Apa Itu Strawberry Parenting? Hati-hati, Ortu Perlu Tahu Ciri dan Dampaknya

ADVERTISEMENT

Apa Itu Strawberry Parenting? Hati-hati, Ortu Perlu Tahu Ciri dan Dampaknya

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 07 Apr 2025 18:00 WIB
Ilustrasi Sisi Positif Parenting Jepang
Ilustrasi parenting. Foto: iStock
Jakarta -

Seiring berkembangnya pengetahuan mengenai pola asuh, kini juga dikenal istilah strawberry parenting. Konsep pola asuh tersebut menggambarkan pengasuhan yang penuh kasih sayang, tetapi turut memiliki potensi jebakan.

Apakah detikers tahu apa itu strawberry parenting?

Psikolog Klinis Anak dan Remaja, sekaligus Konselor dan Vice Principal SD di Sekolah Cikal Amri Setu, Rendra , MPsi memiliki penjelasan soal ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Strawberry Parenting?

Strawberry parenting muncul dikarenakan pola asuh orang tua yang ingin melindungi anak dari kesulitan. Rendra mengungkap konsep ini mirip dengan overprotective parents yang tidak lain orang tua terlalu melindungi anak, sehingga berdampak pada kemandirian mereka.

"Dilihat dari paparan Rhenald Kasali di bukunya yang berjudul Strawberry Generation, generasi ini muncul karena adanya pandangan di kalangan orang tua bahwa cukup mereka saja yang mengalami kesulitan sementara anak-anaknya jangan merasakan kesulitan yang sama seperti mereka dulu," jelas Rendra, dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu (2/4/2025).

ADVERTISEMENT

Rendra menyebut dari perspektif psikologis, tipe pola asuh yang sejalan atau setidaknya cukup mendekati pandangan strawberry parents adalah overprotective parenting.

Ciri-ciri Strawberry Parenting

Orang tua yang mengaplikasikan pola asuh strawberry parenting cenderung melindungi anak dengan berlebihan, tidak ingin anaknya terluka, merasakan kegagalan, hingga kekecewaan.

Rendra memaparkan, ciri utama strawberry parenting yang sangat mirip dengan overprotective parenting adalah mencoba dengan penuh daya dan upaya menjauhkan anak-anak dari hal-hal yang dapat menimbulkan luka, baik secara fisik ataupun psikologis, rasa tidak bahagia, pengalaman tidak menyenangkan, penolakan, kegagalan, hingga kekecewaan, serta penyesalan.

Rendra memaparkan ciri lain strawberry parenting adalah orang tua yang selalu turun tangan menyelesaikan masalah anaknya, sehingga anak tersebut tidak belajar cara menghadapi sebuah tantangan dengan benar.

"Orang tua yang mengadopsi pola asuh strawberry/overprotective parenting ini umumnya akan terlibat langsung dalam konflik. Misal, dengan menghampiri anak yang berkonflik dan menanyakan alasan mereka berkonflik tanpa sebelumnya berdiskusi dengan orang tua dari anak tersebut," ujar Rendra.

"Atau, bisa juga mereka memarahi langsung anak lainnya sembari mengatakan tidak boleh ada orang lain yang memarahi anaknya selain mereka sendiri," lanjutnya.

Dampak Strawberry Parenting

Pola asuh strawberry parenting bisa membuat anak kesulitan mengelola emosi dan menghadapi stres. Anak pun akan memiliki penyelesaian konflik yang kurang baik dan berdaya juang rendah.

Menurut Rendra, anak jadi tidak siap merasakan, memahami, dan menerima berbagai emosi negatif yang mereka rasakan.

"Mereka juga menjadi tidak siap untuk menghadapi stres karena saking cepatnya orang tua mereka bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi sehingga mereka tidak memiliki gambaran atau pengalaman sama sekali dalam menghadapi stres. Hal ini membuat daya tahan dan daya juang mereka juga menjadi rendah," pungkasnya.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads