Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan terjadinya gempa Rusia M 8,7 pada Rabu (30/7/2025) pukul 06:24:50 WIB (waktu Indonesia) atau Selasa (29/7/2025) waktu Rusia setempat. Gempa tersebut turut berimbas ke sejumlah wilayah di Indonesia.
BMKG mengumumkan 10 wilayah mulai Talaud hingga Jayapura berpotensi mengalami tsunami dengan status waspada berketinggian kurang dari 0.5 meter. Namun, ketinggian tersebut tidak dapat dianggap enteng karena bentuk pantai, khususnya di wilayah teluk, dapat mengamplifikasi ketinggian tsunami.
Melihat lokasi Rusia dan Indonesia yang berjauhan, mengapa Indonesia tetap dapat terdampak?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenapa Dampaknya sampai Indonesia?
Gempa Rusia M 8,7 dipicu oleh deformasi batuan pada bidang kontak antarlempeng Pasifik dan Eurasia yang ada di dasar laut, seperti dijelaskan oleh Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono, SSi, MSi.
"Gempa ini berkekuatan (M) 8,7 memang secara historis biasa terjadi gempa-gempa besar," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar bersama BMKG pada Rabu (30/7/2025) secara daring.
Ia mengurai, akumulasi medan tegang yang terkandung di lokasi gempa di Rusia telah terakumulasi sejak lama. Maka dari itu ketika stress (tekanan) melebihi batas elastisitas batuan, timbullah gempa M 8,7.
"Dan karena kekuatannya, maka ia akan menimbulkan deformasi yang berdampak perubahan kolom air laut dengan kekuatan besar hingga terjadilah pergerakan massa air laut. Jadi tsunami itu bukan gelombang laut, tetapi massa air yang berpindah dan bergerak. Itulah tsunami," jelas Daryono.
"Bisa jadi lebih dari 50 cm. Itu yang harus waspada," kata Daryono.
"Dari berbagai kasus, tsunami 50 cm itu bisa berdampak merusak dan bisa menyebabkan korban jiwa. Sebagai bukti, pada tahun 2011, tsunami Tohoku -Jepang yang juga dampaknya sampai di utara Papua," imbuhnya.
Dampak gempa Tohoku saat itu mengakibatkan korban jiwa satu orang di Papua. Daryono memaparkan, kekuatan gempa Rusia juga demikian, bisa berdampak sampai ke Indonesia karena adanya kekuatan daya dorong.
"Karena kekuatannya besar dan itu membuktikan daya dorong yang menimbulkan gelombang tsunami yang cukup jauh dampaknya sehingga sampai di wilayah Indonesia. Begitu juga dengan magnitudo yang terjadi sebagai pembangkit gempanya dan deformasi yang terjadi di dasar laut," terangnya.
"Dan ini juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa gempa megathrust yang disampaikan selama ini bukanlah sesuatu yang harus diragukan, tetapi merupakan ancaman nyata," tegas Daryono dalam kesempatan ini.
(nah/nwk)