Kungkang Purba Raksasa Bisa Sebesar 5 Kali Beruang, Tak Hidup di Pohon

ADVERTISEMENT

Kungkang Purba Raksasa Bisa Sebesar 5 Kali Beruang, Tak Hidup di Pohon

twu - detikEdu
Senin, 26 Mei 2025 19:00 WIB
Kungkang
Kungkang purba raksasa, seberat 4.000 kg, pernah hidup di darat dan tidak bergantung di pohon. Foto: Diego Barletta
Jakarta -

Kungkang (sloth) modern dikenal bergerak lambat dan senang bergantung di pohon. Namun, ada kerabat purbanya yang tak bisa main di pohon karena besarnya sekitar 5 kali ukuran beruang.

Peneliti mendapati, kungkang purba yang telah punah memiliki berat sekitar 4.000 kg. Kungkang terbesar dalam genus Megatherium itu bisa sebesar gajah jantan Asia.

Menurut peneliti, ada lusinan spesies kungkang purba yang pernah hidup di darat dan tidak bergelantungan di pohon. Sedangkan kini, ada 2 spesies kungkang modern saja yang diketahui tersisa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kungkang Purba Raksasa

Dalam studi baru-baru ini yang diterbitkan di jurnal Science, para ilmuwan menganalisis DNA purba kungkang. Mereka membandingkan lebih dari 400 fosil dari 17 museum sejarah alam untuk mencari tahu bagaimana dan mengapa kungkang purba bisa berukuran sangat besar.

"Mereka tampak seperti beruang grizzly tetapi lima kali lebih besar," kata Rachel Narducci, manajer koleksi paleontologi vertebrata di Museum Sejarah Alam Florida dalam keterangan museum.

ADVERTISEMENT

Peneliti menjelaskan, tak semua kungkang raksasa. Ada kungkang tanah Shasta yang cukup besar. Makanannya kaktus di gurun barat daya Amerika Utara. Sedangkan kungkang Megatherium bisa merobek dedaunan dari pucuk pohon dengan lidahnya.

Sementara itu, kungkang yang memanjat pohon sepenuhnya hidup di tajuk pohon berukuran kecil. Tajuk pohon adalah bagian atas pohon yang terdiri dari kumpulan ranting, cabang, dan daun.

Kungkang pemanjat pohon punya berat sekitar 7 kg. Sedangkan kungkang yang sebagian besar waktunya dihabiskan di darat punya berat sekitar 87 kg.

Kenapa Kungkang Purba Bisa Sangat Besar tapi Juga Bisa Kecil

Adaptasi Hidup di Pohon

Kungkang purba sendiri bisa hidup di pohon, di pegunungan, di gurun, hutan boreal (taiga), dan sabana terbuka. Perbedaan habitat inilah menurut peneliti terutama menyebabkan perbedaan ukuran yang besar di antara spesies kungkang.

Diperkirakan, ukuran kungkang pemanjat pohon berkaitan dengan evolusi agar menghindari celaka akibat jatuh dari pohon tinggi. Sebab, habitatnya di Hutan Hujan Amazon, misalnya, punya pohon dengan tinggi sekitar 90 meter, sedangkan gerak kungkang cukup lambat untuk menahan diri dari jatuh.

Sejumlah kungkang memang dilaporkan selamat dari ketinggian 30 meter. Namun, jatuh dari ketinggian pohon tetap berisiko cedera parah bagi hewan ini.

Menghindari Predator

Peneliti memperkirakan, faktor yang membuat ukuran kungkang lain bisa sangat besar adalah mendukungnya dalam mencari makan dan menghindari predator. Kungkang sangat menyukai gua. Ukuran besarnya menurut peneliti bantu mereka lebih mudah mencari dan membuat tempat berlindung.

Kungkang darat Shasta, yang berukuran sedang, juga suka gua-gua kecil alami yang dibor oleh angin dan air ke sisi tebing Grand Canyon.

Gua-gua ini juga berfungsi sebagai jamban yang nyaman. Ahli paleontologi pada 1936 menemukan gundukan kotoran kungkang yang membatu, guano (tumpukan kotoran) kelelawar, dan tumpukan sampah tikus setebal lebih dari 6 meter di Gua Rampart, dekat Danau Mead, Taman Nasional Grand Canyon, AS.

Sementara itu, kungkang yang lebih besar lagi bisa membuat gua atau liang sendiri dengan mencakar tanah dan batu. Cakar kungkang purba raksasa termasuk cakar terbesar di antara mamalia yang sudah diketahui, baik yang masih hidup maupun yang sudah punah.

Peneliti menjelaskan, banyak gua bekas tempat tinggal kungkang purba masih tersisa jejak bekas cakaran di sepanjang dinding bagian dalam. Bekas cakaran ini merupakan bukti kungkang purba menggali sarang mereka di masa lampau.

Perubahan Kungkang dan Iklim

Berdasarkan analisis pada fosil kungkang, peneliti memperkirakan jenis kungkang tertua Pseudoglyptodon hidup 37 juta tahun lalu di Argentina. Kungkang paling awal diperkirakan berukuran kecil seperti anjing Great Dane, lalu berangsur mengadopsi gaya hidup semi-arboreal di pohon dan di atas tanah.

Pada adaptasi ini, kungkang terbesar seperti Megatherium dan Mylodon diperkirakan berevolusi dari kehidupan di pepohonan menjadi terus menerus di tanah.

Kendati begitu, ukurannya belum begitu berubah dalam 20 tahun. Baru saat magma keluar dari celah di daerah yang sekarang jadi Washington dan Idaho, melalui Oregon dan Nevada, kungkang diperkirakan mengecil.

Peristiwa vulkanik itu beriringan dengan datangnya periode pemanasan global Iklim Optimum Miosen Tengah. Gas rumah kaca yang dipancarkan oleh letusan gunung api saat itu diperkirakan memicu pemanasan.

Suhu hangat menyebabkan curah hujan meningkat, yang memungkinkan hutan meluas, sehingga menciptakan lebih banyak habitat bagi kungkang yang lebih kecil. Diperkirakan, saat itulah kungkang merespons perubahan iklim dengan cara mengecil.

Pengurangan ukuran juga merupakan cara umum bagi hewan untuk mengatasi tekanan panas. Salah satunya ikan badut anemon yang khas di film Finding Nemo, menjadi lebih pendek saat perairan Indo-Pasifik kini memanas.

Bumi masih hangat selama sekitar 1 juta tahun setelah gunung api di kawasan habitat kungkang berhenti beraktivitas. Bumi lalu kembali pada fase pendinginan, terus berlanjut secara bertahap hingga saat ini.

Merespons pendinginan, semakin suhu turun, semakin besar ukurannya. Menambah berat badan bantu kungkang besar dan raksasa untuk menghemat energi dan air, berjalan jauh dengan air dan makanan terbatas, dan tidak mati kedinginan. Kungkang pejalan juga punya semacam kerikil (osteoderm) tertanam di kakinya yang bantu berjalan di daratan.

Kungkang arboreal dan semi-arboreal punya keterbatasan karena harus hidup dekat pohon. Sedangkan kungkang darat bisa di mana saja yang dapat mereka tempuh dengan berjalan kaki. Kungkang besar dan raksasa ini mendaki Pegunungan Andes, menyebar melalui sabana terbuka, bermigrasi ke padang pasir dan hutan berdaun lebat di Amerika Utara.

Hutan boreal Kanada dan Alaska maupun dekat laut juga dijadikan kungkang besar sebagai habitat. Thalassocnus, contohnya, hidup di sebidang tanah kering antara Andes dan Pasifik. Mereka bertahan hidup di wilayah yang tak ramah kehidupan ini dengan mencari makanan di laut.

"Mereka mengembangkan adaptasi yang mirip dengan manatee (lembu laut). Mereka memiliki tulang rusuk yang padat untuk membantu daya apung dan moncong yang lebih panjang untuk memakan lamun (seagrass)," kata Narducci.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads