Hati-hati Ayah-Bunda! Riset Ini Paparkan Dampak Buruk Hukuman Fisik ke Anak

ADVERTISEMENT

Hati-hati Ayah-Bunda! Riset Ini Paparkan Dampak Buruk Hukuman Fisik ke Anak

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 13 Mei 2025 18:00 WIB
A teacher finally gives in to students misbehaving and begins to pull their hair.
Ilustrasi Foto: iStock
Jakarta -

Memberi hukuman secara fisik kepada anak-anak merupakan pilihan yang berdampak buruk. Hal ini khususnya terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah atau yang biasa disebut low and middle income countries (LMIC).

Di negara yang tergolong LMIC, hukuman fisik kepada anak-anak memiliki dampak negatif termasuk kesehatan yang buruk, performa akademis yang lebih rendah, dan perkembangan sosial-emosional yang terganggu.

Bukti tersebut ditemukan melalui riset bertajuk "Physical punishment and lifelong outcomes in low‑ and middle‑income countries: a systematic review and multilevel meta-analysis" dalam jurnal Nature Human Behaviour yang ditulis oleh Elizabeth T Gershoff dkk dan diterbitkan 5 Mei 2025 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang Dimaksud Hukuman Fisik?

Pada 2006, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan larangan hukuman fisik.

Hukuman fisik yang dimaksud adalah tindakan kekerasan fisik untuk menimbulkan rasa sakit yang meliputi menampar, mengguncang, dan memukul anak-anak. Hingga saat ini, 65 negara di seluruh dunia telah memberlakukan larangan penuh atau sebagian terhadap praktik tersebut.

ADVERTISEMENT

Sebagian besar larangan ditetapkan di negara-negara berpendapatan tinggi (memiliki pendapatan nasional bruto minimal $14.000 per kapita), dengan didukung oleh seruan PBB.

"Beberapa akademisi berpendapat hukuman fisik mungkin memiliki dampak yang berbeda di negara-negara yang lebih merata atau lebih normatif secara sosial, sebuah perspektif yang dikenal sebagai hipotesis normativitas budaya," kata asisten profesor psikologi terapan di Steinhardt School of Culture, Education, and Human Development New York University, Jorge Cuartas, dikutip dari Science Daily pada Sabtu (10/5/2025).

"Namun, kurangnya data dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah membuat sulit untuk sepenuhnya memahami keseimbangan antara bahaya hukuman fisik secara umum dan berkonteks, selama masa kanak-kanak," terangnya.

Dampak Hukuman Fisik kepada Anak

Para peneliti menganalisis 195 studi terkait hukuman fisik yang diterbitkan antara 2002 dan 2024.

Studi tersebut mencakup 92 negara berpendapatan rendah dan menengah serta 19 hasil analisis terkait hubungan orang tua-anak, kesehatan mental dan fisik, perilaku kekerasan, sikap terhadap kekerasan, penggunaan zat, fungsi kognitif, keterampilan sosial-emosional, tidur, keterampilan motorik, dan kemungkinan menjadi pekerja anak.

Mereka menemukan hukuman fisik secara signifikan berkaitan dengan konsekuensi negatif dalam 16 dari 19 konsekuensi yakni:

  1. Hubungan orang tua-anak yang lebih buruk
  2. Menjadi korban kekerasan
  3. Melakukan kekerasan (termasuk kekerasan terhadap pasangan di masa dewasa)
  4. Menyetujui kekerasan
  5. Masalah kesehatan fisik
  6. Masalah kesehatan mental
  7. Penggunaan zat
  8. Hasil akademis yang buruk
  9. Gangguan keterampilan bahasa
  10. Gangguan fungsi eksekutif
  11. Gangguan keterampilan sosial-emosional
  12. Masalah perilaku secara keseluruhan
  13. Masalah perilaku internalisasi (misalnya, depresi, dan menarik diri)
  14. Perilaku eksternalisasi (misalnya, agresi, dan destruktif)
  15. Gangguan perkembangan anak usia dini
  16. Kualitas tidur

Mereka tidak menemukan dampak pada keterampilan kognitif, keterampilan motorik, dan mempekerjakan anak.

Namun secara khusus, penelitian tersebut tidak menemukan hasil positif terkait dengan hukuman fisik.

"Konsistensi dan kekuatan temuan ini menunjukkan hukuman fisik secara universal berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Ke depannya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi strategi yang efektif untuk mencegah hukuman fisik dalam skala global dan memastikan anak-anak dilindungi dari semua bentuk kekerasan untuk mendukung perkembangan mereka yang sehat," ungkap Cuartas.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads