak terlihat oleh manusia. Meski begitu, penjaga tetap memantau keberadaannya setiap waktu.
(det/twu)