Ratusan rudal Iran terus ditembakkan ke bangunan-bangunan penting Israel sejak akhir Minggu lalu waktu setempat. Salah satu yang menjadi tujuan adalah sistem pertahanan udara rudal Israel yang dibanggakan, Iron Dome.
Ensiklopedia Britannica menjelaskan Iron Dome atau kubah besi merupakan sistem pertahanan udara yang pertama kali digunakan pada 2011. Sistem ini dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense System, Israel Aerospace Industries, dengan dukungan Raytheon (sebuah perusahaan industri Amerika Serikat).
Iron Dome memiliki pertahanan yang bertingkat. Namun, pertahanan ini mulai tak mampu menerjang hujan rudal balistik yang dikirim Iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Kerja Iron Dome Israel
Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Tasmania, James Dwyer tidak bisa memungkiri bila Iron Dome Israel mungkin jadi salah satu sistem pertahanan udara yang paling efektif saat ini. Sistem itu juga sudah teruji dalam berbagai pertempuran.
Iron Dome terdiri dari beberapa lapis. Salah satu lapisannya berguna untuk sistem pertahanan artileri jarak pendek. Dengan kata lain, pertahanan hanya bisa menahan serangan peluru artileri dan roket jarak pendek.
Lapisan lain di Iron Dome terdiri dari jaringan pemancar radar, fasilitas komando dan kontrol, dan alat untuk mencegat rudal masuk ke permukaan udara Israel. Radar yang dimiliki Iron Dome mampu dengan cepat mendeteksi ancaman yang masuk.
Setelahnya informasi akan dikirimkan ke elemen komando dan kontrol, untuk memutuskan pencegatan mana yang harus ditangkis terlebih dahulu. Jika sudah ada keputusan, dikirim sistem penangkis untuk menghancurkan peluru atau roket yang masuk.
David's Sling
Tak hanya jarak pendek melalui Iron Dome, Israel juga memiliki sistem pertahanan untuk menangkal rudal balistik jarak jauh seperti yang dikirim Iran. Sistem ini bernama David's Sling, Arrow 2 dan Arrow 3.
Mengutip BBC, David's Sling dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dari Israel dan Raytheon dari AS. Sistem ini beroperasi sejak 2017 dan menargetkan rudal yang mengancam wilayah pemukiman.
Sistem David's Sling dilengkapi alat penghancur rudal bernama Arrow 2 dan Arrow 3. Arrow 2 dirancang untuk menghancurkan rudal balistik jarak pendek dan menengah ketika terbang sekitar 50 km di atas bumi. Sedangkan Arrow 3 dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak jauh, bahkan di luar atmosfer bumi. Jangkauan arrow 3 adalah 2.400 km.
Konflik Iran dan Israel menurut Dwyer akan melibatkan AS. Pada 2024, AS mengerahkan kapal perang yang dilengkapi Aegis untuk mendukung pertahanan Israel.
"Tampaknya (AS) sedang bersiap untuk melakukan hal yang sama sekarang," jelas Dwyer.
Rudal Balistik Iran
Iran memiliki persenjataan rudal balistik dan pesawat nirawak jarak jauh yang besar. Rudal balistik mereka bergerak pada lintasan besar yang dikendalikan oleh gravitasi.
Daya jelajah rudal bisa disesuaikan dengan ke mana arahnya terbang. Iran berjarak sekitar 1.000 km dari Israel. Jarak ini membuat negara tersebut menggunakan rudal balistik jarak menengah.
"Tidak jelas jenis rudal apa yang digunakan Iran dalam serangan terbarunya, tetapi negara itu memiliki beberapa rudal, termasuk Fattah-1 dan Emad," kata Dwyer dikutip dari The Conversation, Rabu (18/6/2025).
Rudal balistik Iran mampu jatuh dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini bisa terjadi karena semakin jauh jangkauan rudal, akan semakin cepat dan tinggi pula rudal itu terbang.
Ketika rudal datang dengan sangat cepat, para tentara Israel mungkin tak punya banyak waktu untuk melakukan perlawanan.
Bila Israel punya Iron Dome dan David's Sling, Iran punya sistem pertahanan udara seperti S300 Rusia. Sistem ini hanya mampu menahan rudal balistik jarak pendek.
Untuk itu, Israel terlihat berfokus menyerang pertahanan udara Iran. Meski begitu, Iran bak punya senjata rahasia.
Mereka tengah mengembangkan teknologi seperti hulu ledak yang dapat bermanuver dan ini sulit dilawan. Namun, belum jelas apakah teknologi ini digunakan oleh Iran.
(det/nwk)