Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter unggul bagi masyarakat Jepang. Di ranah pendidikan Jepang, kurikulum berbasis karakter ternyata sudah diterapkan sejak 1970.
Peneliti asal Universitas Diponegoro, Budi Mulyadi dalam studinya untuk International Conference on Energy, Environment, Epidemiology, and Information System (ICENIS) 2020 menjelaskan kurikulum berbasis karakter di Jepang ditanamkan sejak jenjang Taman Kanak-kanak (TK).
"Orang Jepang beranggapan bahwa pendidikan anak usia dini dan anak sekolah dasar merupakan masa emas untuk menanamkan karakter," ungkapnya dikutip dari studi terkait, Kamis (19/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TK di Jepang, memfokuskan pembelajaran pada pendidikan moral dan kepribadian. Kedua hal ini tidak diajarkan melalui mata pelajaran khusus tetapi langsung dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, peka dan peduli pada lingkungan, menghargai orang lain, disiplin, dan kooperatif.
Cara Melatih Kemandirian Anak-anak TK di Jepang
TK di Jepang disebut dengan youchien. Pendidikan TK di Jepang didasarkan pada tiga hal, yaitu:
- Anak-anak bisa mendapat pengalaman sebanyak mungkin.
- Anak-anak belajar melalui proses bermain.
- Anak-anak berkembang sesuai dan sifat serta karakternya masing-masing.
"Tujuan pendidikan TK di Jepang adalah untuk membangun landasan yang kuat untuk menjalani langkah selanjutnya dalam hidup," sambung Budi.
Untuk melatih sikap mandiri, anak usia 3 tahun ke atas mulai dibiasakan untuk mengeluarkan perlengkapan sekolah mereka sendiri. Mereka juga diharuskan untuk meletakkan perlengkapan itu di tempat yang telah disediakan.
Misalnya handuk kecil digantung di tali jemuran, sikat gigi ditaruh di sekitar wastafel, dan sebagainya. Pada jam makan siang, mereka juga diharuskan makan dan membersihkan meja mereka sendiri.
Sehingga seluruh kegiatan di sekolah dilakukan oleh anak tersebut sendiri. Tujuannya agar menghilangkan sifat bergantung pada orang lain, terutama guru yang berada di sekolah.
Guru TK di Jepang tidak diperbolehkan untuk memanjakan anak TK dengan membantu kegiatan-kegiatan yang menyangkut diri sang anak.
Penerapan sikap mandiri juga diimbangi dengan memunculkan sikap berani sedini mungkin. Pelatihan karakter pemberani ini dilakukan melalui kebijakan sekolah yang tidak memperbolehkan orang tua menunggu anaknya di sekolah.
Orang tua bahkan tidak diperbolehkan mendampingi anak meskipun itu hari pertama bersekolah dan anak menangis. Guru di sekolah akan berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak senang dan segera beradaptasi di lingkungan sekolah.
Sistem ini juga dilakukan agar anak tidak manja dan selalu bergantung orang tua. Dengan begitu, mereka diajak untuk berani memasuki lingkungan baru, berpisah sementara dengan orang tua, dan mampu bersosialisasi dengan tempat baru.
Anak Sekolah di Jepang Diharuskan Jalan Kaki
Dikutip dari laman Savvy Tokyo, disebutkan hanya 1,7% anak sekolah di Jepang yang naik bus sekolah. Data ini diperoleh melalui penelitian Amerika Serikat Safe Routes to School National Partnership (SRTS).
Beberapa sekolah di Jepang melarang anak diantar jemput dengan mobil. Dengan begitu, jalan kaki ke sekolah menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan anak.
Meski diharuskan jalan kaki, anak-anak tidak diminta untuk menemukan jalan ke sekolah sendiri. Mereka dilatih selama berminggu-minggu untuk mempelajari rute.
Di sini orang tua harus punya peran aktif. Secara perlahan, anak dikenalkan rute yang aman ke sekolah, diperkenalkan dengan pemilik toko sepanjang jalan, dan mengarahkan mereka.
Rute ke sekolah bagi anak-anak di Jepang terdiri dari penjaga yang membantu menyebrang jalan, rambu-rambu yang menunjukkan toko atau rumah, hingga lonceng lingkungan untuk pengingat bila hari sudah mulai gelap.
Dengan cara ini, semua orang membantu memastikan anak-anak dapat mandiri dan aman. Kemandirian adalah sebuah perjalanan, dan penanaman sejak dini adalah langkah yang tepat.
Begitulah cara anak TK di Jepang ditanamkan sifat mandiri. Apakah kamu ingin mencobanya detikers?
(det/faz)