Israel dan Iran Perang, Kenapa Harga Emas Naik Pesat?

ADVERTISEMENT

Israel dan Iran Perang, Kenapa Harga Emas Naik Pesat?

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 16 Jun 2025 19:00 WIB
Ilustrasi Emas Antam
Ilustrasi emas. Harga emas melonjak setelah serangan Israel ke Iran, Jumat (13/6/2025). Begini jawaban soal mengapa harga emas naik saat perang berkecamuk. Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Harga emas melonjak bersama harga minyak usai serangan Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025). Sementara itu, pasar saham jatuh.

Melansir Reuters, harga emas spot naik 1,3% menjadi USD 3.428,10 (Rp 55,79 juta) per ons pada pada hari serangan tersebut. Angka ini mendekati rekor tertingginya, USD 3.500,05 (Rp 56,96 juta) pada April.

Harga emas ini naik sekitar 4 persen pada pekan lalu. Israel dan Iran sendiri lanjut meluncurkan serangan-serangan baru pada Minggu (15/6/2025) hingga menimbulkan korban luka dan korban jiwa masyarakat sipil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baru pada Senin (16/6/2025) pukul 13.34 WIB, harga emas turun 0,5% menjadi USD 3.414,32 (Rp 55,55 juta) per ounce (1 ounce = 28,3495 gram). Sebab, para investor menjual emas untuk meraup keuntungannya.

Dikutip dari laman Antam, harga emas hari ini mencapai Rp 1.990.000 per 1 gram emas logam mulia (LM). Sementara itu, harga jualnya Rp 1.780.000.

ADVERTISEMENT

Lantas, mengapa harga emas naik saat perang Israel-Iran berlangsung?

Alasan Mengapa Emas Naik Saat Perang

Safe Haven

Analis pasar senior Asia Pasifik dari Oanda, Kelvin Wong mengatakan harga emas saat perang berkecamuk karena emas dinilai sebagai aset aman atau safe haven.

Dikutip dari laman Gold Market France, safe haven adalah investasi yang memberi perlindungan bagi investornya jika terjadi krisis keuangan atau depresi pasar yang parah. Aset safe haven adalah aset yang nilainya cenderung tetap stabil atau meningkat selama periode krisis pasar keuangan dan krisis ekonomi.

Ciri-ciri safe haven yaitu memiliki likuiditas, yakni mudah ditukar dengan uang kapan saja. Aset tersebut juga tidak mungkin tergantikan atau menjadi usang. Peningkatan pasokannya juga tidak boleh melebihi permintaan. Aset ini juga harus dapat memiliki manfaat, sehingga bisa memicu permintaan terus-menerus dalam jangka panjang.

Contoh safe haven yaitu logam mulia emas, perak, platinum; properti; dan mata uang dengan dampak tinggi seperti dolar AS, yen Jepang, atau franc Swiss. Aset safe haven memiliki kredensial investasi fisik dan nyata.

Peneliti Muhammad Abubakr Naeem dan rekan-rekan dalam jurnal Energy Economics, Januari 2022 mengatakan, minyak juga merupakan safe haven. Harganya stabil di tengah krisis keuangan global.

Sementara itu, saham umumnya bukan safe haven karena nilainya fluktuatif dan sangat bergantung pada kondisi ekonomi dan sentimen pasar. Keuntungannya bisa tinggi, tetapi juga memiliki risiko besar saat terjadi krisis.

Adapun saham defensif bisa menjadi safe haven. Saham defensif yaitu saham perusahaan yang bertanggung jawab untuk menyediakan barang dan jasa seperti kebutuhan pokok konsumen, makanan dan minuman, perawatan kesehatan, dan utilitas.

Permintaan Naik

Sifat emas sebagai safe haven kendati di kondisi serba tidak pasti seperti perang membuat para investor beramai-ramai mencari aset ini, yang lebih aman atau stabil harganya. Pencairan aset aman di tengah ketidakpastian atau ketegangan geopolitik ini disebut premi risiko politik.

Saat permintaan terhadap emas naik pesat, ketersediaan emas tetap. Hal ini memicu meroketnya kenaikan harga emas.

"Saat ini, kenaikan premi risiko politik gabungan akibat konflik Iran-Israel yang yang mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven (aset aman)," kata Wong, melansir dari Reuters, Senin (16/6/2025).

Harga Aman di Tengah Krisis

Wong memprediksi, dengan adanya konflik Israel-Iran, harga emas bahkan bisa tembus di atas USD 3.500 (Rp 56,94 juta) per ounce.

Ia menjelaskan, harga emas sudah melewati titik penting USD 3.400 (Rp 55,31 juta) per ounce. Hal ini dipandang menjadi sinyal bahwa tren kenaikan harga emas masih kuat.

Pada harga USD 3.500, harga emas kemungkinan akan lebih sulit naik. Sebab, kemungkinan akan banyak juga investor yang menjual emas di tingkat harga tersebut.

Kendati demikian, ia menilai kemungkinan harga emas tembus lebih dari USD 3.500 juga ada, khususnya jika ketegangan geopolitik meningkat atau permintaan tetap tinggi.

"Saat ini kita melihat harga emas sudah menembus jelas di atas USD 3.400 dan tren naik jangka pendek masih bertahan. Kami melihat level resistensi di USD 3.500, dengan kemungkinan harga akan menembus ke level tertinggi baru di atas USD 3.500," terangnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads