Viral 'Aura Farming', Riset Sebut Aura Bisa Tertangkap Kamera Bukan Mata Manusia

ADVERTISEMENT

Viral 'Aura Farming', Riset Sebut Aura Bisa Tertangkap Kamera Bukan Mata Manusia

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Kamis, 10 Jul 2025 09:00 WIB
Tubuh manusia bercahaya
Foto: (Masaki Kobayashi,Daisuke Kikuchi,Hitoshi Okamura/Jurnal Plos ONE)
Jakarta -

Kata 'aura farming' sedang viral bersama olahraga pacu jalur. Ternyata aura memang bisa tertangkap kamera. Hanya tak bisa ditangkap oleh mata manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aura adalah energi yang memancar dari orang, benda, dan sebagainya. Nah riset yang dilakukan peneliti Jepang pada 2009 lalu ini mendeteksi bahwa tubuh manusia bersinar dan mengeluarkan bioluminescence (bioluminesensi).

Dilansir dari laman NOAA Ocean Exploration, "Bio" berasal dari bahasa Yunani yang berarti kehidupan, sedangkan "lum" atau "lumin" berasal dari kata Latin "lumen" atau "lux," yang berarti cahaya. Dalam pengertian paling dasar, bioluminesensi adalah cahaya yang dipancarkan oleh organisme hidup melalui reaksi kimia (kemiluminesensi) yang terjadi di dalam tubuh organisme hidup demikian dilansir dari laman American Oceans. Bioluminesensi ini biasanya berwarna biru atau biru-hijau, ungu terang, hijau-kekuningan dan yang paling jarang, merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 peneliti Jepang itu yakni Masaki Kobayashi, Daisuke Kikuchi, Hitoshi Okamura menggunakan kamera sangat sensitif mengamati orang telanjang yang sedang tidur. Objek penelitian adalah 5 pria berusia 20-an tahun. Mereka diminta untuk tidur sebentar di depan kamera perangkat bermuatan kriogenik (cryogenic charge-coupled device/CCD) yang dapat mendeteksi cahaya pada level foton tunggal.

Pengukuran dilakukan setiap 3 jam dari pukul 10.00 hingga 22.00 dan dilanjutkan selama 3 hari. Tepat sebelum dan sesudah pengukuran, suhu permukaan tubuh (termografi) dan suhu mulut diukur. Saliva atau air liur juga dikumpulkan setelah pengukuran foton untuk analisis kadar kortisol sebagai atau biomarker (penanda) ritme sirkadian endogen.

ADVERTISEMENT

Para peneliti mencatat bahwa kamera harus dioperasikan pada suhu -120 Β°C, tetapi untungnya para peserta tidak mengalami hal yang sama, demikian dilansir dari IFL Science.

Hasilnya: Tubuh Manusia Bersinar

Dari riset itu, para peneliti membuktikan bahwa manusia memang mengeluarkan sinar. Sinar masih dalam jangkauan gelombang tampak manusia, namun intensitasnya lebih rendah sehingga manusia tak bisa melihatnya dengan kasat mata.

"Tubuh manusia benar-benar berkilauan. Intensitas cahaya yang dipancarkan oleh tubuh 1000 kali lebih rendah daripada sensitivitas mata telanjang kita," tulis penulis studi.

Tampaknya cara manusia bersinar memang berubah sepanjang hari. Peneliti mendapati wajah manusia yang paling bersinar. Mengenai apa yang mengatur perubahan itu, kemungkinan besar semuanya bergantung pada ritme sirkadian manusia.

Cabang ilmu yang mempelajari fenomena fisiologis siklus, kronobiologi, telah menetapkan bahwa jam sirkadian adalah pengatur utama metabolisme. Secara ilmiah, metabolisme adalah cara tubuh makhluk hidup membakar glukosa dan mengonsumsi oksigen, yang keduanya - kata para peneliti - menunjukkan ritme yang kuat di pusat sirkadian mamalia utama.

'Pembangkit tenaga' sel itu, mitokondria tua yang baik, melepaskan sejumlah kecil spesies oksigen reaktif (ROS) sebagai produk sampingan saat memproduksi energi yang dibutuhkan untuk menjaga kita tetap hidup. ROS ini bereaksi dengan molekul termasuk protein, lipid, dan fluorofor, yang keadaan tereksitasinya memancarkan biofoton, dan beginilah cara "tubuh manusia berkilauan mengikuti ritme jam sirkadian."

Bioluminesensi bergantung pada aktivitas enzimatik untuk bersinar, tetapi ada juga cara lain agar makhluk hidup dapat bersinar dan kita semakin menemukannya pada semakin banyak spesies. Dilansir dari arsip detikEdu, organisme yang bisa bersinar atau memiliki kemampuan bioluminesensi ini adalah ubur-ubur, cumi-cumi, ikan lentera, kunang-kunang hingga jamur.

Riset ini sudah tayang di Jurnal Plos ONE dengan judul 'Imaging of Ultraweak Spontaneous Photon Emission from Human Body Displaying Diurnal Rhythm' yang diterbitkan 16 Juli 2009.




(nwk/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads