Negara di Dekat Kutub Mengalami Titik Balik Matahari Musim Dingin, Ini Maknanya

ADVERTISEMENT

Negara di Dekat Kutub Mengalami Titik Balik Matahari Musim Dingin, Ini Maknanya

Muhammad Alfathir - detikEdu
Sabtu, 11 Jan 2025 10:00 WIB
Ribuan orang merayakan winter solstice, menandai dimulainya musim dingin. Perayaan ini memadukan tradisi kuno dan modern.
Foto: REUTERS/Toby Melville/winter solstice di Inggris
Jakarta -

Titik balik Matahari musim dingin atau winter solstice adalah fenomena ketika posisi Matahari di langit berada pada titik paling rendah di belahan bumi utara. Fenomena ini acap kali disebut sebagai 'hari terpendek dalam setahun'.

Titik balik Matahari musim dingin adalah fenomena yang terjadi ketika salah satu kutub bumi miring paling jauh dari Matahari, sehingga jumlah cahaya matahari yang masuk ke bumi paling sedikit. Fenomena ini membuat siang hari menjadi sangat pendek.

Di belahan bumi utara, titik balik Matahari musim dingin biasanya berlangsung sekitar 21 atau 22 Desember. Fenomena ini menandai dimulainya musim dingin di belahan bumi utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, fenomena ini juga memiliki arti penting bagi sebagian masyarakat di hampir seluruh dunia. Apa saja? Berikut makna budaya dari fenomena titik balik Matahari musim dingin, dilansir earth.com.

Makna Titik Balik Matahari Musim Dingin di Berbagai Negara

Titik balik Matahari musim dingin telah dirayakan selama ribuan tahun oleh sebagian besar masyarakat dunia. Perayaan ini bahkan telah dilakukan oleh manusia purba sebagai 'penanda penting perubahan musim'.

ADVERTISEMENT

Berikut beberapa budaya yang merayakan fenomena winter solstice:

Masyarakat Inggris kuno memiliki penanda penting fenomena titik balik Matahari, yakni melalui monumen Stonehenge. Monumen yang dibangun dalam beberapa tahap antara 3000 SM dan 2000 SM ini dipercaya sebagai pelacak peristiwa astronomi.

Kendati demikian, tujuan dan fungsi sebenarnya dari monumen ini masih belum dapat dipastikan hingga saat ini. Keterkaitan monumen tersebut dengan fenomena winter solstice dapat dilihat dari penyusunan batu-batu besar yang mengarah pada posisi terbit dan terbenamnya Matahari saat titik balik musim dingin.

Masyarakat Nordik yang dekat dengan kutub seperti Denmark, Islandia, hingga Norwegia juga merayakan fenomena titik balik Matahari musim dingin. Mereka merayakan fenomena ini dengan menyalakan api yang dilambangkan sebagai 'kelahiran kembali Matahari'.

Perayaan yang disebut sebagai 'Yule' ini pada awalnya didedikasikan sebagai bentuk pemujaan terhadap para dewa, terutama dewa Matahari dan kesuburan.

Selama Yule, masyarakat Nordik berkumpul untuk berpesta, memberikan persembahan, dan menyalakan 'Yule Log,' yakni sebatang kayu besar yang dibakar sebagai simbol kekuatan Matahari yang telah kembali.

Fenomena titik balik Matahari musim dingin turut dirayakan oleh masyarakat Romawi Kuno dalam festival 'Saturnalia' yang didedikasikan untuk menghormati dewa Saturnus (dewa pertanian, panen, dan waktu).

Festival ini dirayakan setiap tahun pada pertengahan Desember yang berlangsung selama satu minggu. Selain berpesta, masyarakat Romawi Kuno juga saling bertukar hadiah selama perayaan ini.

Dongzhi (冬至) atau yang berarti titik balik Matahari musim dingin dalam bahasa Mandarin, merupakan festival yang digelar untuk merayakan fenomena tersebut.

Festival ini berakar dari filosofi 'Yin' dan 'Yang', yang menggambarkan keseimbangan dan transformasi energi alam saat hari mulai membawa lebih banyak cahaya dan kehangatan.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads