Mantan Menteri Agama Drs H Suryadharma Ali, MSi, berpulang ke Rahmatullah pada hari ini, Kamis (31/7/2025), pukul 04.25 WIB. Semasa hidupnya, pria yang akrab disapa SDA ini meninggalkan banyak warisan dalam dunia pendidikan Indonesia.
Pria kelahiran Jakarta pada 19 September 1956 itu merupakan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kabinet Indonesia Bersatu, 2004-2009) serta sebagai Menteri Agama (2009-2014).Suryadharma Ali juga pernah menjabat Ketua Umum PPP dua periode pada 2007-2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryadharma Ali dikenal sebagai salah satu tokoh politik yang mempunyai kompetensi yang mumpuni dalam pengetahuan islam. Ia tercatat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah tahun 1977.
Pendidikan Suryadharma Ali
SDA mempelajari Pendidikan Agama Islam di bangku kuliahnya. Tak hanya menekuni akademik, SDA muda juga mengikuti Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Menurut buku Jejak Para Pemimpin oleh Hanta Yuda, pada periode inilah SDA mulai menapaki karir aktivitasnya. Dimulai dalam PMII di lingkungan komisariat kampus, SDA mendaki karir hingga Pengurus Pusat. SDA kemudian terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII periode 1985-1988.
Menjajaki Kursi DPR
Dengan pengalamannya sebagai aktivis, SDA melabuhkan karier politiknya kepada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sukses menjabat sebagai Ketua Partai, SDA juga berhasil menduduki jabatan publik beberapa kali.
Dalam kursi legislatif, SDA pernah menjabat sebagai anggota DPR dari Fraksi PPP dan Ketua Komisi V DPR RI periode 2001-2004. SDA juga menjabat sebagai Bendahara Fraksi PPP MPR RI periode 2004-2009.
SDA tercatat sebagai Menteri Negara Koperasi danUKM tahun 2004-2009. Dan terakhir dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II,SDA diberi amanah sebagai Menteri Agama.
Warisan Suryadharma Ali dalam Pendidikan
Dalam posisinya sebagai Menteri Agama, SDA dianggap mampu mengimplementasikan pemikirannya terkait posisi agama dalam negara. SDA sangat memahami jika Indonesia adalah negara yang sangat heterogen. Meskipun muslim adalah mayoritas, tetapi Indonesia tidak bisa menjadi negara Islam. Di sinilah letak semangat kebangsaan yang dijunjung tinggi oleh SDA.
Selama menjadi Menteri Agama, SDA mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Hal inilah yang menjadi dasar UIN Maulana Malik IBrahim Malang memberikannya gelar Doktor Honoris Causa bidang Epistemologi Kajian Islam.
SDA dianggap tidak mendikotomikan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum. SDA justru mendorong terjadinya integrasi dua bidang ilmu tersebut. Santri di pondok pesantren didorongnya untuk belajar ilmu fisika dan kedokteran.
SDA sendiri berpandangan bahwa pendidikan harus diawali dengan kajian Al Quran. Tidak sekedar membaca, tapi kajian Al Quran itu dimaksudkan untuk digali makna filosofis epistemologi keilmuan.
(nir/nwk)