Pakar IPB Ungkap Penyebab Jumlah Pengangguran di RI Masih Tinggi

ADVERTISEMENT

Pakar IPB Ungkap Penyebab Jumlah Pengangguran di RI Masih Tinggi

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 03 Agu 2025 07:00 WIB
Situasi Job Fair di UPTD BLK Manggahang, Kecamatan Baleendah, Rabu (20/7/2025). Para pencari kerja bergerombol mengirim lamaran.
Ilustrasi para pencari kerja Foto: Yuga Hassani/detikJabar
Jakarta -

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) edisi Februari 2025 Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPS) di Indonesia sebesar 4,76 persen. Meski tingkatnya menurun dibanding 2024, tapi jumlah pengangguran masih di angka 7,28 juta orang.

Mengapa jumlah pengangguran di Indonesia masih saja tinggi? Menurut pakar dari IPB University yang juga Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Prof Alla Asmara, penyebab lapangan kerja di Indonesia rendah sangat kompleks.

"Perkembangan kondisi makro ekonomi merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi penciptaan lapangan kerja," ujarnya dikutip dari laman IPB University, Sabtu (2/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sulit Cari Kerja-PHK di Mana-mana

Penyebab sulitnya mencari pekerjaan berasal dari lambatnya pertumbuhan ekonomi hingga tidak sesuainya permintaan dan penawaran di pasar tenaga kerja. Selain itu, penurunan belanja pemerintah dan melemahnya daya beli masyarakat menjadi faktor lain.

ADVERTISEMENT

Hal itu sebagaimana terjadi pada kuartal pertama 2025. Perlambatan tersebut menunjukkan perekonomian nasional pada kuartal tersebut tak lebih baik dari kuartal pertama 2024.

"Akibatnya, sejumlah sektor usaha mengalami tekanan. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)," ujarnya.

Tidak Seimbangnya Jumlah Penduduk dan Lapangan Kerja

Prof Alla juga menyebut ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia tidak sebanding dengan jumlah penduduk usia kerja. Akibatnya, jutaan calon tenaga kerja baru tiap tahunnya tidak masuk ke daftar lowongan kerja yang terbatas.

"Ini menyebabkan banyak posisi tetap kosong, sementara angka pengangguran tidak kunjung menurun," tambah Prof Alla.

Digitalisasi Kurangi Kebutuhan Kerja

Meski banyak membantu pekerjaan manusia, tetapi digitalisasi tak memberikan dampak baik bagi kesempatan kerja. Efisiensi tenaga manusia dilakukan banyak perusahaan imbas munculnya teknologi digital yang lebih ringkas.

Layanan mandiri menggunakan teknologi sudah marak digunakan industri perbankan, manufaktur, ritel, dan lainnya. Prof Alla mengatakan pengangguran terus meninggi jika tidak diimbangi dengan pengadaan lowongan kerja di bidang digital.

"Jika transformasi digital ini tidak diimbangi dengan penciptaan jenis pekerjaan baru, seperti di bidang teknologi, digital marketing, atau ekonomi kreatif, maka angka pengangguran akan sulit untuk dikurangi. Karena itu, keterampilan digital masyarakat harus ditingkatkan," tegasnya.

Revitalisasi Pendidikan-Pelatihan Vokasi untuk Tekan Pengangguran

Kemudian Prof Alla menawarkan sejumlah solusi untuk menekan angka pengangguran ini. Pasalnya, jika dibiarkan terus meningkat akan menimbulkan banyak efek buruk seperti kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya.

Menurutnya, pemerintah beserta stakeholder lain perlu bergandeng tangan menciptakan lapangan kerja, memperbanyak pelatihan vokasi, merevitalisasi pendidikan, memperkuat usaha mikro atau ekonomi kreatif

"Jika kita tidak segera berbenah dan menyesuaikan diri dengan perubahan global, tantangan pengangguran akan semakin kompleks. Kita butuh kerja sama menyeluruh untuk membangun pasar kerja yang inklusif dan tangguh terhadap krisis," pungkasnya.




(cyu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads