Fenomena Gunung Baru di Jawa Tengah, Kenapa Bisa Muncul?

ADVERTISEMENT

Fenomena Gunung Baru di Jawa Tengah, Kenapa Bisa Muncul?

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 13 Jun 2025 15:30 WIB
Gunung Baru di Jawa Tengah
Begini penjelasan soal kemunculan Bledug Kramesan di Grobogan, Jawa Tengah. Foto: Laman Resmi Kementerian ESDM
Jakarta -

Gunung baru di Jawa Tengah kembali ramai dibahas warganet usai viral pada 2024 lalu. Mengapa gunung baru ini bisa muncul?

Gunung baru tersebut berlokasi di Dusun Medang, Sendang Dusun Medang, Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tingginya sekitar 25 meter dari permukaan tanah.

Kenapa Gunung Baru Bisa Muncul?

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menjelaskan, gunung baru ini merupakan mud volcano (gunung lumpur) Bledug Kramesan. Bledug merupakan material lumpur mud diapir yang lolos ke permukaan tanah melalui rekahan-rekahan maupun struktur sesar (patahan).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor Lokasi

Wafid menjelaskan, faktor lokasi memungkinkan terjadinya Bledug Kramesan. Area terjadinya Bledug Kramesan beserta Bledug Kudu di dekatnya termasuk ke dalam Pati Through.

Adapun Pati Through adalah struktur geologi di zona Rembang yang berperan pada fenomena kedua bledug pada periode Paleogen. Periode dalam skala waktu geologi ini berlangsung sekitar 65,5 juta-23 juta tahun lalu, dikutip dari laman Encyclopaedia Britannica.

ADVERTISEMENT

Pada masa Paleogen, Pati Through memungkinkan pengendapan sedimen secara cepat dan tebal, yang kemudian membentuk mud diapir.

"Batuan yang diendapkan pada zona ini, setelah mengalami burial dan kompresi, akan membentuk mud diapir, yang terdiri atas material halus unconsolidated (tidak menjadi batuan padat). Di mana material halus tersebut dapat lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan dan struktur geologi yang ada," jelas Wafid dalam keterangannya di laman Kementerian ESDM, Senin (25/3/2024), dikutip Jumat (13/6/2025).

Adapun zona itu secara fisiografi meliputi antiklinorium (lipatan cembung ke atas) pada Zona Rembang, terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk antiklinorium yang memanjang ke arah barat-timur, mulai dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban, sampai Pulau Madura.

Faktor Pembentukan Mud Diapir

Wafid mengatakan, terbentuknya mud diapir yang bisa lolos ke permukaan tanah tersebut juga dipengaruhi oleh amblesan, kecepatan pengendapan, lapisan plastis, overpressure, under-compacted (kurangnya pemadatan), potensi hidrokarbon, produksi air diagenetic, tektonik kompresi, dan gradien panas bumi.

"Secara struktur geologi, bledug terletak pada area yang tidak padat patahan dan kelurusan karena sifatnya yang plastis atau lunak. Sehingga pada daerah mud diapir tidak terindikasi adanya kelurusan patahan, namun terdapat struktur geologi berupa antiklin dengan sumbu relatif barat daya-timur laut," ucapnya.

Faktor Kegempaan

Aktivitas seismik seperti gempa bumi bisa jadi turut memicu munculnya gunung baru. Diketahui, aktivitas dari semburan lumpur meningkat pasca terjadinya gempa di Bawean pada 22 Maret 2024 dengan skala 6.5 SR.

Wafid menjelaskan, gempa tersebut dapat memicu gejolak lumpur di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan menemukan jalan untuk keluar lewat rekahan yang terbentuk akibat gempa tersebut.

Bukan Fenomena Baru

Ia menuturkan, sejumlah naskah kerajaan di Jawa Tengah sudah pernah mencatat keberadaan fenomena semacam Bledug Kramesan ini. Untuk itu, fenomena gunung baru mud volcano atau gunung lumpur diharapkan tidak membuat khawatir.

"Fenomena terjadinya Bledug Kramesan di daerah Grobogan tersebut bukanlah suatu fenomena yang luar biasa. Apalagi tidak jauh dari Bledug Kramesan terdapat Bledug Kuwu yang secara umum sudah diketahui oleh publik sebagai fenomena mud volcano yang sudah berlangsung selama puluhan tahun," ucapnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads