Mengapa Kita Tidak Bisa Menggelitik Diri Sendiri?

ADVERTISEMENT

Mengapa Kita Tidak Bisa Menggelitik Diri Sendiri?

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 17 Jun 2025 06:30 WIB
Woman suffering from wrist pain, numbness, or Carpal tunnel syndrome hand holding her ache joint
Mengapa Kita Tidak Bisa Menggelitik Diri Sendiri? (Foto: Getty Images/iStockphoto/Thai Liang Lim)
Jakarta -

Bercanda dengan menggelitik orang lain pasti akan mengundang gelak tawa dari yang digelitik. Namun, menggelitik diri sendiri justru tidak akan menimbulkan reaksi apapun. Lantas, mengapa kita tidak bisa menggelitik diri sendiri?

Pertanyan itu dilontarkan oleh filsuf terkenal Socrates pada 2.000 tahun yang lalu. Ilmuwan terkenal Charles Darwin juga memeras otaknya demi menjawab pertanyaan: apa itu gelitik, dan mengapa kita begitu sensitif terhadap gelitik?

Pertanyaan tentang Menggelitik yang Belum Terjawab

Ahli saraf Konstantina Kilteni berpendapat topik gelitik cenderung jarang diteliti. Menurutnya, menggelitik merupakan bentuk interaksi kompleks dari aspek motorik, sosial, neurologis, perkembangan, dan evolusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika kita tahu cara kerja gelitik di tingkat otak, itu dapat memberikan banyak wawasan tentang topik lain dalam ilmu saraf," jelasnya dalam laman Radboud Universiteit, Belanda, dikutip Minggu (15/6/2025).

Assistant Professor di Departemen Ilmu Saraf, Karolinska Institutet (KI), Swedia ini menilai, pertanyaan mendalam tentang menggelitik belum terjawab karena komunitas ilmiah sendiri belum mendefinisikan apa itu gelitik. Sebab, ada pula perbedaan antara saat menggelitik seseorang dengan keras di ketiak dengan tangan dan menggelitik punggung seseorang dengan ringan menggunakan bulu.

ADVERTISEMENT

Manusia Tidak Bisa Menggelitik Diri Sendiri

Manusia tidak dapat menggelitik diri sendiri. Cobalah menggelitik tangan atau badanmu, pasti tidak ada reaksi geli dan tawa yang muncul.

"Tampaknya, otak kita membedakan diri kita dari orang lain, dan karena kita tahu kapan dan di mana kita akan menggelitik diri sendiri, otak dapat mematikan refleks menggelitik terlebih dahulu. Namun, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di otak kita saat kita digelitik," tuturnya.

Orang dengan Autisme Cenderung Mudah Geli

Penelitian menunjukkan, orang dengan gangguan spektrum autisme menganggap sentuhan lebih geli daripada orang tanpa gangguan spektrum autisme. Menyelidiki perbedaan ini dapat memberikan wawasan tentang perbedaan antara otak orang dengan gangguan spektrum autisme dan yang tidak.

"Namun, kita juga tahu bahwa kera seperti bonobo dan gorila merespons sentuhan geli, dan bahkan tikus pun pernah ditemukan demikian. Dari perspektif evolusi, apa tujuan dari gelitik? Apa yang kita dapatkan darinya?" jelasnya.

Untuk mendalami gelitik, Kilteni sampai memiliki laboratorium khusus gelitik, Somatosensation & Gargalesis Lab. Laboratorium ini berisi kursi dengan pelat berlubang dua. Kamu tinggal memasukkan kaki ke dalam lubang tersebut, lalu tongkat mekanis akan menggelitik telapak kaki.

Dengan cara itu, setiap eksperimen gelitik dapat dilakukan dengan standar yang sama. Ahli saraf kemudian mencatat dengan tepat apa yang terjadi di otak dan juga segera memeriksa semua reaksi fisik lainnya, seperti detak jantung, keringat, pernapasan, atau reaksi tertawa dan berteriak.

"Dengan menggabungkan metode gelitik ini ke dalam eksperimen yang tepat, kita dapat menganggap serius penelitian gelitik. Kita tidak hanya akan dapat benar-benar memahami gelitik, tetapi juga otak kita," pungkasnya.




(nir/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads