Manusia tak lepas dari sebuah kesalahan. Beberapa menyadarinya dan memperbaiki kesalahan itu. Namun, beberapa lain sulit mengakui kesalahan. Kenapa ya?
Secara umum, tidak ada seseorang yang senang melakukan kesalahan. Menurut psikolog, melakukan kesalahan merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi semua orang.
Namun, beberapa orang menolak mengakui bahwa mereka salah, bahkan ketika dihadapkan dengan banyak fakta dan bukti. Kenapa itu bisa terjadi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ego yang Rapuh
Psikolog berlisensi dari New York University (NYU), Guy Winch, Ph D, menjawab secara singkat bahwa orang yang sulit mengakui kesalahan karena ego atau perasaan mereka sendiri. Ia mengatakan, beberapa orang memiliki ego yang rapuh, sehingga mengakui kesalahan bisa mengancam ego mereka.
"Menerima bahwa mereka salah, dan menerima kenyataan tersebut, akan sangat menghancurkan secara psikologis sehingga mekanisme pertahanan mereka melakukan sesuatu yang luar biasa untuk menghindari hal tersebut-mereka benar-benar memutarbalikkan persepsi mereka tentang kenyataan agar (realitas) tidak terlalu mengancam," ucapnya, dikutip dari Psychology Today, Sabtu (22/3/2025).
Dalam hal ini, mekanisme pertahanan dari ego yang rapuh, membuat fakta-fakta yang mereka terima bisa berubah. Ini yang membuat mereka tidak menyadari atau merasa bersalah.
Rentan Secara Psikologis
Menurut Winch, orang yang berulang kali berperilaku seperti ini, dikenal sebagai 'rentan secara psikologis'. Mereka pada akhirnya, akan sulit menerima penilaian orang lain dan itu bisa membuat mereka terlihat percaya diri dan tidak mundur dengan pendirian mereka meski itu salah.
Namun kekakuan psikologis bukanlah tanda kekuatan, melainkan indikasi kelemahan. Orang-orang ini tidak memilih untuk mempertahankan pendirian mereka; mereka terpaksa melakukannya untuk melindungi ego mereka yang rapuh.
Padahal, lanjut Winch, mengakui bahwa kita salah memang akan membuat ego tergores sehingga membutuhkan kekuatan emosional dan keberanian untuk menghadapi kenyataan.
Ia berpendapat, untuk menghadapi orang-orang semacam itu, penanganannya berbeda setiap orang. Namun, kita tidak boleh menganggap penolakan pengakuan mereka sebagai kekuatan.
"Karena hal tersebut merupakan kebalikannya, kelemahan, dan kerapuhan psikologis," tuturnya.
(faz/nwy)