Perbincangan mengenai brain drain mengikuti tagar #KaburAjaDulu yang belakangan ramai dibicarakan oleh masyarakat.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof Hermanto Siregar, brain drain adalah suatu keniscayaan di era konektivitas global yang semakin baik ini.
Prof Hermanto menerangkan, brain drain adalah fenomena berpindahnya sumber daya manusia (SDM) berpendidikan atau berkualitas tinggi dari suatu negara ke negara lain. Perpindahan ini umumnya dari negara berkembang ke negara maju dengan tingkat kesejahteraannya lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India, angkatan kerja sangat banyak, tetapi kesempatan kerja relatif sedikit.
"Di negara-negara maju yang merupakan tujuan perpindahan SDM berkualitas tersebut, angkatan kerja relatif langka karena rendahnya bahkan negatifnya laju pertumbuhan penduduk," jelas Prof Hermanto, dikutip dari IPB University pada Senin (3/3/2025).
Prof Hermanto melanjutkan, selama kesempatan kerja masih relatif sedikit, maka angkatan kerja terutama SDM berkualitas di negara berkembang akan mencari peluang kerja dengan pendapatan dan fasilitas bekerja yang lebih baik di negara maju.
"Terlebih apabila kondisi ekonomi di negara berkembang tersebut stagnan apalagi memburuk. Dengan kata lain, 'brain drain' adalah respons rasional dari angkatan kerja berkualitas," Prof Hermanto menegaskan.
Prof Hermanto mengatakan tagar #KaburAjaDulu adalah cermin pandangan atau sikap rasional tersebut. Ungkapan ini juga dilontarkan kaum muda yang pendidikannya relatif tinggi.
#KaburAjaDulu Tidak Perlu Dipandang Negatif
"Mereka ini pada hakikatnya melontarkan solusi, bahwa di luar negeri terbuka kesempatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Bukan untuk menjelek-jelekkan kondisi Tanah Air, mereka justru tidak mau membebani perekonomian yang belum mampu menyerap angkatan kerja kita yang sangat banyak," menurut Prof Hermanto.
Ia menambahkan, jika telah bekerja di luar negeri maka sangat besar kemungkinannya penghasilan dari #KaburAjaDulu dikirim ke Tanah Air untuk membantu ekonomi orang tua atau keluarga. Menurutnya hal ini merupakan remittance atau salah satu bentuk devisa yang tentu saja berdampak positif untuk ekonomi Indonesia.
Selain dampak positif itu, Prof Hermanto menyebut SDM muda Indonesia yang bekerja di luar negeri akan mendapat pengalaman berharga dari entitas tempat mereka bekerja. Mereka akan mendapat pengetahuan atau pemahaman mengenai berbagai proses bisnis di negara maju tersebut.
Prof Hermanto menilai sewaktu kembali ke Indonesia, berbagai pengalaman dan pemahaman tersebut akan bisa diterapkan dan mendorong praktik bisnis yang lebih baik.
Ia menekankan Pemerintah atau siapa pun tak perlu memandang #KaburAjaDulu maupun brain drain secara negatif.
"Sebaliknya, kita semua justru seharusnya menghargai angkatan kerja kita yang sedang dan akan bekerja di luar negeri, sebab mereka adalah solusi," ujarnya.
Menurutnya anak muda yang ingin #KaburAjaDulu bukan menciptakan masalah, tetapi mencari peluang kerja. Maka, ia menilai Pemerintah justru perlu mendukung.
Salah satu bentuk dukungan menurutnya adalah menjembatani supaya mereka dapat menemukan kesempatan kerja di luar negeri yang aman dan baik bagi masa depan serta kesejahteraannya.
(nah/nwk)