Badan Meterologi, Kilmatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelakan musim kemarau 2025 segera menyapa wilayah Indonesia dalam waktu dekat. Tidak berlangsung serentak, awal musim kemarau 2025 akan berlangsung secara bertahap di berbagai daerah dimulai April mendatang.
Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan beberapa zona musim kemungkinan mengalami awal musim kemarau sama dengan normalnya. Tetapi ada juga wilayah yang mundur dari jadwal musim kemarau pada normalnya.
"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka Awal Musim Kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang SAMA dengan normalnya pada 207 ZOM (30%), MUNDUR pada 204 ZOM (29%), dan MAJU pada 104 ZOM (22%)," katanya dikutip dari laman BMKG, Kamis (20/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadwal Awal Musim Kemarau 2025
Lebih lanjut Dwikorita menyebutkan beberapa wilayah yang mengalami awal musim kemarau sama dengan normalnya. Seperti Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, dan sebagian Maluku Utara.
Sedangkan wilayah yang diprediksi akan mengalami awal musim kemarau yang mundur dari normalnya, yakni Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke.
Sebelumnya disebutkan musim kemarau 2025 akan menyapa secara bertahap dari April, Mei, Juni. Daftar daerah yang termasuk dalam waktu tersebu yakni:
- April: Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa tenggara Timur
- Mei: sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian selatan.
- Juni: sebagian besar Sumatera, sebagian besar Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan sebagian kecil wilayah di Sulawesi dan Papua.
Jadwal Puncak Musim Kemarau
BMKG juga sudah memperidiksi kapan periode puncak musim kemarau di Indonesia. Dwikorita menjelaskan kejadian ini akan hadir pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2025.
"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, pada Juli dan pada Agustus 2025," terangnya.
Sifat Musim Kemarau 2025
Jika diteliti berdasarkan rerata klimatologinya, Musim Kemarau 2025 diprediksi bersifat Normal pada 416 Zona Musim/ZOM (60%). Tetapi juga ada yang wilayah yang mengalami kemarau dengan sifat di Atas Normal sebanyak 185 ZOM (26%) dan kemarau bersifat Bawah Normal pada 98 ZOM (14%).
Wilayah yang mengalami musim kemarau normal yakni sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagain besar Pulau Papua.
Adapun wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat di atas normal adalah sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan Tengah, Bali, Nusa Tengagra Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah.
Sedangkan wilayah yang mengalami sifat musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari biasanya hadir di daerah timur Indonesia. Meliputi wilayah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian Selatan.
El Nino dan La Nina Ada di Fase Netral
BMKG juga mengamati keadaan Dinamika Atmosfer Laut 2025. Berdasarkan hasil monitoring suhu muka laut pada awal Maret 2025, dijelaskan fenomena anomali iklim La Nina di Sumudra Pasifik telah bertrasisi menuju fase El Nino Southern Oscillation (ENSO) netral.
Keadaan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga diperkirakan fase netral. Kedua fenoeman tersebut diprediksi akan tetap berada dalam fase Netral sepanjang musim kemarau 2025.
Melihat hal itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebutkan kemarau tahun ini dalam kondisi normal. Tidak ada anomali iklim El Nino ataupun IOD.
Kendati demikian bukan berarti tidak aka ada hujan selama musim kemarau ini. Mengingat ada beberapa wilayah RI yang memiliki sidat musim kemarau di atas normal. Wilayah ini kemungkinan akan menerima akumulasi curah huja musiman lebih tinggi dari biasanya.
"Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024," tandas Ardhasena.
(det/nah)