5 Agustus Diprediksi Jadi Hari Terpendek pada 2025, Apa Sebabnya?

ADVERTISEMENT

5 Agustus Diprediksi Jadi Hari Terpendek pada 2025, Apa Sebabnya?

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 04 Agu 2025 18:00 WIB
Bumi mencatat hari terpendek dalam sejarah karena rotasi lebih cepat, mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Ilustrasi rotasi bumi. Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Baru-baru ini mencuat kabar pada 5 Agustus (besok) akan menjadi hari paling pendek selama 2025. Sebelumnya, 9 Juli dan 22 Juli juga disebut punya durasi lebih pendek dibandingkan biasanya.

Hal itu diungkap oleh timeanddate.com. Disebutkan 9 Juli berlangsung kurang 1,3 milidetik dari biasanya, 22 Juli kurang 1,38 milidetik, dan 5 Agustus kurang 1,52 milidetik.

Apa penyebab hari tersebut lebih pendek dari biasanya? Simak penjelasannya berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Hari Lebih Pendek dari Biasanya

Mengutip Live Science, penyebab suatu hari berlangsung lebih pendek dari biasa (24 jam) dikarenakan Bumi berputar lebih cepat pada porosnya. Dalam keadaan normal, satu hari di Bumi berlangsung selama 86.400 detik.

ADVERTISEMENT

Waktu Bumi berotasi dalam satu hari ini bisa dipengaruhi juga oleh posisi Matahari maupun Bulan. Selain itu, medan gravitasi Bumi pun bisa ikut jadi faktor lain perputaran rotasi Bumi.

Pada 9 Juli, 22 Juli, dan 5 Agustus 2025, posisi Bulan ada di titik terjauh dari khatulistiwa. Hal tersebut berdampak pada tarikan gravitasi terhadap rotasi Bumi.

Pada hari-hari tersebut, kondisi Bulan berada lebih dekat dengan kutub. Sehingga Bumi berputar lebih cepat dari biasanya.

Dikonfirmasi oleh ilmuwan Geoscience Australia, Oleg Titov, hari terpendek memang biasa terjadi antara Juli sampai Agustus. Kemudian diikuti oleh deselerasi (daya pengurangan kecepatan) pada November hingga Maret.

Sejauh ini, hari terpendek yang tercatat terjadi pada 5 Juli 2024. Pada hari itu, satu hari berlangsung selama 24 jam kurang 1,66 milidetik.

"Ada konsensus umum Bumi akan melambat lagi (perlambatan akan menang), tetapi ada risiko bahwa percepatan mungkin efektif selama beberapa dekade," kata Titov dilansir dari The Guardian.

Apa Efek dari Bumi yang Durasinya Lebih Pendek?

Menurut peneliti senior sekaligus ahli pengukuran presisi dan komunikasi laser satelit dari University of Western, David Gozzard hilangnya sekian milidetik waktu di Bumi memang tak terasa oleh manusia. Namun, besar waktu tersebut sangat mempengaruhi sistem perbankan, teleskop besar, jaringan listrik, komputer atau GPS.

"Kita mentransmisikan data dengan sangat cepat, dan semuanya perlu diberi tanda waktu, sehingga komputer tahu data mana yang dikirim ke mana," katanya.

Adapun menurut kepala waktu dan frekuensi di National Measurement Institute, Dr Michael Wouters, waktu menjadi akurasi yang sangat krusial bahkan untuk urusan bercocok tanam.

"Kita selalu perlu melakukan hal-hal tertentu pada waktu-waktu tertentu, dengan tingkat akurasi yang berbeda-beda, seperti mengetahui kapan harus menanam. Seiring masyarakat menjadi semakin kompleks, pengetahuan tentang waktu menjadi semakin penting," katanya.

Wouters dan tim di National Measurement Institute saat ini telah melacak waktu menggunakan jam atom. Mereka memiliki alat yang dapat mengukur waktu dalam skala sepermilyar detik (nanodetik).

"Kami punya jam atom di lab Lindfield. Salah satunya adalah sumber waktu, lalu ada jam atom lain yang kami gunakan untuk memeriksa apakah salah satunya berfungsi dengan benar," kata Wouters.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads