21 Juni Ada Fenomena Solstis Utara, Pakar BRIN: Penanda Awal Kemarau di Indonesia

ADVERTISEMENT

21 Juni Ada Fenomena Solstis Utara, Pakar BRIN: Penanda Awal Kemarau di Indonesia

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 20 Jun 2025 20:00 WIB
Fenomena Solstis 21 Juni atau Summer Solstice
Foto: Wikimedia Commons/Przemyslaw "Blueshade" Idzkiewicz
Jakarta -

Pada 21 Juni besok ada fenomena astronomi: solstis utara. Apa itu dan dampaknya di Indonesia?

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bidang astronomi, Thomas Djamaluddin menjelaskan fenomena solstis utara ini adalah momen ketika Matahari mencapai posisi paling utara di langit Bumi. Peristiwa ini merupakan akibat dari kemiringan sumbu rotasi bumi saat mengelilingi Matahari.

Dilansir dari Space.com, kata soltis atau solstice secara harfiah berarti 'Matahari diam'. Kata ini berasal dari gabungan kata Latin sol untuk 'matahari' dan sistere untuk 'diam'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama enam bulan terakhir, Matahari tampak bergerak ke utara di langit. Pada saat titik balik matahari, gerakan itu berhenti dan kemudian Matahari akan mulai bergerak ke selatan.

Gerakan ini akan terus berlanjut selama enam bulan hingga Matahari turun ke titik terendah di bawah ekuator dan kemudian berhenti - titik balik matahari lainnya - yang menandai dimulainya musim dingin.

ADVERTISEMENT

Sejak 22 Desember hingga 21 Juni, lanjut Thomas, titik terbit dan terbenam matahari secara perlahan bergeser ke arah utara. Pada 21 Juni, Matahari tampak 'berhenti' di titik paling utara sebelum kemudian kembali bergeser ke selatan.

"Fenomena solstis merupakan hasil dari kemiringan 23,5 derajat sumbu rotasi bumi. Karena itu, saat Bumi mengorbit Matahari, kita melihat pergeseran posisi terbit dan terbenam matahari. Pada solstis utara, matahari mencapai titik paling utara di langit dan menjadi penanda penting dalam siklus musim," jelas Thomas dilansir dari laman BRIN, Jumat (20/6/2025).

Penanda Musim Kemarau di Indonesia

Efek solstis utara atau summer solstice berbeda-beda di belahan bumi utara, di ekuator dan di belahan bumi selatan.

Di belahan bumi utara seperti Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara, solstis utara menandai awal musim panas. Sementara di belahan bumi selatan, itu penanda awal musim dingin. Sedangkan di Indonesia, fenomena tersebut menjadi penanda awal musim kemarau.

Perubahan posisi matahari menyebabkan pergeseran pemanasan bumi yang memengaruhi arah angin dan pergerakan awan.

"Setelah solstis utara, angin secara umum mulai bertiup dari selatan ke utara. Angin ini mendorong pembentukan awan ke arah utara, sehingga Indonesia secara umum mulai memasuki musim kemarau," tutur Thomas.

Siang Lebih Panjang di Belahan Bumi Utara

Dampak dari solstis utara ini berkebalikan dengan soltis selatan atau winter solstice. Dampak dari solstis utara atau summer solstice sebagai berikut:

  • Di belahan bumi utara, lamanya siang hari bervariasi tergantung pada garis lintang.
  • Di ekuator, waktu dari matahari terbit hingga terbenam sekitar 12 jam.
  • Di daerah lintang sedang atau pertengahan utara (sekitar 40 derajat utara), panjang siang hari berlangsung sekitar 15 jam.
  • Di Lingkaran Arktik (66,5 derajat utara), Matahari tetap berada di atas cakrawala selama 24 jam.

Budaya Kuno Sudah Perhatikan Fenomena Soltis

Di Indonesia, menurut Thomas, bayangan stupa Borobudur juga digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi Matahari terkait peralihan musim.

Di Inggris ada Stonehenge yang digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi Matahari terkait dengan musim. Matahari terbit di balik pintu masuk kuno ke lingkaran batu dan 'sinar matahari disalurkan ke bagian tengah monumen', demikian dilansir Space.com dari BBC.

Para peneliti percaya bahwa titik balik matahari telah dirayakan di Stonehenge selama ribuan tahun. Lingkaran batu tersebut sangat penting bagi kaum pagan dan druid.

Kuil Karnak di Mesir, dan Chankillo di Peru berdiri sebagai bukti ketertarikan manusia pada fenomena solstis/titik balik matahari, bintang terdekat Bumi. Titik balik matahari juga telah memengaruhi banyak tradisi dan perayaan di seluruh dunia.




(nwk/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads