Di dunia ini memang sudah ada banyak sekali penemuan di dunia pendidikan. Sebagian di antara penemuan itu didapat secara tidak sengaja.
Salah satunya penemuan mainan anak-anak ini. Mainan ini tidak sekadar mainan, melainkan merupakan sarana pembelajaran kreatif yang masih digunakan sampai sekarang.
Inilah penemuan Play Doh. Sebelum ditemukannya Play Doh, mainan ini merupakan semacam produk pembersih kertas dinding.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Penemuan Play Doh
Berawal dari Pembersih Kertas Dinding
Pada akhir 1920-an, seorang pemuda bernama Cleo McVicker ditugaskan untuk menutup dan menjual aset yang tersisa dari perusahaan sabun Cincinnati yang sedang bangkrut bernama Kutol. Namun, dalam prosesnya ia membujuk perusahaan induk Kutol di Chicago untuk mengizinkannya menghidupkan kembali merek tersebut dan mempekerjakan saudaranya Noah McVicker untuk membantunya membalikkan keadaan.
Saat memimpin perusahaan tersebut pada 1933, Cleo bertemu dengan perwakilan dari jaringan toko kelontong Kroger yang dilaporkan sedang mencari pembersih kertas dinding untuk dijual di toko mereka.
Pada saat itu, pembakaran batu bara merupakan cara umum untuk memanaskan rumah. Sayangnya pemanasan dengan batu bara meninggalkan jelaga yang sulit dibersihkan dari kertas dinding. Saat kertas dinding vinil menjadi populer pada pertengahan abad ke-20, orang-orang memang cukup membersihkannya dengan sabun dan air, tetapi ini tidak berlaku untuk kertas dinding yang eksis sebelumnya.
Cleo McVicker menegosiasikan kontrak antara Kroger dan Kutol. Saudaranya mulai bekerja menciptakan versi zat seperti adonan yang kemudian dikenal masyarakat.
Hal yang harus dilakukan konsumen hanyalah menggulungnya di dinding mereka yang kotor untuk membersihkan jelaga dan kotoran.
Ditemukannya Play Doh
Pembersih kertas dinding Kutol merupakan produk yang cukup sukses. Namun, pengembangan kertas dinding vinil dan penurunan penggunaan tungku batu bara yang digantikan minyak dan gas menyebabkan kebutuhan akan produk ini berkurang.
Pada 1949, Cleo McVicker meninggal dalam kecelakaan pesawat. Putranya, Joseph McVicker dan menantunya, Bill Rhodenbaugh datang untuk menghidupkan kembali perusahaan tersebut. Di situlah ide mainan anak-anak ini muncul.
Kakak ipar Joseph, Kay Zufall yang mengelola sebuah sekolah taman kanak-kanak, membutuhkan bahan-bahan murah untuk membuat dekorasi Natal bersama murid-muridnya selama musim liburan pada 1954. Setelah membaca sebuah artikel tentang penggunaan pembersih kertas dinding sebagai tanah liat untuk membuat ornamen, ia membeli beberapa produk Kutol dan membawanya ke sekolah.
Dikutip dari Huffpost, produk itu pun menjadi sangat populer di kalangan anak-anak. Mereka menggulungnya dan menggunakan cetakan kue untuk membuat bentuk. Zufall pun mengeringkan karya anak-anak itu dalam ovennya.
Setelah menceritakan kepada Joseph tentang keberhasilan kegiatan tersebut, ia mulai bekerja menciptakan kembali produk tersebut sebagai mainan anak-anak.
Mainan Pemodelan Sulit, Sebelum Ditemukannya Play Doh
Pada 1956 Joseph dan Noah mendirikan Rainbow Crafts Company Inc. untuk memproduksi dan menjual Play-Doh, nama produk yang ramah anak yang diusulkan oleh Zufall dan suaminya Bob. Awalnya Play Doh berwarna putih pucat dan dijual dalam kaleng satu galon.
Mainan ini pun segera tersedia dalam warna merah, kuning, dan biru serta dalam kemasan yang lebih kecil.
Menurut Wakil Kepala Koleksi di Strong National Museum of Play di Rochester, New York bernama Bensch, Zufall adalah ibu dari mainan yang telah teruji waktu ini.
Dijelaskan dalam Smithsonian Magazine, untuk murid-muridnya di sekolah taman kanak-kanak, Zufall kemudian mencari alternatif yang cocok untuk tanah liat pemodelan. Pasalnya, mainan pemodelan sebelumnya terbilang berantakan dan sulit untuk anak-anak.
(nah/faz)